bc

Kok Tanya Saya?

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
confident
others
comedy
genius
ambitious
witty
female lead
office/work place
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Karyawan DuTa corporation dibuat heboh karena biang gosip, Zahira, mendadak insaf dan tobat dari dunia pergosipan. Bagi mereka yang memiliki rahasia tersembunyi, merasa aman dan bisa bernapas lega. Berbeda lagi bagi mereka yang selalu mencari hiburan lewat gosip yang ditawarkan Zahira merasa kehilangan.

Perlahan-lahan, mereka mencaritau alasan kenapa Zahira berhenti jadi biang gosip. Apakah karena mantannya itu Dipta, yang tidak lain adalah atasannya juga. Atau seorang psikiater yang sedang dekat dengannya. Intinya, karyawan DuTa tidak ingin Zahira berhenti menjadi biang gosip!

chap-preview
Free preview
Prolog
"Ayo kita putus!" Dunia Dipta seketika runtuh saat itu juga setelah mendengar permintaan dari sang kekasih yang belum lama ini menjalin hubungan dengan dirinya. Dia menatap tidak percaya ke arah Sekar, gadis yang menjadi pacarnya. Ralat, sebentar lagi jadi mantan karena gadis itu mengajak putus. Dipta yang ingin menyuapkan daging steak ke mulut, seketika kehilangan selera untuk makan. "Kenapa?" tanya Dipta pada Sekar. "Kenapa? Apa aku kurang perhatian? Kurang kasih sayang? Atau apa? Kenapa kamu ngajak putus?" Sekar menatap Dipta dengan perasaan yang tidak menentu. Dirinya serba salah jika berhubungan dengan laki-laki satu ini. Jika mereka putus, semua fasilitas yang diberikan pria itu akan hilang, tapi jujur dia tidak sanggup jika harus dibanding-bandingkan dengan satu mantan Dipta yang sangat di elu-elukan oleh keluarga besar pria itu meski mereka susah berakhir lama. "Aku cuma mau putus. Itu, doang!" "Nggak! Aku nggak mau! Kamu kasih alasan biar aku tau kenapa kamu minta putus," ujar Dipta keras. Dia merasa tidak adil jika putus hubungan tanpa adanya kejelasan seperti saat ini. Dia benci. Terlebih lagi bukan hanya Sekar saja pacarnya meminta putus tanpa alasan yang jelas, tapi banyak! Bahkan hampir semuanya seperti Sekar. Awalnya Dipta mengira bahwa Dipta terlalu menuntut mereka agar terlihat sempurna dan bisa ini itu. Atau karena Dipta kurang memanjakan mereka dengan belanja dan emas permata, atau mungkin Dipta kurang perhatian dan sering lupa ngajak kencan saat malam minggu tiba. Dipta mulai merubah kebiasaannya yang workaholic menjadi lebih santai dan manusiawi saat menjalin pacaran dengan pacar-pacarnya. Namun, entah kenapa mantan-mantannya meminta putus padahal semuanya telah Dipta beri. Tapi mereka tetap saja minta putus. Dan sekarang, Sekar juga minta putus tanpa alasan yang jelas? Hoo, Dipta tidak akan melepaskannya begitu saja. Terlebih Sekar ini adalah pacarnya yang paling menguras dompet dirinya paling dalam ketimbang mantan-mantannya yang lain. Matre? Tidak ada wanita matre dalam kamus Dipta, mereka hanya realistis dan ingin dimanja. Tapi minta putus tanpa alasan yang jelas setelah menguras isi dompet Dipta bukannya itu sesuatu hal yang kurang sopan? "Aku minta putus Dipta! Itu doang, tolong pahami!" bentak Sekar dengan lelehan air mata yang mulai berjatuhan membasahi pipi. "Aku udah nggak sanggup lagi, Dipta. Aku udah nggak sanggup lagi bertahan di sisi kamu. Aku nggak sanggup!" Dipta yang awalnya tersentak karena terkejut dengan bentakan Sekar hanya bisa menatap wanita itu dengan tatapan sedih. Dirinya segera berdiri dari duduknya lalu menghampiri Sekar yang menutup wajahnya yang berderai air mata, dengan erat dia mendekap tubuh Sekar yang bergetar karena masih menangis. Dipta bingung. Bagaimana caranya agar dia bisa menenangkan wanita yang menangis seperti sekarang? Pasalnya wanita yang berkencan dengan dia hanya menangis saat Dipta memutuskan mereka saja. Selebihnya tidak pernah! "Aku nggak bisa melanjutkan ini semua, Dip. Aku nggak bisa! Ayo kita putus saja!" ajak Sekar setelah cukup tenang. Dia menatap Dipta putus asa. Dipta menatap Sekar dengan bingung, keputusan apa yang harus dia ambil sekarang. Dipta hanya terdiam sejenak, tenggelam dalam lamunan. Sekar yang hanya mendapatkan diamnya Dipta, beranjak pergi meninggalkan pria itu dengan terburu-buru. Dipta hanya melihat kepergian Sekar tanpa ada niatan mencegahnya. Lama menatap lilin yang menyala. Makan malam yang romantis dan berniat untuk mengajak Sekar menikmati indahnya malam dengan bintang serta ingin membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius ternyata hanya angan Dipta semata. Dia diputuskan dengan kejam. Namun, alih-alih merasa sedih karena diputuskan, Dipta merasa heran kenapa para mantan mereka mengajak putus selalu sama alasan mereka. Nggak sanggup! Memangnya ada apa dengan menjadi pacar Dipta? Dia tidak menyuruh mereka latihan tinju, dia juga tidak menyuruh mereka membangun candi seperti kisah Roro Jonggrang. Dia menerima mereka apa adanya, tapi kenapa alasan mereka selalu sama yaitu nggak sanggup? Dipta penasaran. ________________________—-------------------------------_____________________________ "Bu Zahira tau nggak? Pak Dipta baru aja putus dari pacarnya sekarang?" tanya seorang wanita yang berjalan tergesa-gesa begitu melihat Zahira– Manager tempat dia bekerja sekaligus teman gosip di kantor DuTa Corporation. Anik, itu adalah nama yang tercantum pada kartu karyawan yang menggantung di lehernya. Zahira yang ditanyai hanya bisa mengernyit dahi penasaran. Sebenarnya dia merasa malas jika sudah mendengar kabar tentang mantan kekasihnya itu, bukan tanpa sebab. Dia masih ingat bagaimana dia diputuskan Dipta di depan umum dengan tidak elegannya bahkan lebih ke arah mempermalukan Zahira. Hanya saja Zahira tidak ingin mengambil hati dengan perlakuan pria itu. Biarlah, toh akhirnya Dipta susah untuk mendapatkan jodoh. Mungkin itu karma Dipta. "Aku pengen kasihan tapi aku juga pengen ngakak, Bu. Itu cewek udah morotin Pak Dipta kayak ATM berjalan. Pengen beli apa-apa, minta sama Pak Dipta. Tapi baru berapa bukan langsung putus aja. Ckckck, rugi bandar Pak Dipta, Bu." Zahira yang mendengar cerita Anik hanya menggeleng saja. Ternyata selera mantannya saat ini adalah wanita yang suka menghamburkan uang, sangat berbeda dengan dirinya yang sedari kecil selalu diajarkan untuk mandiri oleh sang bunda. Tunggu, bagaimana mungkin dia membandingkan para mantan Dipta yang tidak bisa apa-apa itu dengan dirinya yang hebat ini? Buang waktu! Zahira membuang pemikiran itu dengan menggelengkan kepala. Membuang jauh pemikiran itu. "Bu?" tanya Anik membuyarkan lamunan Zahira tentang Dipta dan wanita-wanitanya. Dia melihat Anik dengan menatap bertanya. "Bu Zahira baik-baik saja? Kok kayaknya nggak nyimak perkataan saya, Bu," ujar Anik sedih. "Oh, nggak apa-apa. Cuma saya lagi bingung kenapa Pak Anwar sekarang lebih sering pulang sama Bu Dewi, ya? Mana Pak Anwar jemput Bu Dewi di halte bus cukup jauh dari sini lagi," sahut Zahira. Wanita berwajah oriental itu sengaja mengalihkan pembicaraan dengan Anik perihal mantannya. Panas tau kalau ngomongin mantan melulu. Kagak ada habisnya! "OMG! Pak Anwar bagian HRD? Sama Bu Dewi bagian keuangan? Mereka sering pulang bareng, Bu?" tanya Anik dengan wajah keponya. Zahira hanya menampilkan wajah polos dan mengangguk membenarkan. "Berita