Jalanan tak seperti biasanya dihari weekend makin padat saja lalu lalang kendaraan. Anita merenung di sudut Taman belakang rumahnya. Ini memang sudah zaman modern tentu banyak yang mengalami lebih pedih dari Anita. Terlebih lagi Anita anak orang terpandang, semua bisa diselesaikan dengan uang. Namun Anita tak kuasa menahan deritanya sendirian. Kedua orang tuanya hanya bisa menyelesaikan segalanya dengan materi. Dikala kegalauan mengganggunya, dicarilah salah satu nomer telepon di handphonenya. Anita mau menghubungi seseorang yang dia rasa bisa membantunya.
Tuuuuuut tuuuuuuut tuuuuuuuut
Tak tersambung kembali.
Sudah beberapa kali Dia menelepon tak jua dari sebrang ada balasan.
"Huh, giliran di hubungi gak mau angkat" gerutu Anita
Kehamilan yang sebenarnya belum begitu Anita inginkan menjadi penghalang Anita yang masih ingin hidup bebas, bukan karena tak ada sosok Ayahnya tapi statusnya sendiri belum terikat dalam pernikahan.
kringgggggg kringgggggg
Anita melihat dering telepon itu.
Langsung Anita mengangkatnya.
"Kemana saja Kamu itu? Aku telepon dari tadi gak mau angkat" bentak Anita
"Apa sih, kan aku sudah bilang jangan hubungi aku lagi. Aku sibuk" ujar lelaki itu
Karena memang tak mau diganggu laki itu langsung menutup teleponnya.
"Hihhhhh, dasar kamu, awas ya, lihat saja nanti" gerutu Anita yang makin jengkel karna disaat seperti ini tak seorang pun yang bisa mendengarkan keresahan hatinya.
Tiba-tiba Anita teringat Lala.
"Mungkin Lala bisa mendengarkan aku"pikirnya
Tapi Anita tak memiliki kontak Lala.
"Apa Lala masih ke Rumah sakit ya!" pikirnya lagi
"Emmmm, pasti Mamanya Hendro punya aku coba dech minta kontaknya Lala" guman Anita
kringgggggg kringgggggg
akhirnya terdengar suara dari sebrang
"Hallo Anita, ada apa ?!" tanpa basa basi Mama Hendro langsung menanyakan maksudnya.
"Emmmm, maaf Ma. Mama masih menyimpan kah nomer telepon Lala?! kebetulan banget lagi ada perlu penting Ma"
"Oh masih, Mama kirim lewat chat saja"
"Oke Ma, terima kasih"
telepon itu lalu ditutup Mama Hendro. Tapi, anehnya tak sedikit pun Anita menanyakan kabar anaknya yang masih belum pulih.
Mama Hendro tentu sudah paham betul bagaimana prilaku Anita yang dahulu selalu dibandingkan dengan Lala.
Anita mulai menyimpan nomer telepon Lala dan menghubunginya lewat chat.
"Hai La, ini aku Anita. bagaimana kabarmu?" sapa Anita
Lala yang saat itu masih sibuk dengan persiapan wisuda. Tentu tak segera dibaca chat itu. Lala pikir itu kawan-kawannya. Lala sudah mulai menyiapkan perlengkapan Bapaknya dan semua bajunya sendiri untuk menghadiri acara wisuda. Lala tak ingin sekali membuat hari bahagia itu berantakan. Lala baru melihat ada beberapa chat masuk, salah satunya itu dari nomer baru yang tak ada di daftar kontaknya. Dibaca lah chat itu dan Lala tentu terkejut dengan chat itu.
"Anita!" guman Lala dengan mengernyit dahi.
Lala sendiri penasaran ada apa kok Anita tiba-tiba menghubunginya.
"Alhamdulillah baik,sehat dan dipenuhi keberkahan oleh Allah swt" balas Lala
rupanya Anita sedang tidak dalam kondisi online. Lala kemudian melakukan panggilan via chat di w******p
tuttttt tuttttt tuttttt
(menghubungkan ulang)
rupanya sinyal sedang tidak bersahabat. Pada akhirnya Lala tak menghiraukan chat itu lagi. Namun Anita menghubungi Lala kembali.
"Hallo Lala, Kamu sibuk hari ini?"
"Hai tumben Nit, tidak sibuk banget sih, tapi ada kegiatan sedikit. Ada apa?"
"Lala aku mau bertemu kamu bisa kan hari ini?"
"Memangnya ada apa? kelihatannya penting banget"
"Bisa gak?"
"Aku ada waktu kosong sedikit, baiklah aku tunggu di kampus aku saja ya di Taman dekat aula, kalo kamu tidak keberatan. Karena Aku ada urusan juga di kampus"
"Oh okey dech, aku akan kesana. Jam berapa La?"
"Aku bebas sih, tapi aku tunggu jam 11 siang ya"
"Okey makasih ya La"
"Hem byee"
Lala asik dengan menyusun rencana selanjutnya setelah wisuda usai dan mengantongi gelar sarjana. Setidaknya satu langkah Lala sudah terpenuhi untuk membuat sang Bapak bahagia.
Setibanya di Kampus Lala menyempatkan diri ke perpustakaan untuk mengembalikan semua buku pinjaman.
"Hai Denis Denis" Teriak Lala saat melihat Denis berada di pintu keluar lift. Lala berlarian menghampiri Denis.
"Kamu?!" Dengan terkejut Denis melihat Lala yang menarik lengannya.
"Hei, hari ini aku ada janji sama Anita di Taman. Kamu jangan terburu-buru pulang, mungkin juga Dia ada perlu sama Kamu"
"Sudah tidak penting lagi dan bukan urusanku La, kamu sendiri saja yang buat janji"
"Dia sepertinya membutuhkan teman"
"Ya kamu saja yang jadi temannya, aku sudah tidak ada hubungannya La"
"Ehhhh, mau kemana? tunggu sebentar, ini aku masih mau mengembalikan buku. Jangan pergi" Lala berkeras tak melepaskan tangan Denis
"Idih kamu nih gadis aneh tau gak sih" Denis mulai marah
"Kamu marah ya sudah marah saja, penting kamu temani aku ketemu sama Anita"
"Penakut ya, dah ah byee"
Denis tak menghiraukan Lala lagi dan meninggalkan Lala sendirian di ruangan perpustakaan. Lala sendiri tak mampu mencegah Denis. Lala tak tau apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka.
"30 menit sudah Anita tak muncul-muncul capek nunggu disini" guman Lala
Jam yang sudah disepakati tak di tepati oleh Anita dan Lala masih mau menunggu karena rasa penasaran di hatinya.
"Hai La, maaf ya telat jauh biasa macet"
"Rupanya jam karet kau, suka molorin janji"
"Hhhhh ya baru kali ini saja kan sama kamu. Eh iya, kamu kenal Denis kan? Dia juga ada di kampus ini loh, sepertinya dia sudah tidak mau ketemu sama aku"
Lala mencoba focus kan Anita kembali
"Sebenarnya kamu ada masalah apa Nit, harus ketemu aku"
"La, kamu sepertinya keburu-buru amat ya"
"Apa yang harus aku bantu untuk kamu kali ini?, bukannya semuanya sudah menjadi milikmu?"
"Bukan masalah memiliki Hendro La,Aku tidak tau kemana lagi aku harus membawa permasalahan ini"
"Hemmm"
"Jelas sekali Aku tak akan menikah dengan Hendro, dia akan mengalami cacat permanen dan butuh waktu sangat lama hingga puluhan tahun juga belum tentu seperti sedia kala. Aku sudah memikirkan semua resikonya. Aku tak ingin merebut dia dari kamu La, memang aku yang salah. Waktu itu, kami pesta di bukit villa dan banyak sekali Hendro menghabiskan wisky, itu karena aku menuangkannya terus dan dia kondisinya mabuk berat. Aku tak mengijinkan dia pulang dalam kondisi seperti itu dan aku membawanya di kamar. Aku tak mampu menahan hasratku, Dia terus mencumbui ku dengan memanggil namamu dan terjadilah hubungan terlarang itu. Aku melakukan dengan sengaja dan berkali-kali aku juga mengadakan pesta di villa. Kau mungkin tidak pernah menyangka bahwa semua ku lakukan karena aku terobsesi dengan Hendro"
Lala mendengar pengakuan itu, seperti di sambar petir di siang hari. Tak mau menyalahkan siapa pun, tapi hatinya semakin terluka.
"Andai kau tau Nit, Hendro tak pernah merasa melakukan hubungan intim itu denganmu, sampai harus mengakui itu adalah anaknya. Andai dia tau yang sebenarnya, mungkin juga Dia akan menolak"
"La, aku ingin menebus semua kesalahan itu, terutama kepadamu dan Hendro"
"Nasi sudah menjadi bubur Nit, Aku sudah tidak mengharap lebih dari semuanya. Aku punya tujuan hidup kedepan tak mau melihat lagi kebelakang"
"Lalu mengapa kau masih mau mondar-mandir ke Rumah sakit kalo bukan ada harapan yang kau tumpukan La!"
"Kau sungguh picik dalam menilai perilaku seseorang, Aku berbeda jauh darimu Nit. Sebaiknya tidak perlu lagi membahas yang telah berlalu. Aku sudah memaafkan Hendro dan Kamu. Focus saja pada tujuan masing-masing. matahari sudah meninggi sebaiknya kita sudahi semuanya, Aku juga minta maaf ya Nit. Bukalah lembaran baru"
Lala mencoba menjelaskan pada Anita, meskipun jauh di hati Lala itu sangat menyakitkan.
"La, aku tidak melakukan hanya pada Hendro saja, tapi aku juga ingin dia yang bertanggung jawab"
"Kau sungguh tidak malu mengakui itu di depanku"
"Aku butuh solusi La"
"Solusinya ada pada dirimu Nit, ubah lah kebiasaan buruk mu dan untuk anak yang tak berdosa itu, biarkan saja terlahir sebagai penebusan dosa-dosa mu juga"
"Hemmm" Anita menarik nafas panjang, tak mau semua berlarut dan menghindar dari kenyataan
"Apa itu juga yang membuat Danis mulai menarik diri darimu?"
"Perlu kau tau, Danis sekali tidur dengan ku"
"Sesungguhnya apa kurangnya materi kedua orang tuamu sehingga kau menjadi wanita liar yang tak tau aturan hidup"
"Aku bertemu dengan mu untuk mengatakan semuanya yang selama ini aku simpan, aku tau aku tidak baik. Tapi juga ingin dicintai. Ah sudahlah, persetan dengan semua itu kita pulang saja. Anggaplah aku tak pernah mengatakan apapun tentang semua itu La dan aku ingin kau melupakannya"
"Kau tak perlu kawatir Nit, Aku bisa menjaga rahasiamu kok"
"Hemmm okey dech byee, semoga ada kebaikan di balik kejujuran ku ini"
"Okey byeee"
Lala melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan pada Anita. Di kejauhan rupanya Danis memperhatikan mereka. Danis memantau Lala dan Anita tanpa disadari oleh Lala.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.