bc

Rasa dan Luka

book_age18+
685
FOLLOW
7.0K
READ
possessive
independent
drama
tragedy
comedy
regency
affair
roommates
friends
selfish
like
intro-logo
Blurb

Tamara bertemu dengan Derian di masa sulitnya.

Derian membantu Tamara bangkit dan Derian tidak bisa lepas dari Tamara.

Tamara dengan kenangan buruknya. Dan Derian dengan kehidupan buruknya.

Keduanya sama-sama memiliki sesuatu yang buruk di hidupnya.

Namun kata, "cintai diri sendiri" membuat mereka berdua saling menguatkan dan percaya satu sama lain.

Rasa di masa ini, di pelajari untuk tidak menjadi musuh besar di kehidupan.

Luka di masa lalu dibiarkan menjadi pelajaran.

chap-preview
Free preview
PERKARA BUBUR dan KULIT AYAM
Tamara berjalan menuju tempat dimana dia biasanya beristirahat jika sedang ada di tempat kerjanya . Sepanjang berjalan , Tamara banyak mendapat anggukan kecil sebagai tanda hormat . Jas putihnya terbang akibat angin yang di timbulkan karena kecepatan dia berjalan cukup cepat . Tamara membuka pintu ruangan . Di ruangan itu ada empat tempat tidur susun yang artinya ada delapan orang yang bisa tidur di sana . Ruangan itu cukup luas karena penataannya yang cukup baik . Tamara melihat seseorang dengan komputernya di ujung tempat tidur susun terakhir . Tamara mengacungkan tangan kirinya ke atas . Dia masih ada di ambang pintu yang terbuka . Lalu lengannya menekuk sampai pergelangan tangan yang dihiasi jam tangan berwarna kuning itu tepat berada di depan matanya . “Rubin , ini hampir dini hari .” Yang di panggil bergeming . Tamara menghela nafas lalu menutup pintu yang tadi sempat dibukanya tadi dengan pelan – pelan . Karena ada beberapa orang yang sedang beristirahat di atas ranjang susun itu . Tamara menepuk pundak orang yang tadi di panggilnya Rubin . Orang itu menoleh . Pantas saja di memakai penyumpal telinga . “Apaan sih ah , ganggu aja lo .” Baiklah , hanya sekedar menayapa di katain menganggu . Dasar anak tidak tau diri . “Udah jam empat pagi . Lo ga pulang ?” Tamara bertanya sambil mengambil minum dari dispenser terdekat . Rubi seperti tersengat listrik . Dia langsung berdiri lalu naik ke ranjang atas . “Bangunin kalo jam sepuluh pagi .” “Gue mau balik bentaran lagi .” Rubi mendengus , “ya udah telepon gue jam sepuluh .” “Males .” Tamara pergi dari sana sebelum ada benda melayang ke arahnya . Rubi Nasution . Rubin adalah panggilan dari Tamara untuknya . Satu angkatan dengannya dan tentu saja satu tempat kerja . Tamara berjalan ke ruangan ganti untuk menganti pakaian kerjanya dengan pakaian olahraga . Rasanya , Tamara harus sedikit berolahraga agar tidak merasakan pegal di pinggang dan lehernya . Setelah di ruangan gym di dekat tempatnya bekerja , dia bertemu dengan seseorang yang juga kebetulan akan berolah raga . Namanya Sony . Dokter Sony . Spesialis organ dalam . Dan dokter bedah umum juga. “Selamat pagi , Dokter Sony .” Sapa Tamara lembut dan sopan . “Hmm , pagi , Dokter Mara .” Tamara tersenyum . Baru dua tahun dia bekerja di rumah sakit setelah lulus . Dia berada di bagian bedah umum . Dan pernah sekali dia mengikuti dokter Sony membedah organ dalam pasien . Dia menjadi ingin sekali berada di ruang operasi yang menampilkan kesan keren dan sangat serius . Setelah dia pamit , Tamara melakukan mandi paginya . Tidak lama, Tamara