Seminggu sudah Lala tak tau kabar Hendro, begitu juga Hendro tak menelpon Lala sama sekali. Waktu berlalu begitu saja. Lala mulai disibukkan dengan aktifitas yang baru. Banyak teman baru dari segala penjuru.
Pagi ini, Semua jurusan tumpah ruah di Aula. Di pintu lift menuju Aula, Lala tak sengaja menabrak seseorang senior. Terlihat jelas dari almamater yang dikenakan.
"Maaf, tak sengaja. Saya keburu Kak" ujar Lala
"Gak pa-pa,ini map-map mu" bilangnya
Tiba tiba dia mengenalkan diri,
"Oya, aku Tama, Aditama. Panggil saja Tama, jurusan fotografi tingkat 5"
"Aku Lala tingkat satu jurusan publik speaking" balas Lala
"Oh,anak baru rupanya" kata Tama
"Iya,hehehehe"
Kami lalu saling tukar no telepon. Cukup sampai di lift kami bertemu. Selebihnya kami terpisah.
Dua tahun berlalu begitu saja. Cinta di antara Lala dan Hendro maki erat dan lekat meski intensitas waktu yang sedikit. Meski begitu semakin membuat Lala yakin atas cinta Hendro. Namun disela kesibukannya, dia masih sempatkan waktu untuk bersama Lala.
Kringggg kringgggggg kringgggggg
“Hallo, siapa?” tanya Lala
“Hai,gimana kabarmu sayang?” suara yang tidak asing bagi Lala
“Baik mas? kamu gimana? kok tumben ini masih kamis!” jelas Lala
“Aku juga baik La, ini aku mau ajakin kamu, lusa ada acara party teman mainku. Mau ya temanin aku?” jelas Hendro
“Dimana?” tanya Lala
“Rumah makan Desa. Aku jemput jam 4 sore ya?”
“Oke,mas”
Kami akhiri sambungan telepon.
“Tumben dia mau hadirin undangan party ini ya?” guman Lala dalam hati
"Ah, sudahlah" pikir Lala
Waktu party sudah tiba, kurang dari jam 4, Hendro sudah memarkirkan motornya di depan teras rumah Lala, Lala menyambutnya dengan senyum tipis yang padanya.
“Kau kelihatan kyut mas” ujar Lala
“Tumben, tak seperti biasanya” lanjut Lala
“Ah, kamu La, itu mungkin karna kita jarang ketemu. Jadi kamu lihat aku seperti laki-laki terkeren dimasa ini ya?hehehe” sambil ketawa
”Bentar mas, pamit dulu sama Bapak" Pinta Lala
“Be, Lala mau keluar dengan mas Hendro di acara party kawannya”
“Hati-hati La” saut Bapak
Mas hendro mencium punggung tangan bapakku.
“Pak,saya pamit dulu bawa lala pergi sebentar”
“Hati hati nak hendro,jangan malam malam pulangnya. Kalo hujan turun berteduh dulu, bahaya jika malam malam kena air hujan” ujar Bapak
“Baik Pak, permisi”
“Ya” saut Bapak.
Sepanjang perjalanan, kami terdiam. Mas hendro meraih pergelangan tangan Lala.
“Pegangan dong sayang,kamu gak kangen ya sama aku?”
“Mas, aku tuh tiap hari kangen sama kamu, kamu itu yang tidak ngertiin aku mas”
“Ya, udah. Kan ini sudah ketemu”
Lala melingkarkan tangannya dengan manja di pinggang Hendro. Nyaman banget rasanya. Sedikit bercanda diatas motor. Lala mengusap wajahnya dari belakang, Lala melihat ekspresinya di balik spion.
“La ini dijalan, jangan becanda ah” pinta Hendro
Makin dieratkan kedua tangan Lala yang melingkar di pinggang Hendro.
Tak berapa lama sampailah dirumah makan Deso. Area parkir sangat penuh.
“Mas, banyak yang diundang ya?” tanya Lala
"Iya La, teman temannya juga banyak. Belum lagi teman kerjanya”
“Oww”
Mereka berdua masuk ke dalam, tiba tiba seorang gadis muda,cantik,dan seksi dengan gaun dress warna biru dan riasan yang sedikit mencolok menghampiri Mereka. Mas Hendro menggenggam erat tangan Lala.
“Hai Dro,kupikir kamu tak datang. Padahal kamu jadi tamu istimewa loh di party ini” selorohnya.
“Bisa aja kau ini, Lis” saut mas Hendro
Gadis itu lalu pergi meninggalkan Mereka.
Lala dan Hendro mulai mencari tempat duduk yang nyaman.
“Mas, disitu yuk,tempatnya cocok” pinta Lala
Tanpa panjang lebar Hendro yang tidak melepaskan tangan Lala melangkah kearah yang Lala tuju.
“Selamat datang Dro” sapa seorang dari belakang.
“Hai Nit, oh ya. Kenalin ini Lala, Lala ini Nita” begitulah mas Hendro memperkenalkannya.
“Hemmm,ini adikmu ya Dro” tanya Nita
“Ah,kau ini. Bukan” saut Hendro singkat.
Acara belum juga dimulai. Masih menunggu pembawa acara bersiap.
Nita memilih duduk diantara mereka.
Secara tak sengaja Lala melihat tatapan lembut gadis ini. Tatapannya sedikit menyiratkan aura cinta. Terlebih lagi ada kegenitan yang ditampakkan di depan Lala.
“Lala,kamu tidak terganggu kan aku ikut duduk disini” tanyanya
“Ah,tidak kok, tempat duduk ini bebas siapa saja mau duduk”ujar Lala
Sesekali Hendro terlihat salah tingkah.
Tak berapa lama acara telah di mulai dan di acara inti pembawa acara menyajikan game salah satunya yaitu dansa. Tak ada rasa yang aneh saat ini Lala menikmatinya sambil memakan beberapa sajian di meja.
“Mari dipersilahkan 10 orang kontes dansa dan mencari pasangan teman atau bisa dengan pasangannya sendiri untuk maju ke lantai dansa” pinta Pembawa acara.
Nita yang tadinya sudah beranjak pergi dari tempat duduk mereka, tiba tiba menghampiri dan memegang pergelangan tangan Hendro.
“ayo Dro kita ikutan siapa tau jadi pemenangnya”ujar Nita
Seketika itu, Lala terkejut dengan sedikit membelalak kan mata menatap Hendro.
“Ndak ah Nit , lain waktu saja” ujar Hendro
Sambil ditarik cepat, Nita membawa Hendro ke lantai dansa, Hendro pun tanpa memberikan perlawanan sedikitpun pada Nita.
“Ayo,ah” paksa Nita
“Bentar ya La” sambil mengikuti langkah Nita, Hendro bilang ke arah Lala.
Lala terpaku dan terdiam di meja,antara percaya dan tidak apa yang di lihatnya kali ini. Semula Lala pikir mereka adalah teman. Tapi begitu dansa dimulai rasanya ada yang berbeda. Lala tak kuat melihat kemesraan mereka di lantai dansa, Lala pun memutuskan keluar dari meja menuju balkon di luar ruangan.
Seseorang datang memberikan Lala minum dan cemilan kecil.
“Kok sendirian non?” tanya Pelayan
“Kekasih aku, lagi di pinjam buat games dansa, tuh orangnya” jelas Lala sambil menunjuk lantai dansa
“Oh,yang sama mbak Nita itu ya”
“Iya, Pak”
Sambil manggut-manggut, Pak pelayan bilang “Ganteng juga ya orangnya”
“Em, boleh saya ngobrol bentar non?” lanjut Pak pelayan
“Ada apa pak?”tanya Lala penasaran
“Maaf non, bukannya yang dansa dengan pacar non,itu memang calon tunangannya mbak Nita?sekali lagi maaf loh Non”
Lala hampir tersedak dengan minumannya saat mendengar hal itu.
“Emang ada yang tau mereka tunangan, Pak”saut Lala sedikit tak percaya.
“Sepertinya orangnya sama. Tapi, apa ada ya Non orang dengan wajah mirip begitu?”
“Ya,banyak Pak” balas Lala sedikit tak percaya.
"Emang yang waktu tunangan sama ini,bedanya dimana?”tanya Lala
“Non,klo ini wajahnya kok lebih bersih dan berseri. Yang waktu tunangan itu rada sedikit sawo wajahnya, apa karena cahaya lampu?” kata Pelayan
“Ah Pak, kalo belom pasti itu orangnya jangan mengada-ada” ujar Lala
“Maaf maaf Non,gak bermaksud begitu Cuma pastiin saja, saya kira Non ini sepupunya dari jauh"
“Hemmmmm”
“Silahkan Non,di nikmati hidangan sederhana ini. Lupakan apa yang saya ingin tau ya Non” ujar Pelayan
“Iya,Pak, terima kasih sudah memberi tau saya” ujar Lala.
Lala sibuk mencari Hendro, duduk dimana dia kok tidak kelihatan. Akhirnya Lala menyusuri keliling rumah makan.
“Mas,rupanya kau disini”
Dia terkejut dengan kehadiran Lala
“La, kau tidak menikmati party nya?” tanyanya pada Lala
“Mas,aku duduk diluar,ditepi balkon. Kau tidak mencari ku?” tanya Lala
“Tadi aku lihat kau tidak ada dimeja, ku pikir kau ke kamar mandi. Aku tunggu sebentar dan Nita datang,mengajak aku kesini” jelasnya
“Ow, begitu rupanya”
“Lalu,kau mau?” sambung Lala
“Ya, aku ikutin aja dia. Dari pada bengong sendirian. Duduklah sini dekat aku”pintanya.
“Capek habis dansa” lanjut Hendro
“Enak ya mas, bisa nempel dan mesra gitu. Kapan lagi bisa seperti itu” sindir Lala
“Kau cemburu ya La”
“Siapapun wanitanya, meski aku belum istrimu.klo lihat ekspresi dansa mu begitu mungkin sama yang dirasakan seperti yang aku rasakan mas”
“Kan itu Cuma dansa game La, udah gak usah diambil hati, kan hatiku masih sama kamu” sambil meletakkan tangannya di pundak Lala.
Nita datang menghampiri meja mereka.
“Dro,besok jemput aku ya ditempat biasa”
“Iy”
Sambil mendaratkan kecupan di pipi Hendro dia berlalu pergi.
Untuk ke dua kalinya Lala tak percaya apa yang aku lihat tepat didepan mata kepalanya sendiri.
“Mas, dia???”
“La, dia itu sudah biasa antar teman begitu. Udah, jangan di ingat-ingat nanti buat kamu sakit hati” pintanya
“apa mas!? kau kurang tau ya mas, sudah dari tadi aku sakit hati lihat kau berlenggok mesra dengan dia,sekarang kau di cium dia. Lalu nanti apalagi” seloroh Lala.
“Sudah lupakan, ayo kita pulang acara sudah mau diakhiri" Hendro bergegas mengajak Lala keluar dari sana.
Sampai juga motor yang dikendarainya di depan rumah Lala.
“Mas,besok jadi ya kau jemput Nita?Emang mau kemana?” tanya Lala
“Tau tuh Nita, besok aja ya aku kabari” elaknya.
Mengapa setiap di tanya Lala, Hendro berusaha menghindar menjawab. Lala sedikit curiga dengan perkataan Pelayan yang di temuinya.
“Apa benar yang dikatakan Bapak yang menghampiriku tadi ya?”guman Lala.
Malam makin larut. Entah karna apa Lala tidak bisa tidur kali ini. Lala duduk di balkon kamar, memandangi bintang bintang dengan ditemani Semilir angin malam. Dipetiklah gitar untuk menghapuskan rasa gundahnya.
Angin yang berhembus diakhir november bawa kisah dan lagu dari angin lalu.
Angin yang berhembus bawa kisah tentang dia yang datang dan berlalu bagai angin laluuuuuuuu
Sepagi ini Lala menghubungi Hendro melalui ponsel.
Tutttttt tutttttt tuttttt tak jua diangkat.
Diulanginya sekali lagi,tetap tidak jua ada yang menerimanya.
“Ya sudahlah siang habis mata kuliah aja aku hubungi lagi” pikir Lala
Pelajaran mata kuliah pertama telah selesai Lala ikuti. Menunggu waktu tuk lanjut mata kuliah yang kedua.
Beberapa kawan yang lain membahas acara pemilihan dekan baru. Agar tidak salah pilih dan bisa membawa kampus makin bergengsi lagi.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.