Angin sore berhembus menerpa helaian rambut sebahu Nadi. Ia masih setia duduk di sofa balkon kamarnya menunggu penampakan pemuda pujaan hati. Tapi sudah hampir dua puluh menit berlalu pemuda yang Nadi damba tidak juga menampakan wujudnya, membuat Nadi membuang napas lesu.
Jemarinya masih memainkan senar gitar yang berbunyi abstrak, hanya bunyi tidak karuan yang keluar dari petikan jarinya di senar benda kesayangannya itu. Seolah, apa yang dilakukan cewek itu sekarang menunjukan suasana hati sang pemilik yang tidak b*******h.
Sudah beberapa hari ini Nadi merasa kebersamaannya dengan Zillo sama sekali tidak ada yang berarti, eh bukan, tidak intens mungkin lebih tepatnya. Kesibukannya di OSIS dan klub karate yang ia ikuti membuat waktu Nadi untuk bersama Zillo—lebih tepatnya membuntuti—meman……
Waiting for the first comment……
Please log in to leave a comment.