sudah menyelesaikan mandi paginya . Jam di dinding ruangan itu sudah mencapai angka lima dan jarum panjangnya ke angka sembilan . Sudah hampir jam enam . Dan dia sudah menyelesaikan jadwal nya hari ini . Dia berjalan dengan senyumannya ke depan lift dan menunggu lift datang . Setelah Lift terbuka , dia menekan tombol B3 dan lift kemudian tertutup lagi dan bergerak ke bawah . Dia menge - check ponselnya dan tersenyum kecil . Ada yang sudah menunggunya di bawah . Lift terbuka menampilkan satu laki – laki yang di kenalnya . “Oh , Dokter Mara hari ini libur ?” katanya pelan . Tamara mengangguk kecil , “semangat kerja , Dokter Agus . “ Lalu Tamara dengan cepat pergi dari sana . Tapi telinganya sempat mendengar teriakan dari laki – laki yang baru saja dia tepuk lengannya . “Selesaikan kalimat mu , Tamara .” Tamara tertawa kecil . Agus adalah nama panggilan untuk Gusti yang berasal dari Sunda dan dia sempat mengharuskan semua orang memanggulnya ‘Aa . Sebagai panggilan akrab katanya . Dan jadilah , Agus adalah panggilan semua orang untuk Gusti . Dokter setahun di bawah Tamara . “Hai .” Sapa Tamara di saat laki – laki di depannya adalah yang membuatnya tersenyum di dalam lift tadi . Derian Trijaya Gustira . Teman hidup selama hampir delapan tahun bagi Tamara . Seorang pembisnis tingkat tinggi . Dan tentu saja banyak membantu Tamara meskipun Tamara selalu saja menyusahkan Derian . “Gue antar pulang dulu ya .” Ya . Satu fakta yang harus di telan pahit Tamara , Derian merupakan orang yang sering sekali mengeluarkan kata pedas . Atau setidaknya , lima kata adalah kalimat terpanjang yang bisa keluar dari mulutnya . Selama delapan tahun hidup bersama Tamara . “Lo ga mau sarapan dulu , Ri ?” Tamara berjalan mendekati pintu penumpang , membukanya dan masuk ke dalam mobil . Derian menyusul lalu berdeham , “makan dimana ?” Tamara tersenyum menatap Derian yang kini sudah mengemudikan mobilnya keluar dari parkiran basemen rumah sakit tempat Tamara bekerja . “Gue lagi pengen makan bubur buatan lo . “ Tamara masih sibuk membereskan tempat duduknya yang mana tasnya yang dipenuhi file kerjaan laporan yang akan di kerjakan di rumah dia keluarkan guna mencari ponselnya yang tadi dia masukkan ke dalam tas. “Gue ada kerjaan abis ini .” Tamara mengangguk . Lalu tersenyum ketika handphonenya di temukan . “Asaaaa, dapet .” Lalu menunjukkannya pada Derian . Derian mengangguk , “ada tukang bubur di depan .” Setelahnya , Tamara merasakan mobil yang ia tumpangi sedikit demi sedikit berhenti . “Mau turun ga lo ?” Satu fakta dari Derian lagi adalah dia tidak bisa di tolak . Dan bersikap so galak macam tadi . Derian sudah meninggalkan mobilnya . Sedangkan Tamara sudah melemparkan tasnya ke kursi belakang mobil Derian lalu menyusul Derian yang  sudah memesan dua bubur yang satu tanpa kacang untuk Tamara . Satu fakta dari hubungan Derian dan Tamara adalah tidak pernah berkata manis kecuali jika mereka berdua dalam keadaan telanjang . Dan kalian pasti tahu artinya . Walaupun sikap Derian lebih sering dengan sikap dinginnya . Tapi selama delapan tahun bersama , Tamara dan Derian belum pernah bertengkar hebat . Mereka masih sama – sama dengan sikap cuek padahal merasa terbebani di dalam hatinya . Pernah bertengkar gara – gara ahal kecil . Pertengkaran