bc

RUN AWAY

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
adventure
family
brave
drama
tragedy
no-couple
mystery
scary
city
another world
like
intro-logo
Blurb

Langkah kaki itu semakin cepat ketika suara gemuruh dibelakang mereka terdengar semakin dekat. Langkah kecil mereka tidak sebanding dengan langkah besar dari hewan dibelakang mereka.

Lari mereka benar-benar tergesa-gesa seperti tidak ada waktu lagi untuk menunggu hari esok. Mereka berlari bukan tanpa alasan. Dibelakang mereka ada seekor hewan yang bisa disebut monster.

Agress namanya.

Ranting yang terinjak, ranting yang menggores kulit mereka tidak dihiraukan.

Salah satu dari mereka adalah ‘anak baru’, Mischa namanya.

Mischa baru dalam hal ini. Untuk dirinya, ini merupakan satu kegiatan yang benar-benar membutuhkan tenaga dan tentu saja satu kalimat yang harus dia ingat, ‘lari dan jangan melihat ke belakang’.

Bisakah Mischa selamat dan bertahan hidup dengan pelariannya?

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Kau siap?" tanya Christhof sambil menatap Mischa dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau meremehkan ku, huh?" Mischa sedang membenarkan letak pakaiannya itu. Saat ini mereka sedang berada di benteng kedua. Yang berarti, satu benteng lagi harus mereka lewati untuk mencapai keluar wilayah kehidupan ini. Ya, wilayah kehidupan. Karna diluar sana hidup itu seperti dikejar hantu dan harus berlari tanpa arah yang pasti. Dan harus hidup berpindah-pindah, pun jika manusia itu masih hidup. "Perasaanku tidak enak, Mischa," ujar Christhof tanpa menatap Mischa, sedangkan Mischa menatap Chris tajam. Tetapi Mischa terkekeh meremehkan. "Kau sudah berjanji untuk selalu ada bersamaku, kau tidak boleh pergi meninggalkanku sendiri. Aku tidak butuh dilindungi, setidaknya hanya kau berada bersamaku itu saja cukup" Mischa mengucapkannya dengan lantang, saat ini ia menatap benteng kedua. Jika ia keluar dari benteng ini, maka ia bisa saja bertemu Agres sebelum melewati benteng pertama meskipun hanya sedikit. "Kau sedang menggombal, huh?" Christhof menatap Mischa geli. Walaupun ia merasa gugup sekarang ini. "Tidak" Christhof melotot kaget. Mischa dengan gesitnya melewati benteng dua ini tanpa ketahuan sedikitpun. Mereka memang keluar dari wilayah ini mengendap endap agar tidak ketahuan. Tanpa berpikir panjang, Christhof menyusul Mischa mengendap endap. Wilayah ini terdapat tiga benteng yang melindunginya. Yaitu; Benteng pertama dibangun untuk melindungi kastil kastil raja. Benteng kedua untuk para bangsawan yang derajatnya dibawah raja. Benteng ketiga dibangun untuk melindungi para pedagang, petani, dan lain sebagainya. Diantara ketiga kastil, benteng yang paling sering diserang adalah benteng ketiga. Karna letaknya yang paling luar. "Seharusnya kau bilang dahulu, agar aku memantau keadaan luar. Jika tiba-tiba ada agres datang menyerangmu bagaimana, huh?" omel Christhof saat ia sudah berhasil menyusul Mischa. Mischa hanya terkekeh pelan. Lalu berjalan kearah hutan. "Aku sudah memantaunya sejak tadi. Kau saja yang tidak melihat," balas Misca enteng. Christhof hanya mendengus. Lalu mereka berjalan menyusuri hutan. Berjalan dengan hati-hati, tanpa menimbulkan suara. Jika terdengar suara sedikitpun, maka 'makhluk itu' tak akan segan untuk segera meluncur kemana suara itu berasal. Christhof berada di belakang Mischa untuk menjaga perempuan itu. Tiba-tiba, Mischa berhenti berjalan. Christhof menyerit heran, lalu ia memperhatikan wajah Mischa. Pucat pasi. Itulah yang di lihat Christhof. Lalu ia mengarahkan pandangannya sama seperti Mischa. Christhof menelan ludahnya susah payah. Tenggorokannya terasa kering. "Itu--" Mischa berbisik pada Christhof dan dibalas anggukan. Christof menautkan tangannya pada Mischa lalu membawa perempuan itu pergi dari sana pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Sialnya, Mischa tidak sengaja menginjak ranting yang cukup tajam dan membuatnya jatuh lalu ia mengaduh. 'Makhluk mengerikan' itu yang pendengarannya cukup sensitif pun mengedarkan pandangannya. Tanpa membuang waktu, Christhof menggendong Mischa seperti memikul beras. Semak-semak yang bergesekan akibat Christof berlaripun menjadi fokus utama 'makhluk itu'. Meskipun hanya satu, tetapi itu cukup mengerikan. Karna ini pertama kalinya mereka berhadapan langsung dengan 'makhluk mengerikan'. 'Makhluk itu' mengejar mereka. Mischa yang kepalanya berhadapan dengan punggung Christhof langsung diteggakan. Tangannya mengambil pedangnya yang cukup tajam dan mengarahkannya ke arah makhluk itu. Christhof masih berlari dengan kencang. Lalu, Mischa mengayunkan pedangnya. Tepat pada saat itu, tangan 'makhluk' itupun mengarah padanya. Srakkk Tangan 'makhluk' itu pun terluka. Membuat dia marah. Lalu, sebelah tangannya diayunkan kearah Christhof. Dan mereka terpental begitu saja. Pada saat mischa ingin berdiri, ia melihat di depannya sudah ada 'makhluk itu' saat 'makhluk' itu ingin menangkap Mischa. Ia sudah mati karna tebasan di kepalanya. "Kau tak apa?" Tangan itu terulur. Yang Mischa harapkan adalah Christhof datang menyelamatkannya. Namun, ia melihat lelaki asing di depannya. Ia mengamit tangan itu untuk membantunya berdiri. Bukannya menjawab pertanyaan lelaki asing itu, Mischa justru mengedarkan pandangannya berusaha menemukan Christhof. Seharusnya Christhof terlempar tidak jauh dari tempatnya saat ini. "Alex! Mereka bertambah banyak!" Ujar salah satu lelaki yang bertarung melawan makhluk itu kepada lelaki di depan Mischa berdiri. "Lari!" Ujar lelaki yang di panggil Alex. "Aku harus menemukan Christhof," ucap Mischa panik. Ia berlari, dan akhirnya ia menemukan Christhof sedang terbaring di bawah pohon besar dengan darah dari kepalanya. "Kau tak apa?" Christhof langsung berusaha bangkit mendekati Mischa. Ia tersenyum berharap Mischa tidak panik. "Aku-" "Awas!" Christhof langsung menarik Mischa ke dekatnya dan menghunuskan pedangnya pada 'makhluk' aneh yang tiba-tiba datang. "Kita tidak punya banyak waktu. Ayo lari!" Mereka berlari dengan Christhof di bagian paling belakang. Mereka bertemu dengan 6 orang laki-laki dan satu perempuan yang menyelamatkan Mischa. Mungkin mereka adalah kelompok yang hidup berpindah-pindah di hutan ini. "Arghh!" Teriak salah satu dari enam orang lelaki itu. Christhof membantunya. "Kalian pergi! Biar aku yang mengurusnya!" Christhof masih bertarung dengan 'makhluk' yang menyerang mereka. "Tapi--" "Ayo pergi!" Ucapan Mischa terpotong karna tangannya ditarik agar segera lari. ------- Langkah kaki cepat dari beberapa orang itu menyusuri semak-semak. Menginjak ranting kering yang bertebaran di seluruh jalan yang mereka lewati. Lari mereka tergesa-gesa, seakan mereka di kejar sesuatu yang mengerikan. Iya. Mengerikan. Lebih mengerika dari binatang buas. Lebih mengerikan dari hantu yang tiba-tiba muncul di layar televisi. Dan lebih mengerikan dari omelan seorang ibu. "Tunggu, dimana Christhof?" Tanya seseorang berhenti berlari. "Anak baru! Tidak ada waktu untuk memikirkan dia. Kita harus memberi tahu orang pondok!" Teriak lelaki di paling depan. "Kau gila?! Christhof tadi menyelamatkan kita!" Sahut perempuan tadi. "Kau tahu, kehilangan satu nyawa lebih baik dari pada kehilangan seluruh warga pondok!" Seru lelaki itu lagi lalu berbalik mulai berlari lagi. "Begitulah kehidupan di alam bebas ini Mischa," sahut satu lelaki lagi di sebelah orang yang dipanggilnya Mischa itu. "Kau harus sangat bersabar menghadapi Alex, Mischa," sahut gadis yang lebih tua dari Mischa itu. "Ayo, kita la-" "Mischa!" Teriak seseorang di belakang mereka. "Chris-" "Lari! Mereka semakin dekat!" Katanya lalu menautkan tangannya pada Mischa. "Okay." - "Mereka datang! Bersiap!" Teriak si ketua tim lari tadi, Alex. Semua warga pondok bersiap dengan senjata masing-masing. Serangan ini rutin terjadi. Tiap dua hari sebelum ini lebih parah dari sebelumnya. Belum lagi korban lebih banyak meninggal sebelum sempat membela diri. "Bersiaplah. Kita pasukan penjaga. Jangan sampai lengah!" Sahut Alex lagi yang diangguki beberapa anak muda yang tadi berlari bersamanya. Setelah teriakan Alex tadi suasana mencekam itu datang. Sepi. Semuanya sudah siap siaga dan diam di tempat dengan berbagai senjata di tangan. Suasana menjadi senyap. Alih-alih berbicara, warga di sana menyiapkan nyali yang luar biasa untuk menghadapi hal ini lagi. Mereka berjuang untuk hidup dan tidak mungkin mati begitu saja di sini. Tempat sementara yang mereka tinggali setelah beberapa kali berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sialnya, sepertinya tempat ini sudah tercium oleh mereka. Iya. Mereka. Makhluk menyeramkan layaknya zombie di film layar lebar yang di selenggarakan oleh pemerintah pusat di satu lapangan besar. Dan lebih kejam dari titan yang memakan mangsanya hidup-hidup. Mereka adalah makhluk berdarah dingin. Memakan mangsa secara ganas, memotong tubuh mangsanya terlebih dahulu lalu menelannya bulat-bulat. Mereka. Si makhluk berdarah dingin itu disebut Agres. Makhluk itu mirip dengan cyclops tapi lebih kecil di bandingkan dengan cyclops. Dengan mata satunya, mereka memangsa manusia berdarah hangat. Mata agres fokus dengan apa yang di depannya. Apapun yang bergerak sedikit saja. Mereka langsung menyerang. Sialnya. Ada yang menjatuhkan senjatanya akibat bersenggolan dengan warga lainnya. "Mereka datang!" Kata seorang jauh di belakang, sang ketua. "Jangan lengah! Serang dan bertahanlah!" Teriak si ketua lagi. Warga mulai menyerang dengan senjata seadanya dan senjata yang tersisa dari peperangan sebelumnya. Kekuatan di kerahkan semaksimal mungkin. Pertarungan ini akan berlangsung lama. Semakin hari semakin banyak agres yang datang. Mungkin tempat ini tidak aman lagi. "Bertahanlah Chris!" Kata Mischa pada Chris di sampingnya. "Kau tahu, aku akan mati dengan rahasiamu yang aman. Tidak perlu khawatir," balas Chris tersenyum pada Mischa. "Apa maksudmu?" Tanya Mischa. Christhof mengabaikan pertarungan melihat sekelilingnya. Pertarungan yang sengit. Para agres banyak yang sudah memakan mangsanya, warga di pondok ini. Christhof diam dan menatap Mischa. Lalu senyumnya mengembang ketika melihat Mischa dengan mata yang berkaca-kacanya. "Aku bisa saja pergi kapan saja, Mischa. Kau tidak usah khawatir. Mereka-" kata Christhof melirik ketujuh sekawan yang tengah melindungi penduduk pondok dengan kekuatannya yang mereka miliki, "akan melindungimu. Aku yakin itu." "Chris, kau berjanji tidak akan meninggalkanku. Kau akan melanggar janjimu padaku?" Kata Mischa berjalan pelan mendekati Cristhof "Aku memang sudah berjanji Mischa. Tapi dengan keadaan ini, janji itu bisa saja tidak tercapai." Mischa diam. Dia menatap Christhof. Mischa tahu, Christhof menahan rasa sakit. Tapi yang Mischa belum ketahui adalah, dimana sumber rasa sakit itu. "Chris-" "Hey awas!" Pekik Christhof memenggal lengan agres yang hendak menarik Mischa, "perhatikan sekelilingmu, Mischa." "Aku tidak mau kau pergi, Chris. Kau yang membuka pikiranku dan mengajakku berlari ke sini. Tapi sekarang kau mau meninggalkanku?" Sahut Mischa setengah teriak dan terisak, "kau bahkan mengajakku lari dari semuanya, Chris. Karena apa? Aku percaya padamu kalau kau tidak akan meni-" "Aku tidak bisa Mischa. Maaf," sahut Christhof pelan, "aku sudah sekarat Mischa. Aku bahkan tidam akan lama lagi melihatmu seperti ini." "Apa maksudmu? Oh astaga." Christhof memperlihatkan luka di bagian perutnya pada Mischa. Luka dalam dan menyakitkan tentu saja. "Kau menahannya selama berlari tadi?" "Bukankah kita di rekrut untuk menjadi pelari dan penginformasi?" Tanya Christhof "Tap-" "Anak baru!" Teriak lelaki di depannya membuat Mischa menoleh, "kita sedang bertarung sekarang. Tidak ada waktu untuk berbincang, kau tau?!" "Ya. Bertarunglah semampumu," kata Mischa tak acuh. Ketika Mischa membalikkan badannya ke arah Christhof lagi. Christhof menghilang. Sejenak, dunia Mischa serasa berhenti melihat pedang Christhof tergeletak di tanah yang basah akibat darah. Dan sejak saat itu, dendamnya pada agres semakin memuncak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.2K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook