Mama Hendro menatap diluar kaca melihat bagaimana upaya Lala membuat Hendro senang. Terbersit rasa bersalah di hati Mama Hendro, karena tak pernah melihat pribadi Lala yang sesungguhnya. Sambil diusap pipi kanan dan kiri karena air mata yang menetes Karena kesedihan hatinya.
"Sepertinya yang ku lakukan kesalahan besar" guman dihati Mama Hendro.
"Mama, kenapa gak masuk?" tegur Lala yang kebetulan melihat Mama Hendro ada di balik pintu saat Lala mau pulang.
"Iya baru saja sampai, itu tadi juga mau masuk" pura-pura memberi jawaban palsu.
"Sepertinya mood mas Hendro sudah membaik Ma, tinggal kesabaran kita yang dituntut tuk menunggu fisiknya pulih"jelas Lala
"Iya nak Lala, tiap hari dilatih dan ditemani agar tak sendiri. Itu pesan dokter selama masa pemulihan"
"Kira-kira butuh berapa bulan Ma, menurut prediksi dokter?"
"Kurang pasti juga, kalo semuanya sudah stabil dan hanya tinggal terapi-terapi saja, Mama berencana bawa pulang biar suster di rumah yang merawat." kata Mama
"Ma, Lala mau pamit pulang dulu, hari sudah mulai gelap dan masih banyak sekali tugas yang harus Lala selesaikan" kata Lala
"Baik nak Lala, terima kasih ya untuk hari ini karena sudah menghibur anak Mama. Sering-seringlah kunjung kalo tidak sibuk, Mama sangat mengharapkan sekali kamu bisa meluangkan waktu untuk Hendro " pinta Mama
"Baik Ma" jawab Lala
Lala pun pergi meninggalkan Rumah sakit dan terbersit di pikiran Lala
"Kalo berbulan-bulan bagaimana dengan kehamilan Anita?"guman Lala dalam hati
"Apakah Mama tau akan hal ini?"lanjut pikir Lala
Lala tak pernah memikirkan dirinya sendiri,selalu buat orang lain. Meski Lala down sekalipun. Lala mencoba berpikir keras. Tak mau melihat Mama mas Hendro kecewa dengan calon menantu pilihannya itu.
Dua hari kemudian Lala kembali datang untuk menghibur Hendro dan di sana sudah ada Mamanya yang masih duduk di kursi ruangan kamar dan Hendro masih tertidur.
"Ma, sudah lama kah di sini" sapa Lala yang sudah masuk di ruangan tersebut.
"Mama sudah dari kemarin belum pulang, siapa lagi yang menggantikan selain Anita dan kamu. Anita kemarin masih sibuk, jadi Mama yang tetap disini" jawab Mama
Lala mencoba untuk memberanikan diri mengorek info tentang Anita.
"Ma,sementara ini bagaimana kabar Anita? kan kondisi mas Hendro sedang tidak stabil?" tanya Lala
Mamanya menarik nafas panjang "Entahlah sejauh ini semua masih baik-baik saja. Anita juga sesekali masih mau menemani Hendro. bahkan tidur juga disini"
"Oooooo begitu, lantas bagaimana dengan rencana pernikahannya Ma?"
"Sementara itu pihak keluarga menunda sampai Hendro benar-benar pulih seperti sedia kala. Nak Lala kapan ada rencana menikah?"
Seketika terhenyak di hati Lala dengan pertanyaan Mamanya Hendro. Namun Lala pun menyadari mungkin Mamanya takut jika suatu hari nanti Lala merusak hubungan Hendro dengan Anita.
"Emmm masih belum terpikir Ma?" jawab Lala
"Ow begitu" balas Mama
Hendro yang mendengar berisik orang bicara akhirnya terbangun juga. Meski tubuhnya tak mampu digerakkan dia memberi isyarat kepada Lala melalui tatapan matanya.
"Hai mas, aku baru saja datang. Ini aku bawakan juice kesukaan mu yang aku buat sendiri dan ini kata dokter diperbolehkan untuk kamu minum" kata Lala
"Minumlah Ndro, Lala baik sekali masih perhatian sama kamu" kata Mamanya
"Anita biasa kesini jam berapa Ma?" tanya Lala
"Tidak tentu juga"
"Owwww"
"Cobain dech Mas ini enak loh" kata Lala sambil menuangkan ke gelas dan memberikan sedotan untuk Hendro minum. Hendro hanya mengikuti apa kata Lala, sebab Hendro tau apapun buatan Lala selalu enak. Mamanya Hendro hanya memperhatikan mereka berdua dan pada akhirnya Mamanya pamit keluar.
"Nak Lala Mama tinggal dulu ya sebentar"
"Baik Ma"
Lala pelan-pelan mulai mengusap dengan handuk kecil wajah Hendro dengan air hangat agar terlihat lebih segar.
"Mas, ternyata Mama sampai detik ini masih menganggap aku sahabatmu yaa?! tadi aku berbincang sama Mama, dan mengapa Mama tanya kapan aku menikah" cerita Lala
"Anggaplah memang itu benar ya Mas, sejak pertama Bapakku pun tak tau kalo kamu orang spesial dihati aku, jadi saat itu tidak ada yang tau kecuali kita" lanjut cerita Lala
Oya Mas, berapa bulan lalu aku lupa belum memberitahu mu tentang kompetensi waktu itu. Aku memenangkannya Mas dan itu berkat kerja keras Tama juga. Tapi, Tama tak mau mengambil hadiahnya sedikitpun, semuanya dikasihkan ke aku. Ya sambil debat sedikit sih waktu itu sama Tama, tapi dia gak masalah, ya sudah aku terima saja semua hadiahnya dan trofinya Tama yang bawa. Cukup adil sih"
Lala terus menerus bercerita dan Hendro memperhatikannya.
"Kata Pak dokter yang aku dengar, Mas itu masih belum boleh banyak gerak terutama menggerakkan tubuh. Jadi sabar ya nanti juga sembuh kok, percaya dech sama Lala" kata Lala
Lala tak menyadari Mama Hendro membuka pintu karena asik mengajak Hendro bicara. Mamanya pun mendengarkan sedikit cerita Lala.
"Kompetisi apa La? hebat betul ya"
"Eh Mama sudah datang, enggak kok Ma hanya biasa saja, sama teman kampus Lala tapi beda jurusan"
"Ow, meski begitu hebat bisa sampai di kejuaraan"
"Hhhhhh iya Ma namanya rezeki Lala dan teman"
"Oh ya Ma, hari sudah petang, Lala izin pamit dulu ya Ma Lusa coba Lala ke sini lagi."
"sering-sering lah lihat dan mama tentu sangat berharap kamu bisa menghibur Hendro. mama yakin Hendro senang dengan kehadiran mu" kata mama Hendro
~~~~~
Sendiri Lala menerjang gelapnya malam yang dinding dengan hembusan angin kencang. Tak mau terpikir yang aneh-aneh. Lala melajukan motornya dengan sangat kencang.
"Tumben La malam amat pulangnya" sambut Bapak Lala yang dari tadi hanya di teras saja menunggu putri satu-satunya.
"Iy Pak, sambil ngobrol banyak sama Mamanya mas Hendro"
"Kamu masih nungguin dia?"
"Bapak ini, Lala itu sudah anggap mas Hendro sebagai kakak,bukan seperti dulu Pak. Jadi apa salahnya kalo nungguin dia di rumah sakit"
"Haduh La La, katanya pingin cepet kelar kuliahnya meraih cita-cita mu. Lah kamu malah disibukkan sama Hendro yang sakit. Aduh aduh gimana toh kamu itu"
"Sudahlah Pak, tenang saja pasti semua berjalan, Bapak tinggal do'akan saja kalo Lala bisa menyelesaikan semuanya".
sambil berlalu meninggalkan bapaknya yang menikmati udara malam di teras Lala langsung naik menuju kamarnya.
~~~~
Embun pagi masih nampak tebal, Lala menerobos dinginnya pagi untuk segera sampai di kampus dan menemui Dosen pembimbingnya. Tak seperti biasanya Dosen kali ini sudah duduk manis di ruangan. Lala langsung masuk dan menyerahkan hasil revisi tesisnya.
"Point ini salah, ini juga kurang gereget topiknya. Perbaiki lagi ya La, tinggal selangkah lagi, kamu masukkan peristiwa yang nyata tapi ya ditampilkan sedikit saja, buat penguat" terang dosen pembimbing Lala.
"Baik Pak"
"O ya La jangan lupa, pada bab experiment itu harus sample yang nyata dan acak bukan hasil rekayasa ya"
"Hhhhhh Bapak ini, masak iya saya harus beli sample bohongan"
"Jangan begitu seniormu sudah banyak yang melakukannya, hasilnya harus revisi total dan hal itu makin membuat lama kamu untuk segera lulus, yaa akhirnya siapa yang rugi kan!?"
"Hhhhhh iya Pak, baik terima kasih"
"Ya sudah kamu perbaiki lagi okey!"
"Okey Pak"
Lala langsung mengambil semua berkasnya dan berlalu pergi.
"Waduh dicoretin semua, pembimbing yang sedikit menyebalkan tapi asik orangnya" guman hati Lala
"Mana kelar-kelar kalo terus corat-coret gini, pikirannya gak nyambung sih" lanjut Lala.
Lala mencoba melepas penat di Aula sambil dipelajari lagi hasil yang belum sempurna isi dari bab demi bab skripsinya. Hari yang melelahkan untuk isi pikiran Lala kali ini.
"Duh enaknya jadi Dosen, gak sesuai pemikiran main hapus-hapus saja" guman Lala dalam hati
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.