bc

Om m***m, Bucin

book_age18+
171
FOLLOW
1.9K
READ
billionaire
HE
age gap
arranged marriage
kickass heroine
stepfather
drama
bxg
brilliant
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

"Satu satunya hal paling sial dalam hidup aku adalah bertemu dengan laki laki m***m seperti om Virgo!" Hardik Ramora penuh amarah.

"Dan hal paling indah dalam hidup saya adalah merecoki kehidupan kamu. Dan itu di mulai dari saat ini, Ramora sayang." Dengan santainya Virgo menjawil dagu lancip Ramora sembari tersenyum genit.

Bagaimana upaya Virgo, pria dewasa berusia 35 tahun tersebut dalam menaklukkan kerasnya tembok es yang dibangun oleh Ramora? Dan apa usaha yang dilakukan oleh Ramora untuk membatalkan perjodohan yang dirancang oleh keluarganya?

Kisah tentang dua insan yang memiliki karakter bertolak belakang. Ramora yang awalnya pecicilan dijodohkan dengan Virgo yang sedingin kutub Utara. Namun perjodohan, merubah dua karakter tersebut menjadi bertukar tempat.

chap-preview
Free preview
Bab 1 Pria tua omes
"Kalau om masih ngikutin aku, aku bakal teriak supaya om di gebukin sama orang orang!" ancam Ramora yang mulai kehabisan kesabaran untuk menghadapi sikap bebal Virgo. Tanpa merasa terancam, Virgo malah merebut es krim milik Ramora lalu menjilatinya dengan gaya genit yang menjijikan. "Om benar benar keterlaluan!" hardik Ramora mulai kehilangan akal sehatnya. Virgo terus mengekornya sejak dari kampus hingga mereka tiba di mall. "Kalau kamu menurut sama saya, kamu tidak akan merasa terbebani oleh kehadiran saya Mora mi amor." Ucap Virgo tanpa beban. Deru nafas Ramora semakin tak beraturan. Gadis 19 tahun itu sudah sangat lelah menghadapi sikap pemaksa yang di lakukan oleh Virgo terhadapnya. "Baiklah, om Virgo yang tampannya mengalahkan opa opa Korea. Ayo kita berbicara dari hati ke hati, ok?" akhirnya Ramora harus menurunkan egonya agar laki laki tua itu lekas enyah dari hadapannya. Dengan senyum simpul penuh kemenangan, Virgo mengangguk setuju. "Nah, kalau kamu semanis ini sejak kemarin, aku tak perlu selalu mengawasimu setiap waktu. Jadilah anak penurut, terlebih bila bersikap terhadap calon suamimu. Kamu harus sopan," ucap Virgo dengan tampang yang semakin menyebalkan. "Baiklah, sekarang ayo duduk di sana." Tunjuk Ramora pada meja kosong tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Virgo menoleh lalu mengangguk setuju. "Ayo, apa perlu aku gandeng?" tanya Virgo jahil. Dengan cepat Ramora menggeleng. "Gak perlu om! aku bukan nenek nenek," tolak gadis itu dengan ekspresi semakin jengah. Virgo lagi lagi hanya mengangguk yang entah apa maksudnya. Setelah keduanya duduk berhadapan, Virgo memesan beberapa menu makan siang. Ia tau Ramora tak sempat sarapan karena menghindarinya tadi pagi. Gadis itu bahkan berangkat pukul 7 pagi padahal biasanya Ramora masih tidur nyenyak di waktu sepagi itu. Namun semenjak mereka di jodohkan, Ramora yang pemalas berhadapan dengan embun pagi. Kini mendadak rajin berkeliaran di luar rumah meski kabut masih memenuhi halaman depan rumahnya. "Aku gak laper om, om pesan aja buat om sendiri." Tolak Ramora yang masih mempertahankan gengsinya. "Saya tau kamu lapar Ramora, jangan membantah lagi atau kamu lebih suka menghabiskan waktu lebih lama bersama saya, ya?" tuduh pria dewasa itu nampak tersenyum meledek. Ramora menarik nafas dalam-dalam, rongga da da nya kini terasa seperti di himpit bebatuan saat mendengar perkataan penuh percaya diri dari mulut Virgo. "Aku lebih suka bila om menghilang dari hadapan aku saat ini juga," balas Ramora tanpa memperdulikan jika Virgo akan tersinggung oleh kata katanya. Namun pria itu justru tersenyum lebar ketika melihat ekspresi jengah di wajah Ramora. Ia yakin kehidupan Ramora bagai di neraka saat mengetahui perjodohan mereka. Terlebih pria itu adalah dirinya. Pria yang di anggap Ramora terlalu tua untuk dirinya yang masih remaja. 19 tahun sudah cukup dewasa untuk mengerti arti sebuah hubungan serius. Namun mengetahui jika jodoh pilihan orang tuanya adalah pria dewasa, Ramora merasa keberatan. Selisih usia mereka terpaut 16 tahun. Jelas rentang jarak tersebut membuat Ramora merasa di jodohkan dengan om om tua. Padahal usianya baru 35 tahun. Secara usia memang sudah cukup matang, dan Pantas saja bila Ramora memanggilnya dengan sebutan om. Namun gadis itu selalu menyebutnya dengan panggilan yang menyebalkan. Om me sum. Sungguh Virgo merasa tak suka Ia tak semesum itu. Dan hanya pada Ramora lah, sikap mesumnya muncul. "Sekarang ayo kita bicara," ujar Ramora membuka percakapan. Sedangkan Virgo yang baru selesai menyantap makan siangnya terlihat santai. "Katakanlah, Mora mi amor." Sambung Virgo yang kini mengambil posisi duduk terbaik, untuk mendengarkan apa yang akan Ramora sampaikan padanya. Meski jengah dengan panggilan menjijikan dari mulut Virgo, Ramora lebih memilih untuk mengesampingkan ketidaksukaan tersebut. "Sebelumnya aku minta maaf, bila apa yang akan aku sampaikan ini mungkin akan melukai perasaan om. Tapi aku sudah terlalu lelah mengikuti skenario para orang tua. Jadi aku putuskan untuk mengajak om Virgo kerja sama, agar perjodohan ini di batalkan. Apapun caranya, pernikahan konyol ini tak boleh terjadi. Aku masih terlalu muda untuk menikah, apalagi dengan pria berumur seperti om. Rasanya seperti menjatuhkan diri ke dalam rawa, di mana jelas jelas di sana buaya sedang menanti dengan perut keroncongan." Serentetan kalimat Ramora terasa menusuk kalbu Virgo. Namun pria itu justru menyunggingkan senyum manis, sebelum akhirnya menanggapi apa yang telah Ramora sampaikan panjang lebar. "Aku juga minta maaf sebelumnya, Ramora. Jika perjodohan ini ternyata membuat kamu merasa tak nyaman. Aku pikir kita bisa mencobanya meski hanya untuk menyenangkan hati para orang tua. Tapi sepertinya kamu benar benar tak menyukai perjodohan kita. Sayang sekali, padahal aku sedang berada dalam fase menyerah untuk mencari jodoh yang tak kunjung datang. Berharap dengan menikah denganmu, kedua orang tuaku tak lagi merecoki kehidupanku dengan sederet foto foto wanita cantik yang harus aku pilih setiap harinya." Virgo menghirup udara sebanyak yang ia bisa. "Aku memiliki rencana lain ketimbang menyetujui usulmu itu," ucap pria itu tersenyum ambigu. Ramora mulai waspada. Bagaimanapun ia berhadapan dengan pria dewasa yang jelas lebih berpengalaman darinya. "Maksud om?" tanya Ramora mulai terpancing. Dalam hatinya Virgo bersorak kegirangan. Pria itu berdehem pelan lalu mulai mengurai segala rencananya. "Bagaimana? saya harap kamu setuju dengan ide saya ini. Tentunya lebih cemerlang, dan tak akan membuat salah satu dari keluarga kita terkena serangan jantung akibat penolakan kita terhadap perjodohan ini." Ungkap Virgo menatap Ramora yang mulai terlihat masuk dalam perangkap liciknya. Ayolah Ramora sayang, menikah denganku tak seburuk bayanganmu. Aku masih cukup perkasa di atas ranjang jika itu yang kamu khawatirkan. Melihat Ramora berpikir terlalu lama, membuat Virgo tak sabar. "Bagaimana Mora? apa kamu punya ide yang lebih baik? misalkan menemukan wanita lain yang lebih cocok untuk pria seusia saya?" desak Virgo tak sabaran. Ramora berdecak kesal karena gadis itu akan semakin buntu bila di desak. "Ck! sabaran dikit napa sih, om!" sungut Ramora jengkel. Aku harap om om omes ini tak menipuku nanti. Awas saja kalau dia berani mempermainkan kehidupanku dengan idenya ini. "Baiklah, aku setuju!" pungkas Ramora akhirnya. Setelah memikirkan segala dampak yang akan terjadi, Ramora akhirnya setuju untuk melanjutkan perjodohan mereka demi kepentingan masing masing. "Itu bagus, kita akan saling di untungkan dalam kesepakatan ini. Aku jamin," ucap Virgo penuh keyakinan. Pria itu terlihat begitu serius tanpa membuat Ramora merasakan kecurigaan sama sekali. "Tapi aku punya beberapa syarat, dan aku harap om tak akan keberatan." Lanjut Ramora lagi. "Katakan," tantang Virgo dengan santai. "Setelah menikah, aku mau kehidupan aku tetap berjalan seperti sebelum aku menikah. Om tak boleh mengatur dengan siapa, kemana dan untuk berapa lama aku pergi. Om tak perlu menafkahiku, karena aku bukan akan orang susah. Dan om boleh berkencan dengan wanita manapun yang om sukai, aku tak akan peduli. Begitu pun sebaliknya. Deal?" mendengar syarat yang terasa memberatkan tersebut, tak lantas membuat Virgo ciut. "Deal!" dengan lantang pria itu mengangkat tangannya ke arah Ramora. Senyum sumringah terpatri di wajah Ramora. Keduanya bersalaman dengan di saksikan oleh cangkang kepiting di atas meja restoran seafood, yang menjadi saksi bisu hubungan Ramora juga Virgo di mulai. Semoga saja om Virgo terserang stroke dan cepat koit. Semoga saja setelah pernikahan ini berjalan, perasaan kamu mulai berubah, Ramora cintaku. To be continue Hai hai guys!!! Lama tak sua, semoga kalian masih mau menjadi bagian dari karya karya author. Jangan lupa tekan ikon LOVE/favorit untuk terus terhubung dengan cerita ini. Penuh cinta untuk pembaca kesayangan akak Rose-Ana

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook