bc

Athaka

book_age16+
42
FOLLOW
1K
READ
possessive
family
independent
drama
tragedy
comedy
sweet
first love
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Hujan yang lebat ..

Tidak sama dengan

Kemarau yang panjang ..

Hujan membawa kedinginan ..

Kemarau membawa panas bahkan kekeringan ..

Tetapi melengkapi ..

Itulah Tuhan

menciptakan untuk saling melengkapi.

***

Ada banyak rahasia yang mereka tidak tahu juga banyak rahasia yang orang lain tidak tahu tentang mereka.

Entah kapan terungkapnya.

Agatha & Azka

chap-preview
Free preview
Prolog
Seorang gadis melangkahkan kaki, berbelok hingga keruangan yang letaknya berada di ujung sebuah lorong. Lorong yang dikhususkan untuk orang-orang yang spesial di tempat ini. Hembusan angin terus menerpa wajah dan kaki gadis itu yang terbuka dengan bebas, membuat si pemilik menggigil kedinginan di tengah-tengah perjalanannya. Masih ada beberapa penjaga yang berdiri di setiap sudut-sudut pintu lorong. Setidaknya gadis itu dapat menarik nafas, karena tahu bahwa dirinya tidak sendiri di tempat yang sangat sunyi dan sepi ini. Tok! Tok! Tok! Gadis itu mengetuk pintu dengan sangat pelan. Takut jika orang yang berada didalamnya merasa terganggu. “Dira? Itu kamu?” Suara kecil nan lemah itu terdengar di indra pendengarannya yang cukup tajam. “Iya Mommy, boleh Dira masuk?” Ujarnya ikut memelankan suaranya. “Boleh Sayang, sini masuk Mommy mau peluk kamu." Suara penuh kelembutan itu sontak membuat Agatha mulai membuka pintu perlahan. Agatha memasuki ruangan serba putih. Didalamnya terdapat wanita yang sudah paruh baya sedang duduk lemah di ranjang rumah sakit. Ruangan ini sangat sunyi dan redup. Lampu di ruangan hanya menyala dengan malu-malu, membuat Agatha sedikit kesusahan berjalan ke arah Mommy-nya. “Hai Mommy, apa kabar?” Sesampai di samping brankar Agatha memeluk tubuh ringkih Mommy-nya. Setitik air mata jatuh dari mata tanpa ia suruh. Melihat Mommy-nya seperti ini, tentu saja ia tidak kuat. Bagaimana bisa ia harus merengkuh tubuh rapuh wanita yang berada di hadapannya ini. Bahkan, memeluknya saja ia harus hati-hati, takut seketika tubuh Mommy-nya akan remuk hanya karena pelukannya saja. Tubuh itu sangat kurus dan ringkih. Agatha mengelap setitik air mata yang sudah berhasil jatuh ke pipinya. Dia berusaha menarik napas dalam-dalam agar dapat menahan air matanya yang akan tumpah lagi. Agatha harus menguatkan dirinya. Ya, dia harus kuat melihat keadaan Mommy-nya, inilah satu-satunya cara agar Mommy-nya baik-baik saja. “Mommy baik kok, kalau kamu gimana, Sayang?” Rengkuhan itu terlepas. Liana, Ibu Agatha, merubah posisi menjadi duduk. Lalu dia mengarahkan pada Agatha agar duduk di hadapan dirinya. “Baik Mommy, maafin Dira ya karena datang terlambat, Mommy. Oh iya, gimana hari ini, Mom? Mommy sudah melewati apa saja?” Agatha mengelus surai hitam pucat milik Mommy-nya. “Hari ini, hari yang buruk, Dira. Kau tahu, Sayang, pamanmu sangat kejam pada Mommy!” Mimik sedih Liana berubah dalam sekejap nada bicaranya terdengar penuh kebencian. “Pamanmu itu gila, Dira! Dia bilang Mommy tidak berguna! dia-dia bilang Mommy gila padahal dia yang gila, huh!” Lanjut Liana dengan nada yang kini berubah lagi, terdengar seperti sedang merajuk. Lalu berubah lagi, tiba-tiba saja Liana menangis histeris. Perubahan yang begitu cepat membuat Agatha terkejut, membeku di tempat. Tanpa sadar air mata yang sejak tadi ia tahan, kini keluar dengan sendirinya. Bahkan kali ini semakin banyak. Salah satu tangannya ia pakai untuk menutup mulutnya. Takut isakan terdengar dari mulutnya yang sudah bergetar. Agatha tidak bisa menahan tangisan sesenggukan. Melihat kondisi Mommy-nya saja ia sudah tidak kuat, apalagi melihat tingkah Mommy-nya yang semakin hari bukannya semakin membaik malah sebaliknya. Semakin buruk. Liana menoleh ke arah Agatha. “Adira, kenapa menangis? Kamu dilukai lagi oleh Pamanmu? Kenapa Daddy dan Pamanmu sangat jahat pada kita? Kenapa Daddy tidur terus kerjaanya? Padahal pamanmu sudah melukai Mommy!” Seru liana panik. Keringat bercucuran di dahi, tangannya gemetar, napasnya seperti terdengar putus-putus. Liana menggigit tangannya sendiri ketika ketakutan itu makin besar datangnya. Air mata terus keluar dari tempatnya, sehingga Agatha susah untuk berbicara. Ia mulai menghembuskan nafasnya, menenangkan diri lalu membuangnya secara perlahan. Ia harus berbicara pada Mommy-nya. Setelah mulai tenang, Agatha berujar, “Daddy dan Paman sudah meninggal, Mommy,” lirih Agatha dengan suara seraknya. “Apa! Daddy hanya tertidur, Sayang dan pamanmu itu masih menghampiri Mommy, Mommy tidak senang! Tapi.. sepertinya idemu bagus! Mommy akan membunuh Pamanmu itu agar dia tidak menyiksa Mommy lagi! Yeayy!! Pamanmu akan meninggal besok! Kamu pasti senang, jangan takut lagi ya. Kita harus membunuh Pamanmu sebelum Pamanmu yang akan membunuh kita! Mommy harus mencari pisau. Cepat cari pisau, Adira! “ Liana berdiri seperti orang kerasukan beranjak dari kasurnya ingin mencari pisau. Agatha yang melihat itu seketika terkejut. Sebelum Mommy-nya benar-benar mencari pisau, Agatha mencegahnya. “Stop Mommy! lebih baik Mommy duduk disini sama Dira, Mommy gak mau ‘kan Dira disakiti lagi sama Paman?” Raut wajah Agatha sudah lelah, tapi ia berusaha membujuk Mommy-nya. Liana yang mendengar itu bukannya tenang justru bertambah panik. Ia berlari ke arah Agatha dan merentangkan tangannya seolah menjaga Agatha dari Paman Agatha. Padahal di ruangan ini tidak ada siapa-siapa, selain Liana dan Agatha. “Tidak akan Mommy biarkan Paman kamu menyakiti kita lagi, Dira!” Mata Liana bergerak-gerak dengan liar, penuh ketakutan. Kemudian menangis secara tiba-tiba dan mengacak-acak rambutnya. “JANGAN SAKITI ADIRA LAGI!” jerit Liana dengan keras. Agatha memanggil dokter dengan memencet alat yang berada di samping tempat tidur Mommy-nya dengan tangan bergetar. Air mata yang ia bendung kembali jatuh dengan deras. Agatha bahkan nangis tersedu-sedu sekarang. Menangisi kelakuan Mommy-nya yang tak kunjung sembuh juga. Agatha menepuk-nepuk dadanya yang sangat teramat sakit. Kaki itu tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Ia duduk di lantai samping brankar Mommy-nya sesekali terisak melihat Mommy-nya sedang berteriak histeris. Kini kaki Agatha ia rapatkan dan kedua tangannya ia gunakan untuk membekap mulutnya sendiri takut terkena barang. Tangisnya kian pecah saat mamanya mulai mengacak-ngacakan barang-barang yang berada didekat Mommy-nya. Dada Agatha sesak sekarang, keringat mulai membasahi kening, bahkan sampai bajunya, tubuhnya gemetar hebat. Ia tidak mampu melihat Mommy-nya yang terus menerus seperti ini. Ia kembali teringat masa lalunya yang begitu tragis, semua penyiksaan yang ia alami kini berputar dengan begitu jelas di pikirannya. Andai saja waktu bisa terulang kembali, maka Agatha tidak akan membiarkan kejadian itu terjadi. Jujur, Agatha tidak kuat seperti ini. Dokter datang, masuk ke dalam ruangan. ”Kami mohon untuk Anda keluar sebentar. “ Agatha menuruti perkataan dokter. Ia menyeka air mata dengan tangannya sembari berdiri, walaupun tubuhnya masih gemetar dan dadanya masih sesak, ia berusaha meninggalkan ruangan itu. Sebelum benar-benar pergi, Agatha melirik Mommy-nya yang sedang diberikan obat biusan agar bisa tenang. Mommy-nya sudah merasa tenang, namun Agatha tidak bisa ke sana karena Mommy-nya butuh istirahat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.4K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.2K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.7K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook