Kesibukan di bangku kuliah sudah tak begitu dirasakan Lala. Tinggal mengurus kelengkapan untuk jadwal wisuda.
Pagi ini begitu dingin dan awan tak begitu cerah. Lala berencana untuk mengunjungi Hendro yang masih di Rumah sakit. Mimpinya dulu saat wisuda di dampingi oleh Hendro sudah pasti pupus sudah. Tinggal Bapaknya yang masih setia mendampingi. Lala keluar masuk rumah bolak balik karna gelisah menerpa.
Bapaknya yang di teras sambil menikmati kopi memperhatikan tingkahnya.
"Duduklah dulu La, hari masih panjang"ujar Bapaknya
"Bapak ini"ujar Lala sambil cemberut.
"Pak, nanti teman-teman Lala banyak didampingi pasangannya, entah suami ataupun calon suami, sedangkan Lala hanya dengan Bapak saja" di tariklah nafas panjang saat Lala mencurahkan perasaan gelisah itu pada Bapaknya
"Tak perlu kau risaukan itu, nanti bapak yang mengatur semuanya. Bapak kan banyak teman juga bisa diundang kan!"
"Hah, maksud Lala yang bukan merayakan Pak"
"Focus lah dulu pada mimpimu"ujar Bapaknya
"Aku harap ini hari terakhir aku menjenguknya Pak, setelah itu aku mulai menata hidupku kembali"ujar Lala
"Yaa semoga saja kamu gak berubah pikiran, namanya aja Lala mana bisaaaa hahahaha" ledek Bapaknya
"Kalo memang ini hari terakhir bagi kamu ke sana, ya sudah kamu harus bisa menolak bagaimana pun keadaannya dia, untuk tidak menengok kembali" kata Bapak Lala
"Hemmmm rupanya Bapak paham betul ya dengan anak gadis ini hehehe" ujar Lala sambil menyeruput kopi Bapaknya yang sudah hampir dingin.
Lala berjalan menuju ruang tengah untuk bersiap.
Lala mulai memantapkan hatinya untuk melajukan motor buntunya. Jalanan mulai padat merambat, keringat Lala mulai menetes karena teriknya mentari. Debu yang tak bersahabat mulai menyapu kulit wajah dan telapak tangannya. Sesekali diusapnya debu yang menempel di pipi. Meski pikirannya kalut tetaplah di menguatkan hatinya untuk berpamitan.
Langkah pelan menuju ruangan dimana Hendro dirawat memang sengaja Lala lakukan. Dikejauhan Lala melihat telah ramai disudut ruangan itu.
"Apa itu semua teman-teman Hendro yang sedang menjenguk atau rekan Ayahnya yaa!?" tanya dalam hati Lala
Kurang lebih di jarak tiga meter Lala menghentikan langkahnya. Tentu itu bukan temannya Hendro sebab diperhatikan satu persatu tidak ada yang Lala kenal.
Lama Lala menunggu hingga mereka berlalu. Tak dilihatnya pula Anita disana. Lala hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Melintaslah salah satu dokter yang dipercaya untuk menangani Hendro. Secara spontan Lala memanggilnya.
"Dokkkk maaf" Lala mencoba memanggilnya
Ditengoknya gadis mungil sendirian itu.
"Iya Nona" jawab Dokter
"Maaf Dok di ruangan yang Dokter baru keluar apa kondisinya sudah membaik?" tanya Lala
"Oh sudah, silahkan kesana" senyum tersungging lebar menghiasi wajah Dokter itu.
"Makasih ya Dok" ujar Lala
Dokter itu hanya memberikan jempol sambil berlalu.
Lala mulai bergegas mempercepat jalannya, sudah dengan kemantapan hati, Lala membuka pintu ruangan khusus itu. Duduklah sang Mama di samping Hendro.
"Assalamualaikum" Lala dengan memelankan suaranya
"Wa'alaikumsalam, ehhhh nak Lala. Duduklah sini" kata Mama Hendro
Benar apa kata Dokter dilihatlah Hendro yang sudah siuman dari komanya. Hendro melihat Lala berdiri disamping Mamanya tak sepatah katapun keluar, hanya isyarat mata saja.
"Sungguh sebuah keajaiban, ketika kelulusan ku Hendro mulai siuman"guman Lala dalam hati.
"Bagaimana keadaannya Ma?"tanya Lala
"Nak Lala alhamdulillah dini hari tadi Dia mulai membuka matanya namun belum bisa mengeluarkan suara"jelas Mama Hendro
"Ohhhh, di kejauhan saya tadi melihat beberapa orang berkerumun ramai di ruangan ini, saya kira ada apa rupanya mas Hendro baru sadarkan diri"jelas Lala
"Oh, mereka itu tim Dokter senior dan Dokter muda yang masih meneliti perkembangan dari kasusnya Hendro, sebab kecelakaan yang dialaminya sedikit mengena pada syaraf otak dan jaringan-jaringan kecilnya"jelas Mama Hendro
"Lalu kemungkinan terburuknya apa Ma?" tanya Lala
"Kita berdo'a saja semoga diberi kesembuhan seperti sedia kala"ujar Mama Hendro
Lala menarik nafas sangat dalam, kabar bahagia yang ia bawa masih disimpannya rapi.
Lala memegangi tangan Hendro dan mencoba mengajaknya bicara.
"Mas, ini aku Lala semoga kau masih mengingatnya" ujar Lala
Hanya reaksi diam yang Hendro tampilkan, sambil matanya kesana kemari, entah apa yang dicarinya.
Lala mengusap wajah Hendro, dan tangan Hendro memegangnya erat. Seolah dia tau kalo itu Lala.
Lala hanya berharap Hendro bisa mengerti apa yang di bicarakannya.
"Nak Lala, Mama diluar sebentar yaa Kamu bisa leluasa ngobrol lebih banyak. siapa tau dia jadi bisa membalasnya" ujar Mama Hendro
"Ehhhh iya Ma" balas Lala
Kini diruangan itu hanya mereka berdua. Lala tak kuasa menahan hatinya, dipeluklah erat Hendro sambil dibisikkan di telinganya " mas aku sudah lulus sebentar lagi wisuda, semoga kamu bisa mengerti yang aku bicarakan"
tak terasa Hendro memberi reaksi dengan meneteskan buliran bening dipipinya.
"Kamu kenapa sedih mas? harusnya bukan tetesan air mata yang ada tapi senyum bahagiamu melihat aku sudah menyelesaikan kuliahku"jelas Lala
Hendro yang keadaannya tubuhnya masih lemah, hanya mampu memandangi Lala dan genggam tangannya berubah menjadi jabatan tangan.
Rupannya Hendro mengerti namun belum mampu mengeluarkan suara.
"Makasih Mas, jika kamu mengerti apa yang aku katakan dan kamu tidak lupa dengan aku" kata Lala
Lala dengan sabar menyuapi dan memberikan minum. Ada rasa bersalah yang besar di hati Hendro telah menyakitinya.
Lala mencari secarik kertas, dalam pikiran Lala mungkin dia bisa menuliskan rasa hatinya. Bergegas berlari ke ruangan pendaftaran pasien untuk meminta kertas dan bulpoint. Tak sengaja saat membuka pintu Lala bertabrakan dengan Mama Hendro.
"Lala, mengapa terburu-buru?" tanyanya
"Eeee ini Ma, Mas Hendro mengerti kok saat diajak bicara. Ini saya mau cari kertas dan alat tulis, siapa tau itu bisa menghilangkan kegelisahannya selama ini dan mengeluarkan semua perasaannya" jelas Lala
seketika Mamanya kaget, dan menghampiri putra tersayangnya. Lala keluar menuju lantai bawah.
diciumnya seluruh wajah anaknya dan dipeluknya erat.
"Kenapa kamu diajak bicara Mama hanya diam, itu Lala masih mencari notes, semoga kamu bisa bicara lagi sama Mama ya Nak" ujar Mamanya sambil meneteskan air mata.
Lala yang tak sabar, berlarian kembali ke ruangan. Mama Hendro yang sudah menunggunya, tampak di raut wajahnya ada bahagia.
"Ini Nak, tulislah apa yang ingin kamu tulis, bicaralah Nak apa yang kamu rasakan agar Mama tau kerisauan hatimu" ujar sang Mama
Lala dengan sabar memegangkan pena di tangan Hendro. Hendro yang masih kaku telapak tangannya memegang pena, pelan-pelan Lala menuntunnya.
Mamanya sangat salut dengan kesabaran Lala.
Diperhatikannya wajah Lala, letih nampak menghiasi raut wajahnya. Mamanya kemudian memegang tangan Lala.
"Nak Lala, biarlah jangan dipaksakan. Biarkan Dia mengambil pena dengan melatih sendiri tangannya" pinta Mama Hendro
"Baik Ma, maafkan Lala hanya ingin segera bicara dengan mas Hendro" ujar Lala
"Tak mengapa nak, Mama sendiri juga ingin segera tau, tapi kita harus bersabar meski dia sudah sadarkan diri" jelas Mama
Lala menanyakan kabar Anita pada Mamanya mas Hendro. Lala pun ingin tau reaksi apa yang Hendro tampakkan ketika mendengar nama Anita.
"Oh ya Maa, kabar Anita bagaimana sekarang?"
Mamanya sekilas langsung melihat ke arah Hendro, kemudian mengandeng lengan Lala dan mengajaknya keluar ruangan.
"Nak, Mama keluar sebentar ya" pamit Mama kepada Hendro
Hendro hanya memberi reaksi melewati isarat mata saja.
"Ayo Nak Lala, kita ngobrol di luar saja biar lebih leluasa" ajak Mama Hendro
"Emmmm, baik Ma" Lala menuruti apa kata Mamanya Hendro
"Untuk sementara jangan bicarakan dulu masalah Anita di depannya, takut nanti Dia tak sadarkan diri lagi"
"Tapi Ma kan mereka sudahhhh (tak dilanjutkan bicaranya)"
"Mama tau, tapi itu menunggu kesehatannya pulih benar seperti sedia kala"
"Lalu apa Anita tak menahan malu jika melahirkan tanpa suami?"
"Kami sudah berunding dengan keluarga besar Anita, dan Anita sendiri sudah menyetujui itu"
"Ohhhh, lantas kesepakatan apa Ma yang Mama lakukan? Lala harap itu tidak merugikan mas Hedro" selidik Lala
"Kamu jangan kawatir La, semuanya sudah clear" jelas Mama Hendro
Lala tak mampu mendesaknya lagi untuk tau lebih detail yang terjadi.
"Oh ya,nak Lala bagaimana dengan kuliahnya? apa masih lama?" tanya Mamanya Hendro
Lala jadi binggung apakan penting untuk mamanya tau jika dia sudah mampu menyelesaikan studynya.
Lala tertegun sejenak dalam hatinya berfikir bahwa itu tak begitu penting rasanya. Pada akhirnya Lala terpaksa berbohong.
"Maaf Ma, saya masih melanjutkannya"jawab Lala
"Baiklah Nak Lala, belajarlah yang tekun"ujarnya
"Trima kasih Ma"
"Untuk saat biarkan Hendro tenang dulu jangan di ingatkan apapun atau di beri beban pikiran sekecil apapun"
"Baik Ma, maafkan Lala"
Mamanya hanya tersenyum dengan menarik nafas panjang.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.