Seharian Lala mengurung diri di kamar. Sambil sesekali memetik gitar untuk penghibur lara. Menikmati lantunan nada dan syair. Perlahan angannya mulai melayang. Memang tak mudah bagi Lala mencoba terlihat baik-baik saja didepan semuanya dan menganggap tak ada hati tuk Hendro,terlebih didepan Anita dan Mamanya. Pergulatan batin yang cukup menyiksa buat Lala.
"Jika terus begini mengusik, bisa merusak hatiku juga" guman Lala dalam hati.
Lala pun tak tau apa ini benar yang dilakukan?! satu sisi Lala tak mampu membohongi hatinya, satu sisi Lala harus berjuang hebat melawan harapannya. Ibaratnya makan buah simalakama.
"Laaaaa" panggil Bapak pelan.
"Ya Pak, ada apa?" saut Lala
"Jangan lupa pakai pakaian rapi dan sopan, hari ini teman Bapak datang, anaknya nanti kamu ajaklah keliling kota bentar"
"Huh Bapak nih bikin onar saja" gerutu Lala
"Apa kamu bilang tadi La?!"
"Ngak Pak, cuma binggung mau pakai baju apa!"
"Ow ya sudah kamu ke pasar beli buat hidangan, jangan lupa menu daging harus ada"
"Iya iya Pak, beres. Lala inget semua kok apa aja yang harus dibeli" kata Lala sedikit malas.
"Hai Lala La "
Teriak seseorang dari kejauhan memanggil Lala. Lala sepertinya binggung siapa yang panggil-panggil namanya. Di tengak tengok tidak ada yang dikenal satu pun. Maklum namanya pasar banyak orang lalu lalang. Motor biru mendadak berhenti tepat di samping Lala dan menghentikan motornya. Berhelm teropong,hanya terlihat matanya saja.
"Kamu ngapain" seloroh Lala
"Hahahaha dari suara aja gak kenal, parah loh"
"Dasar loh ya ini pasar, lagian ngapain loh cowok ke pasar!?"
"Kebetulan lewat lihat kamu, makanya aku berhenti. Parkir kan numpang elo hahaha" ujar Tama sambil bercanda.
"Buruan borong, habis ini aku main ya ke rumah mu La" lanjut Tama
"Eh ngapain!?"
"Kan mau main!"
"Jangan hari ini, Bapak gue lagi ada tamu penting" tegas Lala
"Tamu kan urusan Bapak elo, kan aku main buat temani kamu di rumah" jelas Tama
"Bukan begitu, pokoknya lain waktu aja kalo mau main yaa Tam" tegas Lala
"Ya sudah kalo gak boleh, aku otw kampus aja dech" kata Tama
"Belum kelar juga rupanya. kok gak pernah lihat di kampus?"
"Ya kan orang penting gitu, jadi sok sibuk hahahaha"canda Tama
"Kalo mau main, kamu bisa kabari dulu. Telepon atau sms Tam gak bisa dadakan karena Bapak gue bukan lahir di zaman ini" kata Lala
"Oke oke paham, ya sudah aku cabut dulu dech byeee"
"Byeee"
Tama kembali melajukan kencang motornya.
~~~~
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam," saut Bapak
"Eh datang juga kau rupanya"
"Hehehehe masak sudah lama gak jumpa, janji datang gak datang, pasti datanglah"
Sambil berjabat tangan dan peluk erat. Pak Edwin mengenalkan anaknya pada bapak Lala.
"ini Nathan anakku yang tempo hari aku ceritakan" kata pak Edwin
"Owwww ini yang kecilnya sering kau ajak mancing di sungai sebrang itu?!"
" Iya, betul sekali. Katanya kau punya anak gadis, mana nih ?! sapa tau kita bisa besanan, hahahaha" canda pak Edwin
"La Lala " panggil Bapaknya
Sambil membawa makanan kecil dan minuman sederhana , Lala menghampiri ruang tamu.
"Silahkan diminum Om" Lala mempersilahkan untuk menikmati hidangannya.
"Wah sudah sebesar ini anak Kau, sudah siap jadi mantu nih" canda pak Edwin
"Hahaha masih melanjutkan sekolah, sedikit lagi juga sudah lulus" jawab Bapak Lala.
"Kamu kuliah jurusan apa Lala?"
"Saya di public speaking Om"
"Wah keren sekali itu, bisa banyak cuan kalo sukses" ujar pak Edwin
"Ya semoga saja" kata Bapak Lala
"Oh ya, Nathan ini kesibukannya apa sekarang?" tanya Bapak Lala
"Nathan tidak terlalu aktif dimana-mana, bantuin mengelola usaha dirumah saja" jawab pak Edwin
"Hebat juga mau terjun di usaha, zaman sekarang langkah anak muda mau meneruskan usaha orang tua, contohnya itu Lala mana mau ngurusin kebun" kata Bapak Lala
"Tak masalah namanya juga jiwa muda, masih ingin mencoba hal-hal yang belum pasti" ujar pak Edwin
Lala yang berpakaian tak sesuai keinginan bapaknya, sejenak mencuri perhatian Edwin yang tak lepas dari pandangannya. Berbeda dengan Nathan, yang sedari tadi hanya menunduk saja, sesekali memperhatikan sekeliling. Tak sekalipun menatap ataupun mau membuka perbincangan dengan Bapak Lala.
Lala mengambil duduk tepat di samping Nathan. Celana trendy dengan model lubang-lubang dipadu kaos marun ditambah syal hitam yang melingkar menutupi leher jenjangnya Lala, sedikit modern dan itu dilirik oleh Nathan. Sepertinya Nathan asing dengan cara berpakaian Lala, karena teman-teman perempuan Nathan tidak pernah tampil begitu jadi terlihat aneh bagi Nathan.
"La ini yang Bapak ceritakan tempo hari. Kalian bisa berteman ajaklah dia di teras atau keliling di Kebun" pinta Bapak Lala.
Sedikit berat Lala harus mengiyakan permintaan bapaknya.
"Hemm baiklah Pak. Mari mas kita jalan kaki aja ya ke Kebun"
"Oh iya gak apa-apa di rumah juga sering jalan, jarang pakai motor juga kok"
"La hati-hati ada kalajengking, hahahahaha" canda Bapaknya.
Sambil tersungging tipis, Lala pamit keluar. Maklum Bapak adalah orang tua satu-satunya yang dipunya Lala. jadi mau tak mau ya harus nurut ngikuti apa yang di mau Bapaknya selama itu tidak merugikan Lala juga.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.