bc

Black December

book_age16+
536
FOLLOW
5.1K
READ
arranged marriage
arrogant
dominant
drama
tragedy
like
intro-logo
Blurb

Alana pikir, setelah bertahun-tahun melarikan diri ia telah berhasil hidup menjauh tanpa bayang-bayang dari masa lalunya. Namun kenyataan pahit di bulan itu menyadarkan Alana satu hal, akibat sebuah kecelakaan yang melibatkan dirinya, ia menyadari bahwa pelariannya selama ini tidak lantas membuatnya terputus dari segala macam yang berhubungan dengan masa lalunya, ia masih terikat begitu dekat selama ini. Belum lagi ia harus di pertemukan kembali dalam sebuah kondisi yang salah dengan orang-orang dari masa lalunya itu.

Lalu ia bertemu dengan Saka, pria yang mengingatkannya pada hujan, tiba-tiba mengubah cara pandangnya tentang kehidupan dan kematian yang selama ini selalu mengganggunya.

Bersama musim hujan, di penghujung tahun. Sanggupkah Alana bertahan dalam kenangan dan masa lalu yang selama ini selalu ia hindari?

chap-preview
Free preview
Lil's Star
Lagi-lagi ia menghadap ke arah cermin, membenarkan tata letak dasinya yang sebenarnya sudah rapi, dan kembali membenarkan tatanan rambutnya yang sudah terlihat oke dengan gel rambut yang sengaja ia beli sore tadi. Ini malam hebat istrinya. Jadi, ia harus tampil sedikit berbeda untuk istrinya malam ini. Membawa sebuket bunga mawar yang juga baru ia beli, ia berjalan dengan percaya diri ke dalam mobilnya. Senyumnya terus mengembang. Membayangkan wanitanya pasti akan terlihat luar biasa malam ini. sedikit mengobati rasa kecewanya karena telah gagal menangani kasus kematian yang menurutnya akan penuh tantangan jika di selidiki lagi. Oh sialan! Dia merem mobilnya secara mendadak saat teringat jika ia melupakan sesuatu karena tidak memakai jam pemberian istrinya di hari lahirnya tahun lalu. Sepele memang, tapi prinsip istrinya tidak sesepele yang orang biasa pikirkan. Dengan cekatan ia berbalik arah kembali untuk mengambil jam tangannya yang berharga. Dia setengah berlari menuju kamarnya. Membuka lemari kramatnya yang penuh dengan barang-barang yang berhubungan dengan waktu, salah satunya jam tangan berwarna coklat tua yang berantai dari kulit buaya asli, beberapa lagi terdapat jam pasir, stopmacth berbentuk kelinci, miniatur jam ikon dari kota London, arlogi perak dan yang paling besar jam cuckoo tua yang terlihat antik. Semuanya berhubungan dengan waktu. Ia kembali ke mobil dengan tergesa-gesa, dia tidak ingin melewatkan sedetikpun malam hebat istrinya, jadi ia mengendarai mobilnya sedikit kencang. Sesekali melirik jam tangannya dengan cemas karena 10 menit lagi Istrinya akan segera tampil membuat ia mengendarai mobilnya membabi buta. Tidak peduli cacian orang yang menyumpahinya di jalan. Ia setengah berlari sambil menggerutu pelan saat sudah sampai di tempat lalu ia bergegas masuk ke dalam gedung.   Ia mendesah lega karena acara baru saja sampai tahap pembukaan. Lalu ia menepuk kening nya sendiri, saat mengingat kecerobohan lain yang ia lakukan hari ini.  Sebuket bunga yang ia beli tadi malah ia tinggalkan di mobilnya. Tapi tak apalah, ini masih bisa di toleran dibanding harus terlambat melihat bidadarinya malam ini. Jika ia egois, sebenarnya Saka tidak akan mengijinkan istrinya bekerja sebagai santapan publik---karena ia harus menahan api cemburu mengetahui beberapa pria lain menatap istrinya takjub dan terpesona penuh minat. Seharusnya hanya dia kan yang berhak menatap istrinya seperti itu? Seorang wanita menyandung kakinya saat ia melewati tempat duduknya hingga tubuhnya hampir saja jatuh terpengkal kedepan jika saja Saka tidak cekatan menahan tubuh wanita itu hingga berada di pangkuannya mengundang perhatian banyak orang di sana karena posisinya yang sungguh tidak enak untuk dipandang, dia memeluk tubuh wanita itu dari belakang, hingga wanita itu berada di pangkuannya. Dan yang sedikit membuat ia terhenyak, posisi duduk wanita itu tepat menekan err... kejantanannya. Wanita itu reflek berdiri untuk membenahi posisinya. "Sorry, sorry." katanya sambil tergagap. Rambut panjangnya ia selipkan kebelakang telinganya, hingga ia bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu sekarang. "Reporter Alana?" tanyanya langsung. Wanita itu menyipitkan matanya. Tapi sedetik kemudian bibirnya membingkai huruf O lalu senyumnya mengembang. "Detektif Saka?" katanya keras. Mereka berdua terkekeh pelan, mengingat posisi pertemuan mereka sungguh tidak nyaman untuk berbasa-basi. "Duduklah," kata Saka menunjuk kursi disebelahnya yang masih kosong. Alana menggeleng. "Aku bersama teman, senang bertemu dengan anda disini. Mungkin kita akan berbincang di tempat yang lebih nyaman lagi lain kali." Alana melihat ke sekitarnya membuat Saka mengerti. "Baiklah Alana lain kali kau harus lebih berhati-hati." goda Saka masih terkekeh. Wanita itu mengangguk lalu pamit permisi, menghampiri seorang pria yang melambaikan tangan padanya. Jarak tempat duduk mereka juga tidak terlalu jauh, tapi mata Saka terus mengekori pergerakan wanita itu. "Kenapa terlambat lagi, sih? Sudah kubilang juga kenakan gaun yang lebih anggun." Saka tidak bermaksud menguping, tapi suara itu terdengar jelas, yang langsung di balas tawa renyah wanita itu sambil mengucapkan maaf berulang kali. Reporter Alana, wanita ceria itu Saka kenal baru-baru ini saat menangani kasus kematian seorang pengusaha yang bangkrut dan juga memiliki riwayat hidup pembunuhan yang tidak terkuak selama bertahun-tahun. Dia meninggal secara tragis dengan menggantung diri di halaman belakang rehabilitasi para tahanan. Hari ini Saka baru saja menemui anak wanita pengusaha itu, Mia Clark wanita yang sempat dikabarkan telah meninggal dunia akibat penyakitnya sembilan tahun lalu. Saka sungguh sangat tertarik dengan kasus yang penuh misteri ini. Kematian-kematian yang tidak terungkap, alasan dibalik kabar burung kematian anaknya, dan juga yang paling Saka ingin selediki adalah wanita misterius berambut palsu yang datang sehari sebelum si Pengusaha itu menggantung dirinya. Tapi sayangnya, ia tidak  mendapatkan ijin dari pihak keluarga untuk mengungkap kasus tersebut. Suara riuh tepuk tangan menyadarkan lamunan Saka. Dan disana berdiri, bidadarinya dengan gaun kamasutra berwarna putih. Semua orang juga tahu, kalau wanitanya seperti bidadari yang hidup di bumi tanpa sayapnya. Seketika semuanya hening. Semua penonton seakan terhipnotis saat Sabrina memainkan cello nya dengan penghayatan yang begitu mendalam. Saka memang tidak pernah tahu makna tersendiri dari seni musik itu apa, yang Saka tahu, selama Sabrina yang memainkannya, semua nada itu akan terdengar indah. Semuanya masih hening, bahkan saat Sabrina sudah selesai memainkan cello nya. Jeda yang cukup lama sampai suara tepuk tangan yang meriah menggema. Saka berdiri untuk Sabrina lalu bertepuk tangan dengan bangga. *** Cukup sulit bertemu dengan Sabrina karena banyaknya penggemar dan juga beberapa orang yang sekedar mengucapkan selamat kepada nya. Jadi ia memilih untuk menjauh dari kerumunan, menunggu dan sedikit bersabar lagi untuk menemui istrinya. Malam ini ia akan memberi kesempatan pada penggemar Sabrina untuk menemuinya terlebih dahulu. "sedang menunggu siapa?”  Alana tiba-tiba saja datang menghampiri Saka yang terlihat sedang merenung, menjauh dari kerumunan orang membuat ia tertarik untuk menyapa pria itu. Saka tersenyum saat tahu siapa yang berbicara padanya. "tidak, hanya ingin diam di tempat  ini saja. Kau sendiri? Bukankah kau tadi bersama teman?" Alana mengangguk sambil mengusap lengannya sendiri dengan malas. “yah aku sedang menunggunya, dia sedang menemui wanita yang memainkan cello itu. Katanya dia penggemar beratnya.” Saka terkekeh hambar. “begitu. Jadi, kau hanya menonton sekarang?" tanya Saka. Alana mengangguk. "Aku libur hari ini, tapi aku sudah mengambil beberapa foto untuk ku buat artikel, hehe. Bagaimana dengan kasus pria yang menggantung diri tempo hari?" Saka menaikan kedua bahunya lesu. "Kasus ditutup, pihak keluarga tidak mengijinkan." "Hmm... Padahal aku pikir, banyak kejanggalan dan misteri dari kasus itu. Kau tahu suratnya kan? Bulu kudukku sampai berdiri saat membacanya." "Ya, aku yang menyelidiki surat itu. Sajak yang aneh menurutku." Mereka terlibat pembicaraan santai sampai seorang pria memanggil Alana. "Oh itu dia, kurasa aku harus pergi. Senang berbincang denganmu." pamit Alana lalu setengah berlari pada pria yang memanggilnya tadi. Saka mengamati dua orang itu sambil berspekulasi. Sepertinya mereka adalah sepasang kekasih. Saka berdecak pelan sambil menatap punggung mereka yang semakin menjauh dengan acuh. Lalu ia menatap ke bawah lantai, sesuatu yang berkilauan ada di bawah sana. Gelang cantik yang berantai penuh dengan bintang tergeletak disana. Ini pasti milik Alana. Wanita ceroboh itu. Saka tersenyum tipis, lalu berjalan perlahan sambil memasukan gelang itu ke sakunya. *** "Kau luar biasa malam ini." bisik Saka saat berhasil masuk ke ruang rias Sabrina. Wanita itu sedang sibuk membuka aksesorisnya. Sabrina menoleh, tersenyum senang akan kedatangan Saka. Namun sedetik kemudian wajahnya langsung memberenggut kesal. "Kenapa kau baru datang?" "bagaimana bisa aku menemuimu jika para penggemarmu yang sangat banyak itu menghalangi kedatanganku." goda Saka. "Padahal aku ingin kau orang pertama yang mengatakan selamat padaku." gumam Sabrina bernada kecewa. Saka yang gemas segera merengkuh tubuh mungil istrinya itu membuat Sabrina memekik kecil. "Aku bisa apa sayang. Salahkan para petugasmu itu yang menghambat pertemuan kita, mereka menganggap aku sebagai penyusup. Aku ini kan suami mu kan, seharusnya kau memberi tahu mereka." kata Saka sambil mengecup puncak kepala istrinya. "aku tahu, kenapa kau tidak berinisiatif sendiri dan mengatakan pada mereka jika kau ini suamiku." bisik Sabrina. "Hmm." kecupan Saka turun ke daun telinga kiri Sabrina menggigitnya pelan. Lalu turun mengecup lehernya yang jengjang. "Saka... hentikan." desah Sabrina. Seakan tidak peduli Saka malah semakin menjadi dengan melahap bibir Sabrina yang sedang mendesah. Tangannya menggelitiki di sekitar tali gaunnya lalu melorotkannya dengan sengaja. Sabrina mengerang di dalam mulut Saka lalu ia mendapat kesadarannya, teringat bahwa siapa saja dapat masuk ke dalam ruangan ini berhasil membuat Sabrina menghentikan ciumannya dengan mendorong tubuh Saka. "Jangan disini Saka..." kata Sabrina serak. Saka terkekeh. "Kau harusnya mengerti bahwa aku sangat marah, kau tahu betapa aku ingin membunuh pria-pria yang sejak tadi menatapmu penuh minat saat kau tampil di hadapan mereka hmm? Karena hanya aku yang boleh menatapmu seperti itu." "Saka jangan berlebihan..." Sabrina memutar kedua bola matanya. "Maka dari itu, cepatlah karena aku tidak sabar membawamu pulang.” "Yaya. Kau sangat cerewet, aku akan cepat jika kau keluar dari ruanganku karena aku mau mengganti pakaianku. Hus, hus..." "Aku bisa memandangimu ber jam-jam tanpa busana." goda Saka yang langsung diberi tatapan tajam dari Sabrina pertanda bahwa Sabrina sedang tidak main-main. Saka tertawa lalu mengecup cepat bibir istrinya, dan berlari keluar sebelum mendapat ultimatum yang lebih dari istrinya itu. tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.4K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Mrs. Rivera

read
45.4K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.3K
bc

Marry The Devil Doctor (Indonesia)

read
1.2M
bc

Love You My Secretary

read
242.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook