Kiara gadis ceria, ramah dan sederhana dengan segala pesona dan kepintaran yang ia miliki, membuatnya banyak disukai oleh teman-temanya. Namun di balik itu semua tidak ada yang mengetahui jika kehidupanya penuh liku dan luka. Hingga takdir mempertemukanya dengan seseorang yang akhirnya membuat Kiara merasakan jatuh cinta. Namun ternyata semuanya tidak seindah yang Kiara bayangkan, untuk sekian kalinya ia harus merasakan luka lagi, belum lagi tentang semua fakta mengejutkan tentang hidupnya yang semakin membuat Kiara hancur. "Terimakasih, setidaknya aku pernah merasakan kenyamanan yang belum pernah aku rasakan..." Kiara adelia Maheswara "Kia, please. Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku benar-benar menginginkan kamu" Rama Purwadinata
''Apa mereka memberiku pilihan, tidak kan?" Jawab Radit dengan geram "Jadi memang aku harus menerima keputusan ini. Lalu bagaimana dengan kamu?" pandangan Radit terpaku pada deburan ombak di pantai Losari, gulungan ombak itu serupa perasaannya yang karut terbawa arus dan terhempas di antara batuan karang, memecahkan semua harapan yang kini menampakan buih kerinduan. "Jika Qais menganggap Laila adalah mentari yang sinarnya berkilauan, maka bagiku Radit adala mentari yang menyinari suramnya hidupku" -Mutiara Senja-
“Arkana Wiramandala,” nama lengkap Bujang lanang dari kota kecil di Jawa Barat, Indramayu ‘kota Mangga' demikian sebutanya, Kota dimana tidak berdiri Megah Candi-candi, atau indah deretan bukit-bukit dan Pegunungan, seperti kota-kota wisata lainnya di Indonesia. Berbekal 'Ijazah SMA,’ Arkana menantang kerasnya hidup di ibukota. Kota dimana ia bertemu seseorang yang selalu menciptakan senyum dan sekaligus menghancurkanya di waktu yang sama. Diyyara ialah nama gadis yang selalu Arkana puja di sing dan malam, seolah nadinya kan terhenti jika sehari saja tidak memandang wajah ayu wanitanya. Di hiruk pikuk Kota dan riuh realita dunia adanya, sungguh tak ada yang sanggup mendengar gelegak Jiwa Sang Bujang yang sedari tadi menahan hentakan rasa, setelah mendengar suatu kenyataan yang harus ia terima.... “Diyy...kemarin sepertinya aku tidak pernah mendekapmu, rasakan kehangatan mu, merindukan mu, apalagi untuk memiliki mu itu tidak mungkin kan, Di? Iya Diy itu seprtinya tidak mungkin. Diy... Selama ini, sepertinya aku hanya memeluk kabut, hanya memeluk Kabut... bukan kamu.” by Malebbi
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.