bc

TAKDIR CINTA

book_age18+
531
FOLLOW
3.6K
READ
drama
like
intro-logo
Blurb

"Aku ngga nyangka yaa ternyata kamu nusuk aku dari belakang. Ternyata kaya gini ya kamu sama aku, bener-bener hebat kamu Dinda. Kamu hancurin persahabatan kita!! "

"Wid.. ngga gitu, aku bisa jelasin ke kamu. Ini semua salah paham, ngga seperti yang kamu lihat... " Dinda berusaha menjelaskan kepada sahabatnya.

"Penjelasan apalagi yang perlu kamu jelaskan? Ini semua sudah cukup jelas Din... Ngga nyangka kamu semurah ini... persahabatan kita cukup sampai disini!!!"

Malam kelam itu menghancurkan Dinda, dia kehilangan sahabat yang paling dia sayangi, dia kehilangan mahkotanya, kehormatan yang selalu dia jaga.

Dari malam itu, mengikat Dinda dan Ferry dalam sebuah ikatan.

Selamat membaca ^_^

chap-preview
Free preview
Episode 1
kriing... kriing... kriing... "yaa hallo Wid.. ada apa?? " "Din... bantuin aku please... " "bantuin apa?? " tanya Dinda "Hari ini Ferry ulang tahun, aku dah siapin kado buat dia, tapi nanti malem aku ngga bisa ketemu sama dia soalnya ada keperluan penting banget... lagian kamu tau sendiri kan, bokap pasti ngga ijinin aku ketemu Ferry... please bantuin yaa... " yaa Widi dan Ferry menjalin hubungan saat mereka masih kuliah. Dinda adalah sahabat Widi yang selalu menjadi perantara dari hubungan Backstreet Widi dan Ferry. Orang tua Widi tidak setuju dengan hubungan mereka lantaran Ferry bukan dari keluarga terpandang. "Aku kabarin nanti yaa klo bisa, soalnya ini aku banyak kerjaan banget nih.. " "Dindaaa....!! kok kamu gitu sih.. bantuin please... " "iya Wid aku usahain, soalnya aku kayaknya pulang telat..." "pokoknya aku kirim kadonya ke kantor kamu sekarang, jadi nanti kamu pulang kantor langsung ke Ferry aja.. thankyou Dinda sayang... muaah.." buru-buru Widi mematikan sambungan teleponnya. "issh... Widi nih selalu deh, belum juga bilang iya udah main kirim-kirim aja. Belum tentu juga aku bisa kesana. aaahhh... " Dinda menggerutu kesal. Dinda Buru-buru menyelesaikan laporannya agar ia tidak kemalaman kerumah Ferry. Pukul 18.30 Dinda keluar dari kantornya, sebelumnya dia mampir ke lobby untuk mengambil kiriman barang dari Widi. Ferry hari ini ulang tahun, aku ngirim kado dari Widi, masa aku ngga ngasih dia juga, kaya kurir donk aku. Mampir ke mall bentar kayaknya cukup waktunya. Dinda menghentikan taksi yang lewat, dan bergegas ke salah satu mall terdekat dari kantornya. Sesampainya di Mall, Dinda berkeliling Mall mencari kado yang cocok untuk Ferry. Kasih kado apa yaa, tanggal tua gini... duuh... Masuk kesalah satu store pakaian, Dinda berkeliling melihat-lihat kemeja. Bagus nih, kemejanya kayaknya cocok buat Ferry. Saat melihat harganya, Dinda buru-buru menaruh kembali kemeja itu ke tempatnya. Hari ini bisa beli kemeja itu, tapi seminggu kedepan aku harus makan mie instan. ogaahh.... Dinda menuju ke etalase dimana didalamnya terdapat dasi tertata rapi. Sambil melihat-lihat "Mbak... mau lihat yang itu... " Pelayanan toko mengambilkan dasi yang ditunjuk Dinda. Dinda suka dengan dasi berwarna Navy yang terlihat elegan. "Mau ini ya mbak.. " Setelah melakukan pembayaran, Dinda bergegas keluar dari store. Saat berjalan keluar Mall, Dinda melihat Widi sedang bergandengan tangan dengan laki-laki, dan jelas itu bukan Ferry. "Astaga itu kan Widi... masih tetep aja dia dari dulu ngga berubah." Dinda kesal dengan kelakuan sahabatnya yang suka gonta ganti pacar dibelakang Ferry. Berkali-kali Dinda mengingatkan, tetapi Widi selalu ingkar. Katanya hanya untuk bersenang-senang. "Tau gini aku tadi tolak aja kemauan dia, ini yang dia bilang penting. Pacar sendiri ulang tahun malah dicuekin. Aaargh..." seru Dinda kesal dengan sikap Widi. Buru-buru Dinda melangkahkan kaki keluar dari Mall dan menghentikan taksi. Dinda menuju ke rumah Ferry. Diperjalanan, Dinda menghubungi Ferry. "Hallo Din... ada apa...?" "Hai Fer.. kamu lagi dirumah ngga sekarang?" "Aku masih dikantor Din, mungkin satu jam lagi baru pulang. Ada apa emangnya? " "Ah.. engga apa-apa, tadinya mau mampir ke rumah kamu, tapi nanti aja deh kapan-kapan." "mampir aja kerumah, Bunda kangen sama kamu." "Besok-besok aja deh Fer... lagian udah malem juga. yaudah udah dulu yaa... bye... " Dinda memutuskan sambungan teleponnya. kayaknya ngerjain Ferry seru deh. Muncul ide usil Dinda. Beberapa menit kemudian, Dinda sudah sampai didepan rumah Ferry. Bangunan minimalis sederhana, yang dulu sering Dinda kunjungi. tok... tok.. tok... "Assalamu'alaikum..." "waalaikumsalam... " Suara Nita bunda Ferry menjawab salam Dinda dan membukakan pintu. "Eh Dinda... yaa ampun nak apa kabar... dah lama kamu ngga kesini.." "Dinda baik tante... tante dan Om gimana kabarnya..?" "Alhamdulillah baik semua.. yuk masuk yuk..." Nita mempersilahkan Dinda masuk. "Yah... Ayaah... lihat nih siapa yang datang... " sedikit berteriak Nita memanggil suaminya. Pak Heru ayah Ferry keluar dari kamar. "siapa sih bun...?" berjalan menghampiri istrinya di ruang tamu. "Malam om..." Dinda menyapa, sambil menjulurkan tangannya meraih tangan Om Heru untuk salim. "Dinda.... dah lama sekali kamu ngga kesini..apa kabar...?" "kabar Dinda baik Om... " "Kamu yaa, mentang-mentang sudah kerja jadi lupa main kesini." seru om Heru sambil tertawa. "Pasti dah capek lah pulang kerja pasti langsung pulang Dinda, iya kan Din...?" "Iya tante... " "Din, makan malam disini ya, tante malam ini masak banyak.." "Iyaa tante... ayok tan Dinda bantuin siapin.." Nita menyamber tangan Dinda untuk digandeng. Mereka menuju ke dapur menyiapkan makan malam. Dinda menyiapkan dan menata makanan yang dimasak Nita ke meja makan. Keakraban Dinda dan keluarga Ferry terjalin dari dulu, saat Dinda masih kuliah. Dinda yang sering dimintai tolong Widi untuk menemui Ferry untuk nya membuat Dinda mengenal keluarga Ferry. "Tante bikin cake sendiri ini...?" tanya Dinda. "iyaa lah... mau sama siapa lagi, Feras kan jarang pulang karna kuliah di Jogja. kalau tau kamu bakalan kesini tadi tante minta tolong kamu bantuin tante. " "hihihihii... iya tante, nanti yaa kapan-kapan...kita bikin kue bareng-bareng" bruummm... Suara mobil memasuki pekarangan rumah Ferry. "itu Ferry ya tante... " "iya deh kayaknya... biasanya jam segini dia pulang." "te, bikin kejutan buat Ferry yuk, Ferry ngga tau kalau aku jadi kesini. Lampu depan kita matii aja..." ajak Dinda ingin memberi kejutan buat Ferry. "ayook... kamu bawa cake nya yaa...biar tante kedepan matiin lampu.." "okee tan..." Nita menuju ruang tamu untuk mematikan lampu, dan memberi tahu ide Dinda untuk memberi kejutan untuk Ferry ke Heru suaminya. Lampu sudah dimatikan, Nita, Heru duduk disofa menunggu Ferry masuk kedalam. Dinda menunggu di meja makan dengan keadaan gelap-gelapan. Hanya ada penerangan dari lilin-lilin kecil yang tersusun di atas cake. "Assalamu'alaikum... ih