bc

Memeluk Kabut

book_age16+
21
FOLLOW
1K
READ
adventure
others
friends to lovers
others
others
office/work place
first love
friendship
secrets
like
intro-logo
Blurb

“Arkana Wiramandala,” nama lengkap Bujang lanang dari kota kecil di Jawa Barat, Indramayu ‘kota Mangga' demikian sebutanya, Kota dimana tidak berdiri Megah Candi-candi, atau indah deretan bukit-bukit dan Pegunungan, seperti kota-kota wisata lainnya di Indonesia.

Berbekal 'Ijazah SMA,’ Arkana menantang kerasnya hidup di ibukota. Kota dimana ia bertemu seseorang yang selalu menciptakan senyum dan sekaligus menghancurkanya di waktu yang sama.

Diyyara ialah nama gadis yang selalu Arkana puja di sing dan malam, seolah nadinya kan terhenti jika sehari saja tidak memandang wajah ayu wanitanya.

Di hiruk pikuk Kota dan riuh realita dunia adanya, sungguh tak ada yang sanggup mendengar gelegak Jiwa Sang Bujang yang sedari tadi menahan hentakan rasa, setelah mendengar suatu kenyataan yang harus ia terima....

“Diyy...kemarin sepertinya aku tidak pernah mendekapmu, rasakan kehangatan mu, merindukan mu, apalagi untuk memiliki mu itu tidak mungkin kan, Di? Iya Diy itu seprtinya tidak mungkin. Diy... Selama ini, sepertinya aku hanya memeluk kabut, hanya memeluk Kabut... bukan kamu.”

by Malebbi

chap-preview
Free preview
Arkana Wiramandala
"Yang di lakukan cinta pada hati itu sederhana, ia hanya menautkan perasaanmu pada siapa yang kau puja, dan membuatmu mengagumi pesonanya" ***** Embun menjadi selimut kilauan cahaya ketika matahari pagi mendapatinya di dedaunan, menjadi restu semesta bahwa semua kehidupan kembali dimulai selalu awalnya saat bening pagi. Arka, seorang pemuda setengah tergopoh-gopoh berlari menyusuri gang kecil di jantung kota Jakarta, dengan sepanjang jalan memasukan kancing baju dan merapihkan pakaian sekenanya, maklum, hari ini ia benar-benar exited. Ada sesuatu di batinya yang membuat gelisah. “Ya Tuhan lancarkanlah hari ini,” gumam Arka. Waktu seperti di ujung injuri time dalam sebuah pertandingan olahraga, Arka nampak gelisah berdiri di halte bus yang akan membawanya menuju tempat kerja, tak berapa lama akhirnya bus datang, segera ia masuk kedalam bus berhimpitan dengan manusia-manusia penghuni ibu kota yang lainnya. Arka masih terbawa arus perasaan dan batinnya yang gelisah. Selayaknya kehidupan kota, hidup di pacu waktu tetapi waktu seperti malas di ikuti manusia dan langkahnya untuk mengejar semua keinginan. Walhasil, waktu sering meninggalkan jauh derap langkah kerdil manusia. *** “Bang Andreas,”Arka menyapa satpam kantor yang kebetulan menghadap jalan, meski dia masih berjarak beberpa meter dari jalan, Arkan menghela nafas lega begitu menyadari kalau tidak terlambat datang ke kantor. “Eeehhh Arka...tumben seekali kau pagi-pagi datang?,” bang Andreas bertanya penasaran. “Mbak Diyyara belum datang kan bang Andreas?” malah justru Arka melontarkan pertanyaan. “Beelummlah, cam mana kau ini, kau datang kan sepuluh menit lebih awal dari yang lain, kecuali aku.” “Oooh ya udah Bang Andreas aku masuk dulu,”pamit Arka pada andreas “ Ok lah,”jawab Andreas si satpam. Baru saja melangkah dari pos satpam, meninggalkan Andreas si satpam dari Timur itu, Arkana di kejutkan suara seorang perempuan dari mobil yang berhenti percis di sampingnya. Perempuan itu menyembulkan kepalanya dari jendela mobil “Hai ganteng, jangan lupa yah, tapi entar kamu ke ruang karyawan dulu jemput aku,” seperti itulah sikap Diyyara yang selalu memperlakukan Arka, si OB tampan, perempuan itu pun selalu bersikap manis pada Arka. “Ia mbak Diyyara,”Arka menjawab ucapan Diyyara yang sedikit memanja. Luarbiasa gayung bersambut, perasaan yang sedari tadi seperti sebuah tekanan maha dasyat itu pecah seketika, seiring suara itu, wajah itu, sikap manja itu, aduhai perasaan misteri yang telah banyak mengguncangkan hati sang manusia lelaki ini. Diyyara...” hati Arkana membatin tidak karuan, setiap dia bertemu dengan wanita bermata Indah, berambut hitam kelam, dengan bibir menawan itu. Bahkan Arka sering menyamakan wajah yang di pujanya itu dengan Artis ibu kota, Ralin Shah. Ia segera menghilangkan segala bayangan indah tentang Diyyara dan bergegas masuk pantry dengan hati yang dipenuhi debar. “Mbak Diyyara mau ngajak kemana ya?,” tanya Arka dalam hati, sembari mengeluarkan Handpone dari saku celana baru yang Diyyara hadiahkan saat ulang tahunnya, membuka Gallery dan memandangi foto separas wajah dengan penuh pandangan cinta. “Woi!?” terdengar suara menegur memecah lamunan Arka. “Ehh mas Jono.” “Tumbenan sih Ka, loe udah nyampe kantor haah, biasanya loe itu dateng kalo gua udah bikin kopi,terus biasanya kamu dateng bareng Trio D, O, T,(Dodi,Oji,Tuti) jangan-jangan ada janjian yaah sama Mbaak,” goda Jono. “Nggak mas Jon, aku di suruh Mbak Diyyara datang pagi-pagi.” “Lagian kenapa seragam belum di pake, terus tumbenan agak rapih banget loe ka,” padahal Jono sudah tau kalau Arkan ada janji dengan Diyyara, sebab kemarin saat Jono hendak pulang kerja, perempuan itu sudah Izin untuk mengajak Arka keluar besok. “Enggak mas Jon, Mbak Diyyara nyuruh pake kemeja... mm, Mas ngomong-ngomong aku mau ke Mbak Diyyra. Oh iy, aku minta izin keluar nganter Mbak Diyyara ya Mas Jon.” “Iya Ka,gak papa, gua tau kok kemarin mbak Diyyara udah bilang, katanya minta di anter loe pagi-pagi.” "Ka, " paggil Jono meenghentikan langkah Arka di ambang pintu. "Tidak ada yang salah dalam mencintai seseorang, tapi kamu juga harus sadar kita ini siapa? " ucap Joni dengan nada empati, menyadari bahwa Arka sahabatnya telah jatuh pada pesona Diyyara, si primadona kantor. Jono mencoba mengingatkan Arkana agar tidak melambung tinggi karna kedekatanya dengan gadis itu, karna bagi pekerja seperti mereka, Diyyara adalah sosok yang terlalu tinggi tuk di gapai. Arkana membalasnya dengan senyuman kecil sembari menganggukaan sedikit kepalanya, tanda bahwa ia memahami apa yang di katakan seseorng yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu. Jono sahabat Arka sekaligus senior yang menjabat sebagai kepala OB yaang sudah bekerja hampir sebelas tahun, Jono mengadu nasib bekerja di kantor yang bergerak di periklanan ini. Jono bertemu Arkan di warung nasi sebrang kantor, saat itu ia iba melihat Arkana yang hanya makan nasi dan krupuk saja, Jono paham betul seperti apa rasanya awal merantau di ibu kota ini. “Permisi Mbak Diyyara,” sembari masuk ke sebuah ruangan kerja kayawan yang masih kosong dan berdiri tepat di depan meja kerja Diyyara. “Arkaa, udah yuk langsung kita pergi ajah mumpung yang laen belum dateng.” “Kemana mbak?” tanya Arka. “Udah yuk kamu yang bawa mobil ya Ka,” Diyyara nyodorin kunci mobilnya dan mereka menuju parkiran. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.5K
bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.1K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook