Pengajuan sidang skripsi Lala telah disetujui. Sejauh ini Lala berusaha menyelesaikan studinya dan berharap Bapaknya bangga dengan Lala. Lala bersiap untuk melalui sidang ini dan berharap mendapatkan nilai yang maximal. Tinggal menunggu waktu saja untuk meraih gelar yang di inginkan Lala.
Setelah pengajuan sidangnya mendapatkan jadwal, Lala tak langsung pulang menuju rumah melainkan ke Rumah sakit, setidaknya Lala memberitahu Hendro perjuangannya tidak lama lagi akan usai di kampus yang penuh kenangan itu.
Lala membuka ruangan Hendro dan tak ada seorang pun disana yang sedang berjaga.
"Pada kemana ini kok sepi" guman hati Lala
Lala duduk di samping Hendro yang masih terbaring lemah.
"Mas, aku sudah mengajukan sidang dan sudah mendapatkan jadwalnya. Ini akan menjadi hari yang indah jika aku bisa lulus dengan nilai maximal. Semoga kau segera siuman dan melihat aku wisuda mas, bukan kah dulu aku selalu berharap kau bisa dampingi aku saat wisuda. Masih ingat kan mas?"
Tangan Lala tak melepaskan genggamannya dan Lala memberanikan diri mencium bibir Hendro. Di cumbuinya Hendro yang tertidur itu. Lala tak mampu lagi membendung hasratnya kali ini. Bibirnya terasa dingin sekali. Meski cumbuan Lala tak mendapatkan balasan, Lala begitu bahagia.
"Terima kasih ya mas, aku merindukan semua kehangatan mu. Bagaimana bisa aku berpaling, sedangkan aku tak tau pasti siapa yang ada dihatimu" guman Lala.
Menjelang Malam tak seorang pun datang untuk menjaga. Harusnya ada Mama Hendro disini. Lala mencoba menghubunginya.
kringggggg kringggggggg
"hallo nak Lala, ada apa?"
"Maaf Ma,apa tidak ada yang menjaga Hendro di rumah sakit malam ini?"
"Loh, kamu di sana kah?"
"Iya Ma, mampir sebentar dan tidak ada seorangpun disini"
"Iya, Mama sudah serahkan ke suster yang menjaga di ruangan. Jadi Mama istirahat di rumah"
"Ow begitu, baik Ma. Ijinkan Lala yang jaga malam ini"
"Kamu mau menginap disana? apa Bapak kamu tidak marah nanti jika tau"
"Tidak kok Ma, Lala nanti mengabarinya. Bapak Lala tidak pernah melarang selama itu baik"
"Okey nak Lala, maafkan Mama yaa hati-hati"
"Iya Ma"
Mama Hendro mematikan sambungan seluler nya. Tampak di raut wajah Lala sangat bahagia, menemani malam ini sendirian. Kembali diciumnya kedua pipi Hendro.
"Mas, malam ini aku punya banyak waktu untukmu" guman Lala
pelan-pelan Lala memberikan obat melalui selang.
"Sadarlah mas, aku disini. Ayo kita bicara dibawah bintang" serunya lagi
~~~~
Gerimis mulai menyapa jalanan yang gersang. Udara dingin terasa tak sabar menyapu kulit Lala disepanjang jalan menyusuri aspal yang penuh dengan rintikan hujan.
"Bagaimana La ?" tanya Bapak Lala
"Apanya Pak?"
"Hasil sidang kelulusan"
"Belum mulai Pak, tapi Lala sudah dapat jadwalnya"
"Oh belum toh"
" Do'a kan Lala ya Pak, lusa Lala akan ujian kelulusan. Semoga Lala lulus dengan baik" ujar Lala
"Bapak selalu mendo'akan kamu La, Bapak pasti senang jika kamu bisa meraih semua cita-cita mu"
Lala memeluk bapaknya yang telah renta dan tak pernah berhenti mendukung apapun yang Lala lakukan.
"Makasih ya Pak" ujar Lala.
"Ibumu pun tentu juga akan bangga jika melihat kamu nanti bisa meraih semua cita-cita mu La" Ujar bapak Lala
"Lalu bagaimana dengan Hendro? semalam kau tak tidur dirumah"
"Aku sudah memberitahu meski tidak ada respon Pak"
"Jangan terlalu berkorban buat orang yang belum tentu mencintai kamu La, Bapak hanya mengingatkan"
"Lala itu kini sadar kok Pak, cinta terbaik tidak harus memiliki tapi memberikan apa yang kita mampu dan bisa selama belum ada janur kuning melengkung Pak"
"Hemmm Kau ini terlalu di butakan oleh bayangan indah masa lalu"
"Ih Bapak ini, Lala sudah sadar kok beneran dech"
"Ya sudah terserah, Kamu yang menjalani. Bapak ini hanya menasehati saja"
Sekejap Lala hanya terdiam mendengar itu. Lekas-lekas Lala menghempaskan pikiran kacau yang mencoba meracuni pikirannya.
Pagi telah menampakkan wajahnya. Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Lala yang sudah rapi dan siap menghadapi ujian, berpamitan untuk melajukan motornya.
Masih ada waktu untuk membuka kembali lembar demi-demi lembar materi ujian yang akan di jalani Lala. sesampainya Lala di depan ruangan sidang dan menunggu para penguji datang, hati Lala berdetak tak karuan.
Hati berkecamuk tak tentu menggelayuti perasaan Lala. Harapannya kali ini hanya satu, lulus. Beberapa dosen penguji sudah bersiap menuju ruangan sidang.
Tak berapa lama ujian telah dimulai. Lala dengan lancar menjawab semua pertanyaan dari penguji. Meski tiada teman pendamping selama ujian tesis, Lala tetap percaya diri. Lala memotivasi dirinya sendiri untuk bisa meraih cita-citanya.
Akhirnya Lala menarik nafas lega setelah melewati semuanya.
Tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja. Rasa gelisah menggelayuti hati Lala. Kali ini bagi Lala waktu terasa begitu lama. semua penguji masih merundingkan hasil ujiannya.
Tak berapa lama, Namanya dipanggil.
"Lala" panggil salah satu Dosen pengujinya. Sontak lala bergegas berlarian kecil menuju ruangan hasil ujian. Disana sudah menunggu tiga Dosen penguji.
"Lala" tanya salah satu dosen sambil membuka-buka beberapa lembar kertas.
"Iya"jawab Lala
"Kamu dinyatakan lulus dengan nilai A" jelas salah satu Dosen
"Alhamdulillah, rasa syukur dan bahagia tak mampu Lala tutupi. Dengan berlinang air mata bahagia, Lala menyalami tangan semua dosen penguji.
"Trima kasih atas bimbingannya selama ini Pak dan Bu"ujar Lala
"Iya, semangat ya. Pokoknya jangan patah semangat"ujar salah satu penguji.
Lala keluar dari ruangan dengan disambut hangat oleh teman-temannya dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya telah menyelesaikan studi akhirnya kali ini.
Di kejauhan nampak sosok yang tak asing bagi Lala. Sekilas Lala melihatnya bersandar dengan sebatang rokok di sela-sela jarinya. Lala hanya tersenyum tipis, nampaknya dari tadi Tama juga menunggu hasil kelulusan Lala.
Tak lama kemudian Tama menghampiri Lala.
"Selamat ya La,tinggal menapaki tangga selanjutnya" ucap Tama
"Makasih ya Tam, kok kamu ada di sini. Sengaja atau bagaimana?!" tanya Lala
"Aku melihat peserta ujian di papan depan, saat aku tau ada namamu jadi aku nunggu yaa sebagai teman setidaknya aku memberikan support hehehe" ujar Tama
"Kebetulan sekali loh, makasih yaa Tam karna aku juga dari pagi tidak ada seorang pun yang istimewa buat support aku hehehe" kata Lala
"Wihhhhh, berarti aku masuk istimewa gak yaaaa?! hehehehe" goda Tama
"Ah, kamu nih bisa aja dech"
"Kapan nih kamu nyusul, janjiannya barengan, kok aku duluan"
"Masih belum La, masih banyak yang harus di urusin tidak seperti kamu focus di kuliah saja"
"Iya iya maaf yaa, aku menyemangati kamu nih ayok buruan nanti keburu stoknya habis"
"Apa maksudnya La"
"Hhhhhhhh mau sampai kapan jadi penunggu kampus ini?"
"Hhhhhhhh kamu ini lucu banget, makanya jangan buku saja yang di tangan"
"Marah nih yeee" goda Lala
"Hhhhhhhh, mau aku antar pulang atau tidak La? sekalian satu jalur kan"
"Ih motor ku di taruh mana?"
"Titipin satpam 24jam aman La"
"Memang ada rencana apa? kok mau anterin pulang"
"Ya biar Bapakmu tau kamu tidak sendirian, yaa anggap saja sebagai gantinya Hendro mu itu"
"Hemmm modus nih"
"Eh serius beneran kok. Sini La aku foto dulu mau gak"
"Ahhhh sip dech, pasti mau lah"
"Hhhhhhhh sudah aku jepret tanpa kau tau tadi. Lihat ini"
"Ih kau nakal gak bilang dulu"
"Ini lebih natural, kau tampak cantik tersenyum begini. Tidak ada beban paksaan untuk pose"
"Eh Tam, kirim aku semua yaa buat kenangan. Beruntung banget ya aku nih, gratis pula hhhhh"
"Itulah enaknya ada teman orang fotografi hhhhh"
"Oh ya La bagaimana kabar Hendro? lama tak terlihat mengantar jemput kamu"
"Kau perhatikan juga yaa"
"Ya kamu Taukan pos ku mangkal dimana?"
"Hemmm begitu yaa, Dia masih di Rumah sakit, di ruangan VIP khusus"
"Hah, memang sakit apa La?"
"Kecelakaan sepulang dari kedainya, entahlah siapa yang berdosa. Mungkin dengan begitu akan ada banyak hikmah tapi belum terlihat hikmahnya apa"
"Hemmm masalah kalian berdua, aku turut prihatin. Semoga segera sembuh dan menemani kamu seperti dulu La"
"Untuk hal itu, Aku tidak terlalu berharap. Sebab semuanya menjadi sangat rumit setelah datang wanita lain"
"Hah, Kau serius La!"
"Hhhhhhhh sudahlah ayok pulang, aku mau pulang dan segera memberi kabar Bapak"
"Jadi gak aku antar?"
"Lain kali saja Tam, aku pulang sendiri saja"
"Hati-hati yaa jalanan padat"
"Okey dech, byee yaaa"
"Byeee"
mereka tertawa dan mengobrol panjang lebar, tak terasa matahari mulai tenggelam. Tama mulai memotret kembali Lala yang sedang berjalan menuju area parkir. Begitu banyak sekali koleksi Tama akan foto-foto Lala. Bagi Tama, Lala itu unik dan menarik sehingga menjadikan obyek pertamanya.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.