Semilir angin yang sejuk menyapu hangat kulit pipi Lala. Rambutnya yang coklat digerai tersapu oleh angin menambah anggun dan lembut parasnya. Sesekali dipetiknya gitar tua itu. Walau masih tersisa kesedihan, Lala tau betul bagaimana harus menyembuhkannya.
Kringggggg kringggggggg kringggggggg
Bel sepeda tua berada di depan rumah.
"Pos pos pos Non" pak Sanja memangil Lala yang ada diatas balkon.
"Ya Pak, ada surat apa Pak"
Sambil mengangkat surat ber amplop cream, sedikit lebar pak Sanja berkata "ini Non, pengirim atas nama Hendro"
Seketika detak jantung Lala terpacu sedikit kencang.
"Apa!!!!?, Dari mas Hendro?!" gumamnya dalam hati.
Tak berapa lama, surat itu dibuka oleh Lala. Rupanya undangan pernikahan mereka.
"Ya Tuhan, dia ternyata b******k. Gak bisa ambil sikap, katanya bukan yang melakukan tapi mau disandingkan" gerutu Lala.
Ditariknya nafas dalam-dalam.
"Pergilah sejauh-jauhnya dari hidupku,awas jika bertemu lain waktu" sambil diremas undangan itu karena luka yang mendalam semakin dirasakan oleh Lala.
sore ini cuaca tak seperti biasanya. Sedikit redup namun menenangkan.
"Hai Dro" tegur Danis menghampiri kedai Hendro yang baru saja dibukanya sore itu.
"Hai, tumbenan mampir kesini!? gak biasanya ini hari beda loh dengan hari-hari lain" tanya Hendro
"Hhhh kebetulan lewat dan kebetulan aku mau tanya juga sama gadis manis yang nabrak aku dikampus" ujar Danis pura-pura tak mengetahui gadis itu, hanya ingin tau apa reaksi Hendro.
"Memangnya siapa?" selidik Hendro
"Seingat ku dia sering ngisi lagu disini loh" ujar Danis
"Oh ya!?"
sambil Hendro menyuguhkan secangkir kopi kesukaan temannya.
"Iy,aku kaget waktu fotomu jatuh dari buku dia"
"Oh ya!" sedikit terkaget juga Hendro
"Iya, aku gak sempat tanya namanya. makanya aku kesini, yaaa sapa tau ada jodoh buat aku jadikan pacar hhhhhhh"
sambil dibuka-bukanya ponsel tepat di galeri foto ditunjukkan satu foto yang masih terpajang manis disitu.
"Apa ini cewek yang nyimpen foto aku itu?" tanya Hendro
"Loh iya bener nih cewek, syalnya sama. kalian ada hubungan apa?!" selidik Danis
"Oww hanya sebatas teman"
"Beneran nih teman?! kok saling nyimpen foto yaa?" penasaran mulai menggelayuti hati Danis
"Tapi, bentar lagi kan kamu mau merid? jangan-jangan kalian main hati dibelakang ya?" lanjut Danis
"Hust, ngawur gak begitu ceritanya. Sekarang memang teman"
"Hemmm, ada udang dibalik rempeyek nih"
Sambil menikmati kopi,Danis sibuk mencoba memecahkan teka-teki Hendro.
"Gini Dro, kalo memang teman bolehlah aku kamu kenalkan sama dia. Judesnya aku suka. Cewek gini idola aku" sedikit merajuk ke Hendro
"Hhhhh" senyum tipis Hendro mengembang penuh tanya.
"Lain waktu aja Nis ya, aku focus ke pernikahanku dulu" lanjut Hendro
"Hhhh yang mau bulan madu" ledek Danis
"Tau gak Dro, teman kita yang satu kampus dengan aku itu, sudah lama sih cerita-cerita tentang kamu dan Lala" Danis mulai sedikit membuka jika dia sudah tau bahwa gadis itu adalah Lala.
"Ohhhhhhhh, jadi kamu sebenarnya sudah mengenal Lala?!" dahinya sedikit terkeryit keatas.
"Sedalam apa kalian saling kenal?!" rasa penasaran Hendro mulai terusik
"Ah tak perlu tau banyak dech, aku tau aja kalo kamu sebenarnya cinta sama Lala. Pesanku aja jangan begitu, kamu harus bisa pilih satu diantara dua itu. Dia gadis yang keren, jelas Dia jauh berbeda dengan Anita. kalo aku jadi kamu aku lebih memilih Lala" jelas Danis
"Aku sudah memutuskan hubungan itu, dan aku berharap kelak Lala menemukan yang terbaik dari Aku"ujar Hendro
"Jika kamu bisa mencintai lebih baik dari aku, kamu bisa memilikinya jika Lala mau" lanjut Hendro
"Kelak kau akan menyesalinya, kau tidak melihat potensi dan jiwa yang tulus dari dalam hatinya. Tapi, sudahlah memang urusan hati gak mudah" ujar Danis
Hendro terdiam tanpa kata.
"Seingat ku dulu kamu yang paling mengejar untuk mendapatkannya" lanjut Danis
"Aku sadar kok aku salah, tapi kamu sebagai teman jangan sudutkan aku dong! kita jiwa laki gitu loh, hahahaha. Sudah jangan bahas cewek itu lagi ah. Masak mampir tidak tiap hari kesini, mampir-mampir bahasnya cewek itu"
"Hehehehe kamu emang beruntung ya sebagai cowok" ujar Danis
"Oh ya, apa Lala tak akan menyanyi lagi di kedai ini ya Dro?"
"Jangan kawatir, dia nanti aku minta buat ngisi malam minggu, pasti dia mau" ujar Hendro
"Wah, salut banget aku sama cewek itu jika memang begitu. Sudah di buat kecewa masih mau ramaikan kedaimu" ujar Denis
"Yaa namanya cewek kan gitu, kalo kita sudah dapatkan hatinya gitu tuh"
"Wihhhhh, rupanya kamu master ya hahahaha"
"Aku tinggal dulu yaa Nis, sudah mulai ramai pelanggan yang datang" pinta Hendro
"Ohhh okey okey"
Malam memang makin banyak pengunjung datang. Denis menyadari hal itu. Diperhatikan sekelilingnya sambil menikmati kopi yang entah sudah berapa cangkir Denis habiskan.
sayang sekali Lala gadis yang kurang beruntung kali ini, memberikan cintanya pada orang yang salah dan masih berkorban juga untuk Hendro.
Denis akhirnya pamit tuk pulang pada kawannya itu dan melanjutkan perjalanannya.
~~~~~~
Lala menghitung kalender di hari H hendro menyunting Anita. Setidaknya Lala sudah siap mental buat hadir disana. Mungkin itu adalah pertemuan yang terakhir bagi Lala. Sudah persiapan matang buat Lala, mulai lagu yang akan dia bawa dihari bahagia Hendro, baju, pilihan make up, sepatu dan syal.
selang tak berapa lama.
"La La La " Bapak berteriak memanggil dengan keras nama Lala.
"Ya Pak, ada apa Lak?! kenceng amat sih panggilnya" tanya Lala
"itu, cepetan ada telepon dari seorang wanita, yang ngaku Mamanya Hendro, pacarmu dulu" jelas Bapak
"Masak sih!" sedikit tak percaya
"Sana cepetan, kelihatannya penting banget"
Berlarian Lala menuju telepon rumah yang berada tepat dipojok ruangan santai itu.
"Assalamu'alaikum" sapa Lala
"Wa'alaikumsalam nak Lala" sahut dari sebrang
"Maaf Mama, ada apa? tumben mencari Lala, bukannya sebentar lagi mas Hendro mau menikah?" tanya Lala
terdengar Isak rintih di seberang, seolah tak mampu berkata-kata.
"Nak Lala ini bukan masalah pernikahan anak Mama. Hendro saat ini ada di ICU, saat mengigau yang di panggil hanya namamu" sambil terbata-bata mamanya Hendro menjelaskan ke Lala.
Musibah ini diluar dugaan Lala. Ini sangat mengejutkan sekali. Padahal semua sudah dirancangnya. Namun, rencana Tuhan lain.
"Apa Ma!!? dimana?! dirumah sakit mana?" sedikit kalut Lala Meraih bolpoin tuk mencatat alamat Rumah sakit
"RS Dewi SRI, bisakah kamu kesini menengok sebentar? "ujar Mama Hendro
"baik Ma, aku segera menuju kesana"
tanpa salam ditutup segera telepon itu. hilang sudah sakit hati Lala. yang ada saat ini dibenak Lala adalah tau kondisi Hendro.
"Ya Allah, kuatkan aku" guman Lala dalam hati.
Bapak Lala yang ada di Ruang tamu mendengar sebutan Rumah sakit, ikut penasaran ingin tau.
"Siapa La yang di Rumah sakit?"
"Aduh Pak, nanti Lala jelasin. Itu mas Hendro kecelakaan"
"Astaghfirullah hal azim, doa mu kali La yang nyambung, hingga dia mengalami musibah"
"hustttt Bapak jangan mengada-ada. Sudah aku mau berangkat dulu"
"Jangan bawa kendaraan La, kamu naik angkot saja"
Lala tak menghiraukan Bapaknya bicara dan bergegas pergi dengan baju seadanya menunggu angkot datang. Lala tak membawa motor sendiri sebab tidak diperbolehkan Bapaknya. Kekhawatiran seorang Bapak terhadap anaknya disaat pikiran Lala yang kalut. Beruntung angkot datang tak begitu lama.
"Pak, bisa kencengin dikit ya ke RS.Dewi SRI" pinta Lala
"Oke Neng, sabar ya sesuai rutean, namanya angkot Neng" jawab Pak supir
Sepanjang perjalanan ke RS, Lala tak berhenti berdoa berharap ada keajaiban. Sebegitu besar hati Lala untuk Hendro, hingga Lala lupa sekejap lalu Hendro menghancurkan mimpi-mimpinya, sekejap pula cinta itu kembali.
Rupanya sisa cinta itu masih melekat indah dibenak Lala.
"Pernikahannya tinggal menghitung hari,apa rahasia dibalik ini ya Allah?" guman Lala dalam hati. Mengapa juga aku masih peduli dengan dia, sedang dia saja tak peduli dengan perasaanku!? apa mungkin dia mengigau itu hanya kebetulan saja?! atau Dia merasa bersalah telah membuatku kecewa dan menyakiti hatiku", banyak sekali tanya yang tak Lala temukan jawabannya saat ini.
Jalanan tak sebegitu ramai, kegelisahan Lala tak kunjung reda, sebab angkot rutenya muter tidak langsung ke tujuan.
"Duhhhhh lama banget" gerutu Lala
"Jika masuk ICU itu berarti parah kondisinya mas Hendro"pikiran Lala makin kalut.
Hendro tak pernah melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi jika bukan karna hal penting sekali. Itu yang Lala tau selama ini. Semua tentu ada penyebabnya.
"Siapa yang patut di salahkan?! apakah Anita?! atau hal apa?" guman Lala dalam hati.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.