kok gelap, Bundaa... Ayaah... kok gelap rumahnya..?" Mendengar suara Ferry yang sudah memasuki rumah, Dinda keluar menuju ruang tamu, tak lupa membawa cakenya. "Happy birthday to you... Happy birthday to you..." menyanyikan lagu sambil berjalan menghampiri Ferry. Heru menyalakan lampu, jelas terlihat wajah Ferry yang kaget dengan kehadiran Dinda. "Happy birthday Ferry.... " seru Dinda sambil menyodorkan cake yang dia bawa untuk segera di tiup. Ferry segera meniup lilin yang ada di cake itu. Dia masih tidak menyangka Dinda ada dirumahnya. Sudah hampir 1tahun ini mereka tidak pernah bertemu karena kesibukan masing-masing. Ferry yang senang dengan kedatangan Dinda langsung merangkulnya. "Tadi bilang kapan-kapan aja pas ditelpon... taunya udah disini ternyata.. " Protes Ferry. "yaa kan kejutan... selamat ulang tahun yaa, semoga semuanya semakin baik, tambah sukses juga" ucap Dinda untuk Ferry. "selamat ulang tahun yaa nak... " Nita menghambur kepelukan Ferry. Disusul dengan Heru yang memeluk Nita dan Ferry. "Selamat ulang tahun nak..." ucap Heru. Kejutan sederhana yang disiapkan Dinda sukses membuat Ferry terhibur. Melihat keharmonisan keluarga Ferry membuat Dinda tersenyum. Pemandangan yang indah, semoga nanti aku memiliki keluarga seperti ini. Batin Dinda dalam hati. "Udah donk pelukannya, kasihan Dinda tuh capek pegangin cakenya." seru Ferry mengurai pelukan orang tuanya. "Maaf yaa Din, kamu jadi dicuekin, yuk kita bakan bareng." Mereka pun pergi ke ruang makan. Dinda duduk disebelah Ferry, itupun atas perintah Nita, bunda Ferry. Melihat keserasian Dinda dan Ferry membuat Nita tersenyum. "Fer, kapan kamu nikah?" Kaget dengan pertanyaan bundanya, Ferry meletakkan sendoknya. "Ferry masih muda bun, baru juga 24tahun, nanti lah tiga sampai empat tahun lagi." "Nungguin apa selama itu? Pacar kamu yang ngga jelas itu? yang tiap diajak ketemu bunda ada aja alasannya? " Deg... Dinda kaget dengan pernyataan Nita barusan. Kenyataan yang baru dia tau, jadi selama ini Widi belum pernah ketemu orang tua Ferry. "Bun... Ferry kan baru kerja juga, masih pengen ngumpulin tabungan dulu buat biaya setelah nikah, kan Ferry yang bakalan nanggung kebutuhan istri Ferry nanti." "Semoga bukan alasan kamu aja ya Fer, kalau pacar kamu ngga ada kejelasan, mending kamu nikahin Dinda aja yang sudah jelas." uhuk.. uhukk.... Dinda tersedak mendengar ucapan Nita. Ferry segera memberikan gelas berisi air putih untuk Dinda. "Bunda sih ngobrol pas lagi makan, jadinya Dinda kesedak kan..." ucap Heru menegur Nita. "Maafin tante ya Din..." "engga apa apa tan..." Mereka pun melanjutkan makan. Selesai menghabiskan makannya, Dinda membantu Nita membereskan meja makan, membawa piring kotor ke dapur dan mencucinya. "Din, ngga usah di cuciin, biar tante aja nanti." "Sekalian aja tan, kalau udah beres kan enak..." jawab Dinda. Nita semakin suka dengan Dinda, sifatnya yang sederhana, rajin dan mandiri membuat Nita ingin menjadikan Dinda menantunya. Bunda pengen banget punya menantu kaya kamu Din. Batin Nita. Selesai membantu beres-beres, Nita ke ruang tengah, berencana mengambil tas dan berpamitan pulang. Ada Om Heru yang duduk di sofa sedang ngobrol dengan Nita. "Ferry mana tan?" tanya Dinda. "Ada di atas, dikamarnya lagi mandi kayaknya, kamu kesana aja..." Dinda meraih paper bag yang tadi ia bawa. "Dinda ke atas ya tan, Om.." "Iya naak... " jawab Nita sambil