tentang hal kecil seperti makanan ini contohnya . Bukan pertengkaran yang berarti menurut mereka . “Derian , gantian ga buburnya ?” Tamara masih sangat sengit meminta mangkuk buburnya diganti dengan milik Derian . “Nggak .” Derian juga sama sengitnya . “Bang , saya minta kacang dong . Dia salah pesen tadi .” “Jangan kasih , Bang .” Seru Derian ikut sengit . Tamara memberengut . Dia memang bukan anak kecil lagi . Tapi kenapa Derian seperti memperlakukan Tamara seperti ini . “Nanti lo ngeluh .” Kata Derian sambil mengunyah makanannya “Ngeluh apaan sih ,Ri ?” Pada akhirnya Tamara makan bubur itu walau dengan perasaan marah dalam hati . “Lo jerawatan .” Ucap Derian kecil . Dan sialnya untuk Tamara dia memang begitu . Dia paling sensitif dengan kacang yang mana bisa dengan cepat menumbuhkan jerawat di kening atau dagunya . Apalagi telur . Dan sialnya lagi , Tamara adalah pecinta telur sejati . = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Tamara bangun dari tidurnya dan melihat jam di atas meja di samping tempat tidur . Setengah empat sore . Setelah makan bubur , Tamara diantar pulang ke apartemennya dan langsung mengerjakan laporan – laporan yang dia bawa tadi dari tempatnya bekerja . Lalu setelah selesai dia pun tertidur pulas . “Laper gue .” Kata Tamara bermonolog . Baru saja Tamara masuk ke dapur , suara kunci apartemen di buka membuatnya tersenyum . “Gue bawa makan .” Tamara lalu memeluk Derian . “Lo tau aja gue lagi laper .” Kata Tamara menggelayut seperti anak kecil . “Bawa apa ?” tanya Tamara beralih ke kantong plastik yang di bawa Derian . Derian berjalan menuju meja bar yang langsung menyambungkan dapur dan ruang TV . Dia meletakkan kantong plastik tadi di atasnya lalu melonggarkan dasinya dan meletakkan jas luaran itu di kursi di sebelah tempat ia duduk . “Ada ayam .” Tamara lalu duduk di pangkuan Derian . “Why you know me so well, Beib ?” kata Tamara lalu mengecup singkat bibir Derian . Lalu tersenyum dan duduk di tempat duduk di sebrang Derian . Derian beranjak , “Cz yo’re special .” Derian berdiri di samping tempat duduk Tamara lalu memangut bibir Tamara . Mereka terhanyut dengan ciuman sayang itu . Derian sudah memegangi pinggang ramping Tamara mengangkat kaus ketat yang di pakai Tamara dan tangan Derian yang hangat sudah mengambil alih kaus yang di pakai Tamara . “Mmh . Ri .” Desah kecil Tamara “Ri , stophhh .” Derian menulikan telinganya sesaat . Tangan Derian bersentuhan langsung dengan kulit pinggang Tamara sembari tetap berciuman dan lumatan belum berhenti . Sampai Derian mendengar satu suara yang membuat Tamara tertawa cukup kencang . “Udah gue bilang kan kalo gue lagi laper , Derian .” Iya . Suara yang di dengar Derian tadi adalah suara perut lapar Tamara . “Okay . Kita makan .” Tamara sudah terhanyut dalam kenikmatan memakan makanan favorit dari sejak masa kuliah dulu . Derian adalah penyebabnya . Lambat laun , Tamara teringat kembali masa dulu saat awal – awal masuk kuliah . Derian selalu di sampingnya dan menemaninya . “Derian , bisa ga lo sedikit kasih gue kulit ayamnya . Setiap makan ayam pasti lo selalu makan kulitnya . “ Tamara dengan laptop di atas pahanya mengomel pada Derian yang selalu membeli ayam dengan kulit renyah dan tidak memberikannya pada Tamara . Mereka tengah duduk