Pria gagah dengan wajah tampan rupawan tak henti-hentinya memberenggut saat berjalan menuju kamar mandi. Kepalanya menunduk, menatap gadis mungil yang tak ingin melepaskan pegangan tangannya. Ucapan lembut sudah dilontarkan, sentakan kesal juga dilakukan, namun karena kelewat batu. Gadis itu sama sekali tak mengindahkan ucapa Bara yang terganggu akan tingkah lakunya. "Lepas, Ca." "Enggak mau." Andai Bara tak mengingat statusnya sebagai kepala keluarga yang harus mengayomi istri. Sudah dari tadi dia menendang istri keras kepalanya ini dari jendela kamar menuju kebun belakang mansion. Untung saja akal sehat masih bersama, bisikan setan akhirnya bisa dia tahan walaupun wajah tegasnya sudah berkerut karena kesal setengah mati. "Saya gak bisa jalan leluasa kalau kamu pegangin saya terus, Ca. Lagipula saya gak kemana-mana, saya juga udah janji temenin kamu jalan-jalan hari ini." "Om malu Caca pegangin?" "Bukan gitu---" ucapan Bara terpotong oleh celetukan yang tak mau mengalah. "Terus apa? Om suami gak mau Caca pegangin, artinya om suami malu deket-deket sama Caca. Padahal ini juga dirumah, gak ada yang liatin." Wajah gadis 17 tahun itu menekuk, Bara kembali menghela nafas kasar untuk kesekian kali. "Saya bukannya gak mau kamu pegangin, Ca. Tapi kalau yang kamu pegangin kaki saya, gelendotan di sana saya susah geraknya." Bara mulai frustasi, semoga diumurnya yang sudah 34 tahun dia bisa bersabar dan memaklumi tingkah ajaib istrinya. Jangan sampai pembuluh darahnya pecah karena tak kuat melihat kelakuan Caca yang diluar nalar.
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.