tersenyum. Dinda menuju ke kamar Ferry. Ada kecanggungan berdiri didepan pintu kamar Ferry. Aku kan cuma mau ngasih ini ke dia, kenapa deg deg an gini sih. Dinda berusaha menetralkan kegugupan nya. tok... tok... tok... "Fer... " Dinda memanggil Ferry dan mengetuk pintu kamarnya sebelum dia masuk. Ferry membukakan pintu. "Masuk Din, bentar yaa aku ganti baju dulu" Ferry membuka pintu kamarnya dengan penampilan hanya mengenakan handuk. Sontak membuat Dinda berdiri mematung melihat apa yang barusan ia lihat. Dinda masih berdiri mematung sampai Ferry kembali dengan pakaian lengkap. Menggunakan celana jeans panjang dan tshirt polos putih. "Din... ayok masuk... " "ah... oh yaa... " Dinda melangkahkan kakinya masuk ke kamar Ferry. "Fer, ini ada titipan dari Widi, dia bilang dia ngga bisa temuin kamu karena... " "Karena urusan penting kan.." ucap Ferry memotong ucapan Dinda. Dinda menyerahkan paperbag dari Widi. Dia taruh di ranjang dekat Ferry duduk. Ferry menarik tangan Dinda agar Dinda duduk disampingnya. Dinda hanya menurut. "Aku kadang suka bingung sama hubunganku dengan Widi, kita hanya kaya status aja, tapi komunikasi aja jarang, apalagi ketemuan." ucap Ferry. "Aku ngga tau Fer, harus gimana, kalian sama-sama sahabat ku, sebisa aku bantuin kalian." "Kamu udah banyak membantu kita Din, sekarang mungkin waktunya aku untuk menata masa depan." Dinda terdiam, dia tau betul seperti apa Widi selama ini dibelakang Ferry, tapi Dinda tidak bisa melakukan apa-apa. Sudah berkali-kali itu tidak pernah hilang sampai sekarang. "ehem... Fer... aku pulang yaa..." mengurai pelukan Ferry. Melepas pelukannya, lalu berdiri dari duduknya. "Ayo aku antar kedepan" ajak Ferry. Dinda mengekor di belakang Ferry. sampai di ruang tengah, Dinda berpamitan ke orangtua Ferry. "Om, tante, Dinda pulang dulu yaa, terimakasih makan malamnya." Dinda menyalimi ayah dan bunda Ferry bergantian. "Sering-seding main kesini ya Din... tante tunggu kamu kesini lagi..." "iya tan,..." Dinda berjalan keluar rumah Ferry, diikuti kedua orang tua Ferry yang mengantar Dinda sampai ke teras. Ferry keluar dari dalam rumah. "Bun, aku antar Dinda dulu ya..." Ferry berpamitan sambil salim kepada kedua orangtuanya. "eh Fer, ngga usah dianter aku naik taksi aja..." "Udah malem Dinda, masa aku biarin kamu naik taksi malem-malem gini." "Dinda biar Ferry antar ya... tante malah kepikiran kalau kamu pulang sendiri naik taksi.." ucap Nita khawatir. "Aku jadi ngrepotin kan..." "Ngga ada yang direpotin, ayok masuk..." Ferry membukakan pintu mobil untuk Dinda. "ayah, bunda aku jalan dulu... " lalu masuk kedalam mobil. Melihat kebersamaan Ferry dan Dinda membuat Nita senang. Mobil Ferry pun keluar dari halaman rumahnya. Di perjalanan menuju kost an Dinda tidak ada yang bersuara. "Din, minggu depan kamu dateng ngga ke acara reuni kampus??" suara Ferry memecah keheningan. "hah... emang ada reunian?? aku belum tau.." "iya kemarin Reno ngabarin aku katanya mau diadain reunian. Mungkin besok atau lusa undangannya dikirim." "Oh... gitu... liat nanti deh klo ngga sibuk aku datang.." "Emang hari sabtu kamu kerja? " "emm biasa ada lemburan dikit sih, paling cuma setengah hari... " "Bisalah kamu datang acaranya jam tujuh malam kok..." Jelas Ferry. "Oh malam ya... lihat nanti deh Fer...." "Kamu kabari aku yaa kalau kamu ikut..." Dinda hanya mengangguk.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook