Sesekali Lala mengecek galeri di ponselnya, terdapat satu foto dengan blouse biru senyum tipis mengembang, makin membuat lala teringat waktu bersama Hendro.
"Ya Alloh mas mas" guman Lala.
Foto satu-satunya yang masih dia simpan. Foto dengan warna kain sepadan yaitu biru tua. Lala dan Hendro nampak begitu sempurna, pasangan yang serasi kalo dilihat dari foto. Keduanya menyunggingkan senyum yang sama.
Lala tengah asik dengan lamunan panjangnya.
"RS RS " teriak kernet angkot.
"Turun sini Pak" saut Lala.
Sedikit berlari kecil,Lala mencari ruangan ICU di mana Hendro terbaring tak berdaya.
Dari kejauhan nampak Anita yang sudah duduk di bangku tunggu sambil sesekali mengusap air matanya.
"Maaf Nit, sudah lama ya?" sapa Lala
"Eh Lala, kira-kira sudah tiga jam-an" saut Anita
"Gimana keadaan mas Hendro Nit?" tanya Lala
"Tunggu dokter keluar" jawab Anita
Tampak di belakang Lala, Mama Hendro muncul tiba-tiba.
"Nak Lala" sapanya perlahan namun terdengar berat. Dicium lah kedua tangan Mama Hendro sebagai rasa hormat Lala pada mamanya. Mama mengelus punggung dengan usapan penuh kasih.
"Maaf Ma, gimana ceritanya kok bisa begini?" Lala membuka percakapan.
Ditariknya nafas panjang
"Lala, kau kenalkan itu Anita?" tanya Mama
"Iya Ma, sudah kenal lama" jawab Lala
"Dan kau juga sudah tau kalo dia lah calon istri Hendro?" tanya Mama
"Iya Ma, mas Hendro yang cerita, dan tempo hari undangan juga sampai ditangan Lala Ma" jawab Lala.
Anita yang duduk tak jauh dari mereka, sedikit mendengar pembicaraan Lala dan Mama, namun Anita tak memperdulikannya, dia focus dengan ponsel yang digenggamnya.
Berapa menit kemudian Dokter keluar dari ruangan ICU.
"Keluarga saudara Hendro" panggil Dokter itu.
Mama langsung bergegas menghampiri Dokter itu.
"Saya Mamanya, gimana Dok?" jawab Mama
"Mari ke ruangan saya" ajak Dokter
mereka bergegas masuk di ruangan dokter Agus.
~~~~~
Anita dan Lala sesekali bergantian menjaga Hendro.
"La maafkan Hendro ya, dia sudah buat sakit hati kamu" Anita membuka pembicaraannya.
"Bicara apa sih kamu Nit!?" Lala mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Gak usah kamu tutupin La, aku melihat di mata kamu cintanya Hendro, begitu juga sebaliknya, sebenarnya kalian saling cinta bukan!" tebak Anita
"Jangan ngaco, aku hanya teman baik saja kok" jawab Lala membohongi hatinya sendiri
Anita menatap tajam mata Lala. Lala terlihat sedikit gugup dan berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
"Hendro sedang koma,masih mau berdebat masalah hati. Kamu kan yang mau menikah dengan dia" tegas Lala
"Aku tau La, aku hanya tak ingin menyakiti hatimu saja. karna aku tau kalian saling ada hati."
"Sudahlah Nit, focus saja sama kehamilan kamu,karna kalian belum menikah" potong Lala.
Tak berapa lama, Lala keluar meninggalkan Anita dan menuju Taman. Sesekali ditarik nafas panjang. Dibukanya galeri ponselnya, Dipandanginya satu foto yang masih tersisa.
"Senyum kebahagiaan" guman lala dalam hati sambil tersenyum sendiri.
Hayalannya mulai melambung ke masa dulu saat mereka masih bersama. canda, tawa, berantem, cemburu, banyak sekali. Tak terasa air mata menetes di pipi Lala.
"Mas,andaikan saja semua seperti rencana kita"sesekali di usap lah air mata itu.
Lala tak menyadari ada seseorang yang bertanya padanya.
"Maaf, mau tanya, Ruang jasmin dimana ya?"
tiba-tiba seorang pemuda berperawakan tidak begitu tinggi,sedikit membungkuk bertanya pada Lala.
Sedikit diangkat kepala Lala,dan melihat pemuda yang bertanya itu.
"Loh,Nugroho!!" sambil terbelalak sedikit terkejut. dia rupanya kawan lama Lala.
"Emmmmmm Lala ya"sedikit ragu Nugroho tuk menebak
"Iya" jawab Lala
"Ow,kenapa agak kucel? lagi ngapain disini?" tanya Nugroho
"Nunggu teman yang sakit, lagi di ICU"
"Owwww"sambil mangut-mangut
"Kamu sedang apa di rumah sakit ini?"tanya Lala
"Em, aku juga mau jenguk mantan"
"Mantan apa?! istri apa pacar!?"
sambil tersenyum tipis Nugroho menjawab "mantan istri"
"Ow, kamu lurus saja,ada belokan pertama, kamu belok lurus terus, nanti ketemu tangga kamu naik di situ sudah ruangan jasmin"jelas Lala
"Wah, makasih La. Sayang banget gak bisa ngobrol lama. Aku harus bergegas maklum aku ini tadi ijin dari kerjaan juga"ujar Nugroho
"Emmmm oke oke" jawab Lala
"Kamu selalu menunggu ditaman ini yaa La?!" lanjut tanyanya
"Emmm iya,kenapa?"
"Ya sudah, siapa tau bisa ketemu lagi"
"Eeee iya"
"Dah ya aku jalan dulu"
"Oh iya iya"
Lala yang memperhatikan Nugroho berlalu dalam pikirannya terbersit tanya yang panjang.
"menikah seperti Nugroho saja masih bisa berpisah apa lagi aku yang belum ada ikatan" guman lala dalam hati
Dari situ Lala mencoba pelan-pelan mengikhlaskan apa yang sudah menjadi jalan hidupnya.Mereka berdua akhirnya terpisah satu sama lain.
Di kejauhan nampak Anita memperhatikan keakraban Lala dan laki-laki itu. Anita sangat tau, betapa Lala berusaha keras untuk melupakan Hendro. Tapi, Mama hendro sangat sayang pada Lala. sedangkan keadaan tidak memungkinkan mereka bersama.
"Ma, Lala pamit dulu ya. Lala usahakan sesekali kesini. Lala sekarang sudah di semester akhir Ma"dengan lembut Lala menyampaikan pamit pada Mama Hendro
"Baiklah nak Lala, semoga lancar ya dan segera lulus, maafkan Mama ya nak Lala" pinta Mama Hendro
Sambil dicium telapak tangan Mama hendro Lala pun berpamitan pulang.
Tak lupa pula Lala pamit ke Anita juga, yang sedari tadi dia duduk termenung di kursi tunggu. Beban dipundaknya kian bertambah, tapi Lala tak bisa berbuat apa-apa.
Di tengah perjalanan Lala melihat Nugroho teman lama Lala semasa SMP sedang asik duduk di taman dekat ruangan ICU dimana Lala selalu menghabiskan waktunya disana saat menjenguk hendro.
"Hai Nug, kamu kok masih disini!"sapa Lala
"Iya sudah jenguk tadi, tapi gak lama-lama sih, takut suami barunya cemburu" jelas Nugroho
"Ow mantanmu sudah menikah lagi?Sepertinya hubungan yang rumit ya?" tanya Lala
"Iya, baru saja kok menikahnya dan tidak lama sakit lalu di bawa kesini.Kamu mau kemana La?" Nugroho mencoba mengalihkan topik pembicaraan
"Ah, iya nih mau balik juga"jawab Lala
"Kamu terburu-buru ya La?" tanya Nugroho
"Emangnya kenapa?!" jawab Lala penuh tanya
"Ya mau aku ajak relax dulu di cafe depan situ" sambil menunjukkan cafe sebrang rumah sakit.
"Waduhhhhhh maaf ya Nug, lain kali aja ya aku keburu soalnya. Kasih nomer telepon kamu saja, kalo ada waktu longgar kita bisa ngopi bareng" jawab Lala
"Oke" Nugroho sambil menyebutkan nomer teleponnya ke Lala
"Okayy aku balik dulu ya Nug, nomer ponsel kamu sudah aku save"
"Udahan ya jaganya?! hati-hati ya La, entar kabar-kabar lagi ya"seru Nugroho
"Iya jaganya gantian sama calon istri temanku itu, ok dech daaaaaa see you" sambil melambaikan tangan dan Lala berlalu pergi meninggalkan Nugroho.
Nugroho hanya menghela kan nafasnya melihat Lala yang belum menikah dan masih melanjutkan sekolah.
~~~~
Pagi yang cerah ini Lala sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk bertemu pembimbing. seperti biasa Lala tak membawa motor untuk ke kampus, Lala lebih memilih naik angkot kesayangan yang biasa Lala tumpangi. Kali ini angkot melaju cukup kencang.
Udara segar dan dingin menyapu pipi Lala yang sawo matang itu. Syal di gulung doble tuk menghalau dinginnya pagi.
Suasana kampus masih sepi, Taman pun hanya dihuni beberapa mahasiswa saja.
Lala terkenang kembali kenangan saat pertama kali bersama Hendro hingga mendekati kelulusan akhir.
"Biasanya di Taman ini,mas Hendro mengantar dan menunggu hingga bel berbunyi. Ya Allah kenapa jadi rumit begini, mana sekarang dia di ICU berjuang antara hidup dan mati" guman hati Lala.
Pekerjaan menunggu bagi Lala itu sudah biasa. Dari pagi hingga matahari meninggi Dosen pembimbing tesisnya tak kunjung nampak batang hidungnya. Mobil kuning tak jua terlihat ada di parkiran dekat Lala menunggu.
Tak lama kemudian terlihatlah wanita muda yang trendy dan fashionable keluar dari mobil hitam.
"Ohhhhh mobilnya ganti lagi"guman Lala dalam hati.
Lala mengikuti dari belakang agak sedikit jauh dari Dosennya yang beranjak masuk ruangan.
Lala menyerahkan semua tesisnya untuk tahap pertama.
"La ini kurang mengenai pendahuluannya, musti perlu diperbaiki dan banyak yang perlu ditambahkan dan dua pekan lagi kamu langsung kerjakan sampai bab ke dua dan langsung ke tiga ya! setelah itu kamu selesaikan sampai pada tahap penelitian, baru kamu temui Ibu lagi untuk pertanggung jawaban tesismu. Kamu kan pingin cepet-cepet lulus katanya" kata Dosen Lala
"Iya Bu, baik. terima kasih saya akan segera merevisi semuanya" balas Lala
Tak mau menunda pekerjaan, Lala langsung mencari tambahan bahan untuk perbaikan tesisnya.
Beberapa buku pendukung sudah dipinjam dari perpustakaan. Tinggal mempelajari saja dan perlu perjuangan extra bagi Lala untuk bisa mendapat gelar sarjana dan melanjutkan meraih mimpinya.
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.