Seseorang berjalan menghampiri Lala.
“Hai La” sapa Tama
“Hai” saut Lala
“Lagi ngapain!?” tanya Tama
Nunggu jam masuk, masih 1 jam lagi nih”
Tama menghampiri Lala yang tak sengaja bertemu di taman dan sedang santai, Tama memilih duduk di sebelahnya.
“Rencana lulus kapan Tam” tanya Lala
“Belum La, tahun lalu baru ambil cuti 1 tahun”
“Ngapain cuti?” tanya Lala
“Cari duwit La” jawabnya
“Ow, gitu”
“Hehehe iy. Oya La, kamu lagi banyak waktu kosong gak” tanyanya
“Emang kenapa?” tanya Lala
“Aku sedang cari model buat project baru aku, dengan mengusung tema alam liar.”
“Lantas aku yang rencana kau jadikan modelnya gitu!?” tanya Lala lagi
“Ya, kalo kamunya mau La. Lumayan jika menang nanti kita bagi hasilnya” jelasnya
Sedikit mengusik jiwa ku pun meronta. “Menarik, tapi apa aku bisa berpose di alam liar” guman Lala dalam hati.
Sepertinya Tama sudah membaca apa yang Lala pikirkan.
“Tenang La, kamu hanya berpose natural dan menyatu dengan alam saja tak perlu banyak gaya. Cuman arahan sedikit aja, nanti klo hasilnya masih kurang bagus, kita bisa ulangi lagi. Gimana? mau ambil gak?!”
“Aduh, aku pikir-pikir dulu ya Tam ”
“Jangan kebanyakan mikir, nanti kompetisinya keburu habis”
“Emang sudah registrasi kamu?”
“Sudah La, sudah seminggu lalu”
“Hah”sambil terbelalak pandangan Lala kearahnya
“Seminggu belum juga dapat model?” lanjut Lala
“Susah La,cari model yang mau bagi hasilnya. Kebanyakan selesai pemotretan, mereka udah terima duwit nya”
“Hemmm,jadi ini cerita aku pilihan satu satunya ya?”
“Hhhhh ayo La,bantu aku sapa tau masuk nominasi. Hanya perlu 10 view alam liar saja,gak banyak kok “ pintanya pada Lala
“Aduh, makin berat nih, timbangannya hhhh” jelas Lala
“Aku tunggu kabarmu ya, nanti siang aku telepon”
“Gak usah, entar aku chat aja” jelas Lala
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, bel ganti jam mata kuliah berbunyi.
Tetttttt tettttttt tettttttt
Jam mata kuliah sudah mau dimulai.
“Tam,aku tinggal dulu ya, udah pada berebut kursi tuh” ujar Lala
“Oke, aku tunggu ya keputusanmu. Aku harap kau mau La”
Lala berlalu pergi dengan melempar senyum padanya.
“Daaaaa” Lala melambaikan tangan sambil berlalu naik kelantai dua.
Mata kuliah yang melelahkan, akhirnya selesai sudah. Seperti biasa Lala menunggu Hendro di taman Kampus. Tak putus asa Lala mencoba menghubunginya kembali.
Lala mengirim lewat pesan pun tak terbaca pula, entah kemana dia siang ini.
kringgggg kringgggg
dering di HP Lala berbunyi.
"Kamu dimana!? aku menunggumu dari tadi"
"Maaf sayang, aku ada urusan mendadak nih. Jangan marah yaa ini aku otw jemput kamu"
"Buruan, GPL (gak pakek lama)"
Telepon langsung dimatikan oleh Hendro, Lala menarik nafas panjang. di lihatlah sekitar Taman hanya tinggal beberapa orang saja sampai sesore ini.
Tak lama nampak di kejauhan Hendro dengan bergegas menghampiri Lala. Dikecup lah kening Lala,"maaf ya sayang, ayukkkkk"
Lala yang nampak cemberut, menggerutu tak jelas. Hendro sama sekali tak menghiraukan omelan Lala.
Terlihat sekali jika Hendro buru-buru. Tapi, tak sedikit pun memberi alasan jelas pada Lala.
"Tunggu,ngapain sih terburu banget"
"Sudah ayok"
Helm langsung di pakaikan tanpa menunggu Lala meminta.
motor melaju dengan kecepatan tinggi. Lala yang masih dongkol, tak sedikit pun bergeming sepanjang perjalanan.
"Kamu pegangan biar tak jatuh" teriak Hendro
Sedikitpun Lala tak memperdulikan. Karna tak didengarkan, langsung saja Hendro menarik tangan Lala dan diletakkan di lingkar pinggang Hendro.
"Dimana ini mas?" tanya Lala
tempat yang teduh dan asri.
"Ini rumah seseorang yang sama sekali belum aku kenalin ke kamu" ujarnya
"Oh, rumah siapa sih!"
"Sudah yuk"
Digandeng erat tangan Lala berjalan menyusuri tanaman yang begitu asri dan rindang. Di kejauhan terlihat seorang wanita yang telah memutih rambutnya dan hanya duduk memperhatikan Lala dan hendro berjalan kearahnya.
Assalamualaikummmm
Wa'alaikumsalammmm
Hendro melangkah masuk langsung mencium tangan wanita itu, Lala yang sama sekali belum mengenalnya pun mengikuti hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Hendro.
"Kamu lama sekali Den" suara parau itu seakan terpaksa bicara
"Maaf Bik"
"Ini siapa yang kamu bawa?"
"Oh ya,dia Lala. Kawan sekolah dari dulu"
"Kawan sekolah apa calonmu?"
Lala memotong pembicara mereka dengan memperkenalkan diri.
"Saya Lala Bik"
"Kamu manis sekali dan rapi"
"Terima kasih Bik"ujar Lala
"Kamu juga santun"lanjutnya
"Duduklah di atas jangan di bawah. memang rumahnya begini keadaannya, tidak direnovasi"jelasnya
"Tak apa Bik, ini juga sudah lebih baik"ujar Lala
Hendro yang terdiam,bergegas ke dapur menyiapkan minuman untuk Lala.
"Minumlah dulu La, disini adanya begini" ujar Hendro
Lala memperhatikan sambil memberi kode kerlin mata. Wanita itu menarik nafas panjang,
"Nak Lala tentu binggung ya"sambil memperhatikan Lala yang terlihat mengamati sekeliling dalamnya rumah itu. Hanya senyum tipis yang di tampilkan Lala.
"Saya ini yang merawat Hendro dari masih bayi, saya sudah menganggap Hendro ini anak Bibi"
"Oh begitu" sahut Lala
"Saya selalu memintanya menjenguk kalo dia ada waktu longgar, saya sendirian tinggal disini nak Lala" sambil tersungging tipis senyumnya masih terlihat cantik meski sudah berumur.
"Apa Hendro selama berteman dengan kamu tidak pernah bercerita tentang saya nak Lala" tanyanya
"Tidak pernah menceritakan sama sekali Bik"
"Ohhhhh"
"Bibi rasa kalian cocok satu sama lain, gerak dan bahasa tubuh itu tidak bisa dibohongi ya. Bibi sudah kenyang makan manisnya kehidupan ini"tebaknya penuh keyakinan
Lala yang mendengarkannya pun hanya mampu tersenyum. Hendro sibuk di dapur, sedang menyiapkan makanan kecil.
"Dennnn, jangan lama-lama di dapur,cepat kemari. Masak ini anak kamu bawa ke rumah Bibi gak kamu ajak bicara" ujarnya
"Aku ingin buatkan Bibi kopi racikan ku yang biasa aku jual di kedai" jelas Hendro
"Sudahlah,Bibi gak mau kamu capek disini. Sini duduk lah"pintanya
Hendro membawa segelas kopi untuk dinikmati bibinya.
"Cicipi lah dulu, ini beda dari kopi biasanya yang Bibi minum hehehe"
sambil meminum seteguk kopi,
"Rasanya memang lebih lezat,banyak aneka rempah yang menancap di lidah"ujar Bibi
"Bibi tau gak,ini resep kopi buatan Lala. kami berdua sering mengola kedai itu. kadang Lala mengisi lagu dihari libur dia tak sekolah"jelas Hendro
"Sudah Bibi duga,kalian pasangan yang cocok,jangan jadi teman dong"ujar bibi
"Ah, Bibi ini bisa saja"elak Hendro
Lala yang mendengar itu, terasa geli sendiri. sebab sekian lama kenal dan saling menaruhkan hati masih saja Hendro bicara ke sana kemari menganggapnya teman. meski begitu Lala mengerti mengapa Hendro melakukan itu.
Tak terasa langit gelap sudah. Mereka berdua berpamitan untuk pulang.
sepanjang jalan nampak sangat sepi dan sedikit menakutkan. sebab jarang sekali kendaraan lalu lalang. jarak antar rumah saja begitu jauh. pohon-pohon rindang dan tinggi membunyikan suara karna tersapu angin malam.
Lala memeluk erat pinggang Hendro karna bulu kudunya merinding melintasi jalanan yang tak berpenghuni.
"Laaaaa,kamu gak berangkat kuliah? ini sudah jam berapa" teriak Bapak dari ruang tamu
Lala yang kesiangan bangun di pagi hari,membuat khawatir sang Bapak.
"Kamu tidur apa pingsan!" sambil mengetuk dengan keras pintu kamar Lala.
Dengan langkah gontai, Lala menuju pintu. Dilihatlah sang Bapak yang sudah berdiri tegap di depan pintu sambil berkacak pinggang.
"Lala tau,masuknya masih nanti Be. Babe tenang saja, Lala masih semangat kok belajar meraih cita-cita"
"Kamu anak gadis,bangun harus pagi,biar rezeki tak di patok ayam"
"Ihhhhh Babe ini rempong kayak emak-emak dech"
"Ya sudah buruan mandi dan masak"ujar Bapak Lala sambil berlalu meninggalkan kamar Lala.
Semalam Hendro sudah berpesan bahwa siang dia tak bisa menemani Lala. Akan tetapi Lala penasaran apa dia sungguh-sungguh atau hanya mencoba membohongi Lala. Lala memutuskan menghubungi Hendro. Sudah hampir 30 menit Lala menunggu deringnya tersambung.
Siang itu diulangi kembali oleh Lala, masih saja tak diangkat. Lala menelpon lagi Hendro.
Tuttttt tuttttt tuttttt belum juga tersambung
Dan akhirnya “Halloooo sayang”saut Hendro
“Kau sedang apa mas? Kok tidak di angkat sih”sedikit jengkel Lala tumpahkan amarahnya.
“ Ini lagi nganterin Nita, maaf ya”
“Apaaaaa! Kau jadi nganterin dia mas?”
“Iy La. Mamanya yang minta, tadi chat aku” jelasnya
“Ohhhh gt! Emangnya kemana sih nganterinnya? Kan Nita punya driver, mengapa gak dianter drivernya aja?” seloroh Lala
“Tau ah, bentar ya aku tutup dulu, Nita sudah mau balik. Entar aku telpon lagi sayang”
Ini ketiga kalinya Hendro, meninggalkan tanya besar untuk Lala dan Lala tak mau diperbudak oleh rasa tanya yang membuncah.
“Ah sudahlah “ pikir Lala
Setelah Lala pikir-pikir mengenai tawarannya Tama, akhirnya Lala memutuskan untuk kirim pesan singkat padanya :
”Tam,aku bisa mulai minggu ya tuk ambil fotonya. Dan untuk lokasi aku pingin digunung kapur. Itu sih, klo cocok denganmu”
Pesan itu tak langsung mendapatkan balasan dari Tama. Lala berjalan santai menuju parkiran kampus, pikiran Lala entah melayang kemana. Campur aduk dalam kelam. Spoi Angin siang ini pun terasa tak sama pula dari biasanya.
Sore Tama baru membalas pesan yang Lala kirim
“ Oke la. Terima kasih ya, sudah mau bantu aku”
“ Jangan lupa fee nya ya,hehehehe” balas Lala kembali.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.