bc

Sebisa Dirimu Mengkhianati

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
revenge
possessive
contract marriage
love after marriage
age gap
pregnant
playboy
evil
betrayal
cheating
like
intro-logo
Blurb

Tidak pernah disangka oleh Alina bahwa lelaki yang paling dicintainya menjadi sumber

petaka dalam hidupnya. Alina mengira Anand hanya bisa menyakitinya dengan membatalkan

pernikahan mereka dan memilih wanita lain. Tidak sampai situ, Alina harus meratapi

kematian ayahnya yang disebabkan oleh Anand. Alina bertekad untuk membuat Anand

menderita sama dengannya. Rasa ingin menghancurkan Anand semakin kuat setelah tahu

Anand sengaja mencelakainya dengan tujuan menggugurkan janin dalam kandungannya.

chap-preview
Free preview
PROLOG
Pernikahannya dengan Rini akan diadakan beberapa jam lagi. Anand termenung di depan kaca besar, menatap pantulan dirinya yang sudah siap dibalut baju pengantin Jawa. Untuk setengah jam lamanya dia meyakinkan dirinya bahwa pernikahan ini keputusan yang tepat. Sopir masuk ke kamarnya, mengingatkannya agar segera berangkat ke hotel tempatnya akad nanti. Dia mengangguk dan meminta sopir untuk menunggu saja di depan lobi rumah. Tidak ada gunanya ragu-ragu, pikirnya penuh tekad. Memang ini sudah jalanku. Takdirku adalah hidup tanpa cinta. Aku dibesarkan tanpa cinta oleh orangtuaku, dan untuk seterusnya aku hanya hidup untuk mengejar cita-citaku memiliki perusahaan konstruksi terbaik di negeri ini. Dadanya berjengit saat melihat sosok perempuan yang masuk ke kamarnya. Bermimpikah aku? Alina berjalan dengan lenggokan anggun ke arahnya. Dadanya yang ranum terlihat jelas dengan potongan gaun merah pekat yang terbuka di bagian atas. “Alina..,” gumam Anand dengan napas tercekat. Entah karena dia pikir dia bermimpi melihat perempuan itu atau terlalu terpukau melihat kecantikan Alina di hadapannya. “Benarkah itu kamu?” “Kamu pasti kaget melihatku di sini,” kata Alina memberikan tersenyum sinis. “Tak kusangka. Rumah lamaku menjadi rumahmu yang sekarang. Tentu itu tidak mengherankan, mengingat kamu memang pengincar harta.” “Apa maksud kedatanganmu kemari?” Alina menatapnya tajam. Matanya menelusuri Anand dari atas sampai bawah. “Aku pikir, kamu akan setampan apa saat menikah, tapi rupanya kamu terlihat biasa saja.” “Apakah tujuanmu kemari hanya untuk menghinaku?” “Tanpa kulakukan kamu sudah hina, kok.” Senyum Alina semakin melebar. Dia mengeluarkan tiga testpacks dari tas kecilnya. Diletakkannya di meja dekat Anand berdiri. “Aku ke sini untuk memberitahumu bahwa aku hamil. Kalau kamu tidak percaya ini anakmu, aku setuju kalau kamu mengajukan tes DNA.” Wajah Anand berubah menjadi pucat pasi. Dia menatap Alina tak percaya. “Kamu pasti senang, akan punya anak dari dua perempuan yang berbeda. Tenang saja, aku tidak meminta pertanggungjawabanmu. Aku akan membesarkan anak ini sendiri, atau dengan bantuan pria lain. Aku rasa tidak masalah, kan? Kamu kan juga bernasib begitu dulu, dan masa depanmu baik-baik saja sejauh ini kulihat.” “Kamu ingin menikah dengan laki-laki lain?” Rahang Anand mengeras. “Kamu pikir, aku akan membiarkanmu membesarkan anak ini dengan laki-laki itu? Jangan harap demikian, Alina. Semua laki-laki yang dekat denganmu akan habis denganku!” Alina hanya tertawa mendengar ancaman itu. “Aku rasa, kamu yang habis duluan sebab ayah kandungku adalah calon ayah mertuamu. Dia tidak akan membiarkan laki-laki b******n sepertimu dekat denganku. Cukup anaknya yang lain saja yang jadi korban.” “Kamu… kamu sudah tahu kamu anak kandung Pak Doni?” Jadi rupanya Anand sudah tahu ayah kandungku, pikir Alina masam. “Kamu tidak bisa semena-mena lagi padaku, Anand,” jawab Alina, tetap bersikap tegas di hadapan Anand. “Aku akan membuatmu menderita.” “Apa maumu sebenarnya?!” bentak Anand murka. “Kamu mau harta Pak Ivan? Kamu mau memperoleh kembali rumahmu ini? Kamu tahu kan, aku ini anak kandung Pak Ivan! Aku yang berhak atas semua harta yang kamu nikmati selama ini. Kalau hanya harta yang kamu inginkan, aku bisa mengusahakan memberimu saham…” “Aku ingin melihatmu menderita,” tandas Alina dingin. “Aku ingin kamu merasakan semua sakit yang kamu torehkan padaku.” ** Beberapa hari sebelumnya. “Aku nggak bayangin kamu jadi istri aku. Kamu itu perempuan manja. Apa-apa harus diturutin. Kalau ada kemauan yang gak terpenuhi, pasti aku yang kena amukanmu. Betapa malangnya nasibku nanti, selalu dimarahi olehmu.” Alina memeluknya. “Ya nggak dong! Kalau kamu suami aku, kamu hanya tinggal sayang sama aku, hibur aku kalau aku lagi sedih, peluk aku setiap saat. Nggak akan malang, kok!” Tak terasa air mata Alina menetes jatuh ke pipinya. Dia teringat pada masa pacaran dulu dengan Anand saat keduanya masih SMA. Anand memang tidak mencintainya, baik dulu dan sekarang, tapi Alina merasa bahagia setiap di dekat bersama pria itu. Kenapa kamu ternyata anak Papa Ivan, pikir Alina di suatu malam. Itukah sebabnya kamu berubah? Begitu tahu kamu anak kandung Papa Ivan, kamu menjadi kemaruk akan harta? Kamu ingin memiliki semua yang aku miliki? Kamu tidak peduli dengan perasaanku. Setelah apa yang terjadi di antara kita, kamu tetap memilih wanita yang baru kamu temui daripada aku yang telah menemanimu dari dulu. Atau, sebenarnya inilah Anand yang sebenarnya? Mataku saja yang terlalu buta untuk melihat dia yang sesungguhnya. Tanpa mengetahui bahwa ayahnya adalah Papa Ivan, dia dekat denganku karena dari awal perusahaan konstruksi Papa Ivan sudah diincarnya? “Alina,” panggil Mama Anne yang berdiri di depan pintu kamarnya yang setengah terbuka. “Boleh Mama masuk?” Alina mengangguk. Dilihatnya Mama Anne duduk di tepi tempat tidur. “Ada yang harus Mama katakan. Mengenai ayah kandungmu..” “Dia masih hidup?” “Iya, Nak. Mama harus sampaikan ini, karena teman-teman arisan Mama sudah membicarakanmu dengan Topan sutradara itu. Sebenarnya, ayah kandungmu..” Sesaat Mama Anne terdiam, mencoba untuk memastikan apakah keputusannya untuk memberitahu adalah tindakan yang tepat. “Selama ini papamu tidak mau mengaku karena sudah terlalu sayang padamu, bukan karena sebaliknya. Bahkan, papamu walau seringkali cemburu dengan kedekatanmu dengan ayah kandungmu, papamu menahannya.” “Ayah kandungku dekat denganku?” ulang Alina penasaran. “Siapa?” “Pak Doni bosmu.” Terhenyak Alina mendengar pernyataan itu. Pak Doni? Jadi… dengan Pak Doni-lah ibu kandungnya berhubungan? Dan itulah kenapa Pak Doni selalu memperlakukannya dengan baik dan menjaganya dari laki-laki hidung belakang? Pak Doni… ayah kandungku, pikir Alina tidak percaya. Aku dan Rini adik-kakak? Alina bergegas ke kamar mandi, mengeluarkan semua isi lambungnya ke WC. Dia merasa mual mengetahui bahwa Rini adalah adiknya. Aku sedarah dengan perempuan b******k itu, keluh Alina. Aku… tidak mau menerima kenyataan ini. Lebih baik aku jadi anak orang lain saja daripada jadi anak Pak Doni. “Alina, maafkan Mama yang baru memberitahumu perihal ini…,” kata Mama Anne yang menyusulnya ke kamar mandi. “Memang sulit bagimu, bahkan ini juga sulit bagi Mama dan almarhum Papa terima. Tapi Mama rasa, sudah seharusnya kamu tahu. Kamu sudah dewasa, dan suatu hari nanti, kalau kamu menikah, kamu perlu persetujuan dari ayah kandungmu.” “Apakah itu artinya Pak Topan dan aku…” “Tidak tahukah kamu, Nak? Setelah selama ini kenal dengan Pak Doni, kamu tidak tahu bahwa Pak Doni tidak punya keluarga? Dia dibesarkan di panti asuhan bersama adiknya, Pak Topan.” Alina menggeleng. Dia kenal baik Pak Doni, tapi dia tidak terlalu memerhatikan kehidupan pribadi bosnya. “Alina butuh waktu sendiri, Ma,” gumam Alina galau. “Tidak apa-apa kan, Ma? Mama bisa keluar dulu?” Mama Anne mengangguk dan segera meninggalkan Alina di kamarnya. Di luar, Mama Anne menelepon Pak Doni, melapor bahwa Alina sudah tahu siapa ayah kandungnya. Terdengar helaan napas berat Pak Doni. Malam itu, Pak Doni datang ke apartemen mereka, menunggu Alina di ruang makan. Mama Anne sengaja memberi ruang untuk mereka berdua saja. Alina, yang masih keberatan untuk bertemu, akhirnya juga tak enak untuk menolak kedatangan Pak Doni. Alina sadar, selama ini Pak Doni sudah sangat baik padanya, dan tidak mungkin Alina membalas kebaikannya dengan bersikap dingin. “Saya sudah meminta almarhumah Alyssa untuk menyerahkanmu pada saya, agar saya bisa membesarkanmu, Alina,” kata Pak Doni membuka pembicaraan. “Alyssa menolak. Dia ingin memberi kesempatan pada Pak Ivan untuk memiliki anak dan sebagai gantinya, Pak Ivan membolehkanmu dekat dengan saya dengan bekerja di rumah produksi.” Alina tidak menyahut, dia masih mencerna kenyataan itu. “Saya minta maaf, Alina, kamu harus mengalami ini,” sambung Pak Doni menyesal. “Ini juga tidak mudah bagi saya. Setiap hari, saya dirundung perasaan bersalah sekaligus rindu pada anak kandung saya sendiri. Kalau ada yang bisa saya lakukan agar kamu memaafkan ayah kandungmu sendiri, tolong katakan.” Sejenak Alina menatap Pak Doni lekat-lekat, lalu dia membuka mulutnya. “Saya butuh waktu untuk menerima Bapak sebagai ayah saya. Bagi saya, ayah saya hanya Papa Ivan. Saya dibesarkan dan dididik sampai saya begini karena Papa Ivan. Saya minta maaf saya tidak bisa secepat itu memaafkan Pak Doni.” “It’s okay, take your time, Alina. Saat saya tahu Alyssa mengandung anak saya, saya pun tidak menerima begitu saja, bahkan terkejut sampai saya mau mati. Sekarang kamu pun pasti begitu. Kamu pasti marah dan kesal karena kamu sekarang tahu kamu berhubungan darah dengan saya dan Rini, iya kan?” Alina perlahan mengangguk. “Alina, kamu boleh minta apa saja. Katakan apa yang kamu mau sekarang daripada diam begini.” “Apakah Pak Doni mencintai ibu saya?” “Iya, Alina,” jawab Pak Doni tegas. “Ada harapan di hati saya bahwa Ivan akan menceraikan Alyssa begitu tahu perselingkuhan kami, tapi rupanya Ivan sangat sayang padamu sehingga dia memilih untuk memiliki kalian, dan saya sadar diri untuk tidak mengharapkan apa-apa lagi dari Ivan dan Alyssa selain diberi kesempatan untuk melihatmu.” “Lalu kenapa Pak Doni menikah lagi sampai punya Rini?” “Karena saya tahu hidup tidak bisa jalan di tempat saja, Alina. Sepertimu yang sudah tidak punya harapan dengan Anand, apakah kamu sanggup untuk sendiri meratapi kepergian kekasihmu?” Pak Doni menggeleng. “Walau pada akhirnya saya berpisah dengan ibu Rini, tapi saya tidak menyesal telah berusaha untuk memperbaiki hidup saya dengan membuka lembaran baru dengan orang lain.” “Ada yang saya inginkan saat ini, Pak Doni. Saya ingin Pak Doni setuju atas permintaan saya.” “Apa? Katakan!” “Saya ingin menikah dengan Pak Topan.” “Jangan main-main!” sahut Pak Doni geram. “Mana bisa saya setuju anak saya menikah dengan playboy macam dia? Walaupun saya sayang padanya sebagai adik, tapi saya tidak akan setuju anak saya menjadi istri Topan. Topan itu tidak tahu caranya menyayangi perempuan. Dia hanya menghadiahkan perempuan dengan barang-barang mahal lalu ditinggalkannya mereka. Apa kamu mau bernasib sama seperti perempuan-perempuan malang itu, Alina?” “Pertimbangkan keinginan saya ini, Pak Doni. Dengan begitu saya berjanji akan berusaha membiasakan diri sebagai anak Bapak.” *I HOPE YOU LIKE THE STORY*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook