Lala segera bergegas melajukan motornya. Dalam sepanjang perjalanan, dia berfikir
“Maksud perkataan Bapak apa ya kok jadi rumit. Aku sama sekali tidak mengerti”
Tak mau berpikir yang aneh aneh, karena pikiran aneh bisa terjadi kalo kita percaya. Lala mengambil nafas dalam-dalam “Aduh nyeseknya”guman Lala
Di taman rupanya tidak ada Hendro, "Hah, kk gak ada! lantas dia kemana?" guman Lala
“Mas, kamu dimana?”
“Aku lagi di kantin,mau sekalian ku bawakan roti kesukaanmu ta?
“Oooo,iya dech dua ya sama lemper satu saja”
“Oke”
Dengan santainya Hendro membawa sekantong kresek cemilan dan segelas minuman dingin. Lala perhatikan sepanjang dia jalan, tidak ada yang berubah darinya. Dari jauh Lala lihat dia, mengernyitkan dahinya dan sesekali memberi senyum manis jalan kearah Lala,tampak berseri sekali wajahnya.
“Hallo sayang gak lamakan? Masih lamaan aku nunggu kamu disini”
“Ihhhh lebay”
“Kenapa mas kok mau kesini, maksudnya nongkrong di kampus aku,di Aula ini.” tanya Lala
“Emang gak boleh ya? Apa emang kamu takut kalo incaran mu dikampus ini tau aku pacar kamu”
“Ihhh gila kau ini mas, mana pula aku begitu. Kau kan tau di kelasku aja laki lakinya hanya sedikit. Bisa dihitung dengan jari”
“ Kan di kampusmu ini tidak satu jurusan saja. Banyak kan! Buktinya kamu bisa kenalan sama Tama.”
“Lah itu kan hanya kebetulan aja mas, lagian pas ketemu juga gak sengaja, sekarang jadi sahabat aku.”
“Sahabat apa! memang kau ada rasa sama dia?”
“Kok jadi gitu?! dibalik gitu sih”
“dibalik gimana La”
“Alahhh pura-pura kau mas”.
“Kau cemburu sama Anita ya”
“Jelaslah, waktumu saja tersita banyak ke dia dari pada ke aku”
“Sudah ah jangan ngomongin Anita, yang lain aja dech.”
“Selalu gitu kamu mas, tidak pernah terbuka sama aku”
“Bukan gitu La, aku itu binggung mulai dari mana”
“Cincin itu sebenarnya buat sapa sih mas? Kok kamu gak mau kasih tau aku?” lanjut Lala
“Aku sendiri aja gak tau La, kok kamu terus tanyain itu. Yang penting kamu kan sudah aku beliin juga”
“Kok kamu gak tau sih maksud aku mas?!” sedikit Lala agak kesal.
“Tau kok maksud kamu, makanya aku tuh gak mau bahas. Kamu tuh takutkan kalo Mama punya pilihan sendiri buat aku”
“bukan Mama tapi kamu Mas, karna akhir-akhir ini kan lebih sering kamu jalan sama Anita dibanding sama aku.
Kalo kamu bandingin aku juga, aku kalah jauh mas, mulai dari sisi mana pun”
“Kok kamu jadi ngomong gitu”
“Ya jelas mas, kan mas sendiri kadang lupa jemput, kadang lupa chat, lupa ini lupa itu. Itu bisa jadi alasanmu, pelan-pelan menjauh dari aku”
“Mana buktinya? ini kita ketemu. Jaga pikiran La, jangan sampai setan meracuni mu. Yang penting aku tidak ingkar saja,kalo lupa mah biasa La. Kamu harus ngerti lah sayang”
Lala tak mau berdebat lagi. Pandangan Hendro pun tak lepas dari wajah Lala. Sesekali pandangan Mereka berpadu, tertawa bersama dalam lantunan iringan musik yang mendayu sendu.
Hari ini Lala tak menemukan jawaban yang dicari. Akhirnya Lala berinisiatif sendiri untuk mencari tau, segala apa yang sedang disembunyikan Hendro dari Lala.
Di kejauhan Lala melihat Tama berlari lari kecil dengan rambut yang tak tertata rapi masuk di kantin. Rupanya dia melihat Lala dan Hendro, di lambaikan lah tangannya, menandakan untuk menunggunya.
“Hai, Dro. Gimana kabar? rame ya kedainya kalo malam hari” tanya Tama
“Yaa lumayan bisnis dengan teman Tam, jadi hasilnya bagi dua”
“Ooo kirain punyamu sendiri.”
“Hehehehe bukan. Modal aja hasil ngutang bank. Hanya pingin belajar mandiri aja tidak bergantung dari orang tua.”
“Jangan percaya Tam, dia ini makhluk nyamar loh” ujar Lala
“Hhhhhhh bisa aja kamu nih say” sahut Hendro.
"Tapi seru juga yaa,bisnis diusia muda" ujar Tama
"Seru sih seru, kadang Lala juga bantuin pas weekend"
"Wahhhh serasa dunia milik berdua ya kemana-mana ada dia hhhhh"
"Yaa namanya usia muda Tam, selisih hanya setahun sama Lala "
"Widih rawan atuh, kalo orang Jawa bilang zaman dulu itu laki-laki harus lebih lima tahun usianya dari wanita. Tapi, ya zamannya sudah gak sama hhhh"
"Yaa masih penyesuaian juga"
"Tapiiii serius kan?!"
"Serius sih serius, kita jalani aja. bener kan La?"
"Hemmmm"
Lala tak begitu serius mendengarkan mereka berbincang. Rupanya Tama penasaran dengan hubungan mereka. tapi, Tama percaya sih Lala sangat mencintai Hendro.
"Lala aku balik dulu yaa, ada urusan nih" pamit Tama
"Okey, hati-hati lah kau bawa motor jangan suka ngebut" pesan Lala
"Widih, pakai perhatian segala nih cewek gue" ujar Hendro
Tama hanya balas senyum
"Byee" Lala melambaikan tangannya
"Lapar gak sayang?! cari makan yuk?dari tadi makan angin" ajak Hendro
"Mau makan apa?"
"Kita ke bak mie pojok situ yuk, enak banget itu"
Lala bergegas beranjak dari duduknya dan tangannya menggandeng Hendro. Hendro dengan semangat memegang erat tangan Lala.
"Kamu pesan apa?!"
"Aku gado-gado sama es jeruk, kamu mau bak mie kah?"
"Iya dech aku bak mie saja dan kelapa"
Tak lama kemudian pesanan makanan mereka datang.
"Coba aku cicipi makanan mu La"
"Idihhhh kebiasaan"
"Kelihatannya enak banget"
Tak perlu ijin sama Lala, langsung saja Hendro mengambil beberapa makanan di piring Lala.
"Wah enak ini bumbunya kerasa"
"Mau bungkus buat makan di rumah?"
"Gak dech, lain kali saja kesini lagi ya"
"Hemmmm"
selepas mengisi perut mereka beranjak untuk pulang. hari sudah menjelang petang.
Deburan ombak memecah sunyi nya suasana. Spoi angin menyapu halus dikulit Lala. Pagi ini Lala nikmati indahnya matahari. Lala tak mau terjebak dalam cinta yang tanpa kepastian, seperti dugaan bapaknya bisa menyakiti diri Lala sendiri.
Tapi, mengapa tidak ada bayangan lain selain bayangan Hendro.
“Kamu lagi dimana?”
Tiba-tiba chat masuk dari mas hendro.
“Aku sedang ditepi pantai,tempat biasanya mas”
“Hah, serius! sepagi ini?sama siapa?”
“Sendiri”
“Kok kamu tidak ngomong aku sih”
“Buat apa mas! Tidak haruskan tiap kemana aja kamu tau”
“Loh kok gitu sih? klo terjadi apa-apa gimana?”
“Kenapa kawatir mas! gak guna juga”
“La kamu kenapa sih!”
“Pikir sendiri aja mas”
Lala mengakhiri chat dan tidak memperdulikan chat itu kembali.
“LaLa"
“Off ya”
“Jangan marah”
Tak ada balasan lagi, Hendro pun tak melanjutkan chat tersebut.
“Dor”
Ditepuk lah pundak Lala dari belakang.
“Kamu mas! Mengapa kesini?”
“Takut kamu kenapa-napa”
“Kok tau kalo aku disini?”
“Tempat mana yang tidak kita kunjungi kau lewatkan sendirian. Ini adalah tempat yang selalu kau kunjungi saat kau terbebani masalah. Kau harusnya tidak bilang kalo ke pantai. Bilangnya itu yaaa kemana gitu ”
“Uhhhhh, dasar kamu nih mas”
"Hhhhhhhhh"
“Kamu itu sebenarnya ada apa sih? Jangan ngomong kalo ini menyangkut Anita.”
“Pastinya iya mas”
“Inget gak,waktu ke party nya dulu. Kau pikir aku tak melihatmu segitu mesranya. Pasti ada rahasia yang kau sembunyikan”
“Entar ikut jaga kedai ya? Sambil santai kita ngobrol. Aku juga rindu suaramu. Ini kan sabtu, isi ya biar hidup cafenya”
“Kenapa sih, selalu mengalihkan pembicaraan ?”
“Ya entar kita bahas ya, nikmati laut ini aja. Yuk ke tepi sana” ajak Hendro
Deburan ombak mengikis pelan-pelan pasir putih ini. seperti rasa hati mas Hendro kepada Lala
matahari mulai tenggelam. Mereka terpisah di jalan pulang masing-masing.
Malam ini, laju motor Lala tarik kencang, agar segera sampai tujuan. Angin bergerak berlahan menemani perjalanan menuju kedai Hendro.
Lala melihat dari jauh dia sudah sampai lebih dulu. Dilambaikan tangannya kearah Lala.
“La sini”
“Ya mas!” Lala segera mengambil duduk disamping Hendro
“La, isi nyanyi dulu ya, mumpung masih sore belum malam banget. Pengunjung juga belum terlalu ramai. Biar yang kunjung lebih enjoy”
"Oke"
Lala langsung berjalan menghampiri panggung. Di pilih-pilih text lagu yang mau di nyanyikan. Pengunjung kafe semakin berdatangan dengan diiringi gelapnya malam.
“Mas” panggil Lala pada Hendro
“Sini La, sesuai janji aku mau ada yang aku jelasin”
“Ini yang aku tunggu mas, dari sewaktu lalu” jelas Lala
“Iya paham kok aku. begini La, sebelumnya aku minta maaf ya, biar kamu tidak marah setelah mendengar ini”
Lala manggut- manggut saja. Setengah cangkir kopi sudah Lala habiskan.
“Masalah Anita itu, sebenarnya dia itu anak teman Ayah” ditariknya nafas berat, binggung mau memulai dari mana.
“Aku dan Anita sudah dijodohkan La”
Seketika Lala terkejut
”Apaaa?! Serius mas?” kata Lala
“Dari dulu itu aku sudah curiga, tapi kau selalu bohong terus mas”nada Lala tampak tinggi.
“Tapi aku tidak begitu tertarik La, beneran suwer dech”
“Tidak tertarik???!”terbelalak kembali Lala menatap tajam Hendro
Kedua tangan Lala dipegang erat sama Hendro.
“Tolong La, dengarkan dulu. Anita hamil dan aku yang dimintai menikah dengannya. Tapi sumpah La, bukan aku yang membuat dia hamil”
“Ini karna aku sudah dijodohkan sama Ayah La” lanjut hendro
penuh harap memohon ke Lala.
“Aku tak perduli apa yang didalamnya dan penyebabnya mas, yang aku sesalkan, kenapa ini begini?kenapa sekarang?kenapa pas aku berharap lebih dan aku juga mau selesai pendidikan ku mas” jelas Lala
“Aku sudah memimpikan sebuah pesta mewah tuk acara lamaran kita” lanjut Lala sambil menunduk memandang Hendro
“Kamu mah gitu, bukankah dulu juga gitu Selalu begitu. Tidak tidak tidak terus kalo aku mau bahas Anita. Tapi nyatanya kau ada main di belakangku mas” gerutu Lala
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.