hot! Mereka pasti belum tau! Harus aku beritau!" Anik pun pergi dari hadapan Zahira, sedangkan wanita itu hanya menggeleng saja sambil mengaduk kopi saset yang mulai mendingin. Karena diajak ngobrol sama karyawannya itu dia jadi lupa kopinya. Sedang asyik menikmati kopi yang dingin, tiba-tiba ada yang menggebrak meja depannya hingga membuat Zahira secara reflek menyemburkan kopi yang ada di mulut ke arah orang tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dipta– sang atasan sekaligus mantan kekasihnya yang baru saja mereka bicarakan tadi. Ralat, yang Anik bicarakan. "Apa yang kamu katakan sama Sekar?" tanya Dipta tanpa babibu lagi. Zahira yang mengelap mulutnya dengan pelan, hanya menatap Dipta dengan tatapan bingung. Apa yang dimaksud pria itu? "Nih! Itu muka dilap dulu!" perintah Zahira sembari mengulurkan tisu yang didapat di atas meja. Dipta segera mengambil tisu tersebut lalu mengelap wajah yang di sembur oleh Zahira. Setelahnya dia menatap wanita itu dengan tatapan penuh permusuhan. "Jawab!" teriak Diota kencang hingga membuat telinga Zahira berdenging. "Apaan, sih? Baru datang gebrak meja terus teriak jawab-jawab. Emangnya kita lagi kuis? Sopan sekali anda," sindir Zahira. "Jangan pura-pura nggak tau!" "Apaan, sih? Apa? Maksud kamu apa? Kalau ngomong tuh yah jelas?" Dipta menyisir rambutnya ke belakang. Dia amat kesal dengan wanita satu ini. Selain tukang gosip, dia juga pandai membalikkan perkataan. Tidak heran papanya menjadikan Zahira sebagai Manager pemasaran karena pandai dalam hal promosi dan sebagainya. Tapi kini dia merasa kesal sendiri dengan kelebihan wanita itu. "Apa yang kamu katakan pada Sekar?" tanya Dipta mencoba mengumpulkan sisa-sisa kesabaran yang mulai habis. "Aku ngomong apa?" tanya Zahira balik. Dia heran dengan pertanyaan lelaki ini. Maksudnya apa, coba? "Kok kamu tanya balik? Seharusnya aku yang tanya, apa yang kamu katakan sama Sekar sampai-sampai dia minta putus sama aku?!" "Ya mana saya tau. Kok tanya saya? Kamu tanya sama dia, dong. Kan yang pacaran kalian, bukan saya. Dasar aneh," dengus Zahira sewot. Yang pacaran siapa, yang heboh siapa. Dasar manusia labil! "Kata Pak Anam, kemarin mama sama Sekar ketemu kamu pas mereka belanja. Kamu ngomong apa sama Sekar sampai-sampai dia minta putus?" ulang Dipta lagi. "Nggak ngomongin apa-apa. Cuma nyapa tante Dian aja terus pulang. Nggak ngomongin apa-apa sama Sekar-Sekar itu," jawab Zahira tenang. Hey! Itu memang benar. Beberapa hari yang lalu dia memang bertemu dengan tante Dian dan Sekar, tapi hanya sekedar menyapa lalu setelahnya pergi. Boro-boro nongkrong cantik, salim tangan saja dia terburu-buru. Ini malah dituduh menghasut Sekar agar putus dari Dipta. Pria itu waras?! "Bener? Kamu nggak bohong, kan?" wanti Dipta tidak percaya. Zahira memang tidak pernah berbohong, tapi dia terkadang suka lupa hingga Diota ragu dengan Zahira. "Kalau nggak percaya, tanya aja sama tante Dian. Aneh! Udah ah, aku mau pergi. Minggir!" usir Dipta ke samping karena menghalangi jalannya. Dipta pun minggir lalu termangu lagi. Dia bingung apa yang salah dari hubungannya dengan Sekar? Kenapa begitu cepat berakhir begini. "Mohon maaf sebelumnya, Pak. Saya menyarankan agar bapak cuci muka pakai sabun dengan segera. Karena beberapa hari ini saya lupa menggosok gigi karena pasta gigi saya habis dan tadi baru saja habis sarapan dengan sayur jengkol," celetuk Zahira dari belakang Dipta hingga membuat pria itu mual dan muntah di tempat. Pantas saja daritadi dia mencium bau aneh. Ternyata oh ternyata. Kalbar, 14 Juni 2022

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook