Pria itu
'' Lirih, angin cintaku memanggilmu
Ketika kau dengar
Kau mulai berkata dengan sajak penuh makna
Dengan irama syahdu yang menggetarkan jiwa''
Senyuman lebar tersungging dari bibirku yang mulai memucat sebab kelelahan, meski begitu mulutku tak ada lelahnya untuk bertegur sapa pada rekan sejawat yang tak sengaja berpapasan di jalan. Langkahku terus berjejak meninggalkan lorong-lorong yang menjadi saksi bisu atas perjuangan ratusan manusia yang menggantungkan harapannya pada kami. Aku masih terus berjalan dengan semangat, oh jangan lupakan wajahku yang berbinar penuh harap, dalam hati aku berdo’a semoga saja dewi fortuna memihak padaku agar mempertemukan kami kembali, ah, setidaknya berpapasan saja sudah cukup bagiku.
Tiba-tiba langkahku terhenti, pandanganku tertuju pada seseorang di seberang sana, aku tersenyum, kakiku kembali melangkah tanpa melepaskan pandangan dari sosok yan membuat tidurku gusar beberapa minggu ini, hingga…
PRANK…
Suara benda teratuh mengalihkan pandanganku pada sumber suara, ah tidak, betapa cerobonya aku tanpa sengaja menabrak seorang pelayan kantin, hingga nampan yang terbuat dari aluminium itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai, yang tentunya menimbulkan suara bising. Segera aku meminta maaf dan menggati semua makanan yang terjatuh.
Aduh… dia tadi liat gak ya? Malu banget gw kalo dia sampe liat. Umpatku dalam hati
Langkaku semakin cepat saat melihat pria itu sudah berjalan jauh di depan. Aku terus mempercepat lagi laju kakiku, berharap dapat berjalan beriringan dengan pria yang kini tampak sibuk dengan smartphone yang melekat pada daun telinganya, jangan lupakan wajahnya terlihat sanagat tampan ketika sedang serius.
Jarak kami semakin dekat, dannnn yesss… Aku berhasil berjalan di sampingnya. Tapi dia seolah tak perduli dengan keberadaanku, pria itu masih saja sibuk dengan smartphonnya, hanya sesekali ia mengerlingkan matanya padaku.
“ Iye Etta, iye…” suara lelaki itu menjawab telfon . Entahlah ia terus saja berjalan dan berbicara dengan bahasa yang tak kupahami.
Sesampainya kami di area parkir, pria itu bergegas menuju mobil dan membuka pintunya, dan masih saja terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di telfon . Ia menoleh kearahku sesaat sebelum masuk kedalam mobil , seolah menatapku dari jauh atau memang benar sedang menatapku? Aku bertanya-tanya sendiri, ia tersenyum tipis sebelum masuk kedalam mobil fortuner berwarna putih.
Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Radith, ya pria itu bernama Radith, seorang dokter spesialis bedah, lulusan terbaik dari universitas ternama di Jakarta.
Ah … mungkin perasaan ku saja, eh.. tunggu, tapi kenapa dia balik lagi ?kan dia masuk pagi.
Aku tak mau pusing dengan hal ini dan memilih untuk tidak kepo dengan urusan pria itu. Energiku sudah terkuras habis karna banyak pasien yang datang semalam. Saat ini aku hanya ingin segera pulang dan istrahat, berharap waktu cepat berlalu agar aku bisa segera bertemu pria itu lagi karna dia adalah semangatku.