di kursi di taman kampus mereka . “Lo makan daging aja .” Derian berucap sambil menyuapi Tamara daging ayam . “Lo mau buat gue gendut , Derian Gustira ?” Derian mengangguk polos . Tamara terkekeh di hadapan Derian saat ini . “Lo gila ya ?” Lihat ? kata – kata yang keluar dari mulut Derian sangatlah pedas . Tamara secara instan berhenti tertawa dan memberikan tatapan tajam pada Tamara . Sialan Derian . Dia sedang membayangkan masa indah dulu tapi dia malah merusak segalanya . “Gue makan semua kulitnya . Lo jangan !” Sentak Tamara begitu Derian memakan kulit ayam itu . “Awas aja lo . Lo tidur di sofa malam ini . Titik .” Kata Tamara kesal . “Nih makan .” Derian menyuapi Tamara daging ayam yang sedari tadi Derian pisahkan . “Dari dulu , lo mau bikin gue gendut tapi lo ga berhasil . Frustasi lo ?” Tamara mengunyah makanannya dengan kesal . “Lo udah bakat kek gitu .” Sialnya , Tamara memang dari dulu tidak pernah mengalami kenaikan berat badan yang ekstreem . Paling tinggi , dia hanya tambah dua kilo dan setelahnya dia kembali ke berat normal dan idealnya . “Iya serah lo . Gimana kerjaan lo hari ini ?” Derian berhenti mengunyah . Lalu menatap Tamara . “Apa ?” kata Tamara kesal di tatap lama dan dingin oleh Derian “Tumben .” Tamara berdecak . “Lo waktu itu komentarin gue juga , katanya gue ga pernah nanya gimana kerjaan di kantor lo .” “Gue kira ga bakal cepet .” “Lo pikir gue bego ?” Tamara benar – benar kesal saat melihat Derian mengangguk . Sialan Derian . Tamara jadi makin lapar saat kesal . Dan sialnya , ayam yang di pesan Derian hampir habis . Kecuali ayam yang di pegang Derian sekarang . “Nih makan .” Derian menyumpalkan daging ayam yang ada di tangannya tadi kepada mulut Tamara . Tamara dengan senang hati memakannya . Mata Tamara tidak lepas dari kegiatan Derian mencuci tangannya di washtafel . Lalu beranjak dari sana menuju sofa di ruangan di depan Tamara . Kemudian , menyalakan TV . Ah mengapa semuanya sempurna jika yang melakukannya adalah Derian . Derian miliknya . Tamara tertawa dalam hati . Jika dia tertawa lepas seperti tadi , mungkin Derian benar – benar akan mengiranya gila secara sungguhan . Padahal Tamara gila karena Derian . Dengan cepat , Tamara menghabiskan ayam milik Derian tadi lalu membereskan sampah bekas ayamnya dan cuci tangan . Secara kilat dia sudah ada di samping Derian yang  ada di sofa depan TV . Secara spontan , Derian mengalungkan tangannya di belakang leher Tamara . Memaksa dengan lembut untuk tetap di dekatnya . Dan tentu saja, Tamara menyukainya . Sangat menyukainya . “Ga kebayang kalo lo ga nemuin gue saat gue terpuruk beberapa tahun yang lalu .” Derian mengerutkan keningnya kecil lalu menatap Tamara yang ada di dsampingnya . “Kenapa emangnya ?” Tamara mengendikkan bahunya tak acuh . “Ya mungkin aja gue ga hidup kayak sekarang . Dan gue juga ga tau harus hidup atau mati .” Tamara tersenyum lalu mengecup bibir Derian , “lo adalah satu – satunya yang gue punya sekarang . Jangan pernah bosen sama gue . Kalo lo ada yang ga di suka dalam diri gue , gue akan usahain buat ilangin itu . Gue sayang sama lo .”  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.2K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

OLIVIA

read
29.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook