bc

Hate You Daddy!

book_age16+
168
FOLLOW
1K
READ
billionaire
fated
dominant
powerful
CEO
drama
tragedy
comedy
sweet
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

"Aku capek kuliah! aku mau nikah aja!"

Memang benar apa yang dikatakan orang tua, kalau setiap perkataan adalah doa. Maka itu yang dirasakan Adisya Grelia saat ini. Ucapannya malah dianggap serius oleh sang Kakek dan ternyata, sang Kakek malah menikahkannya dengan Theodore Pramudya.

"Awalnya nyari sugar daddy biar dapet uang bulanan gede, eh giliran udah dipepet sama sugar daddy malah kabur. "

Om Theo, yang genit plus ganjen. tiap bicara suka gak lepas hal plus-plus. Malah bikin Disya meraung-meraung kesal setiap malam. eh gak taunya Om Theo suka main kucing-kucingan dan sering bikin Disya berburuk sangka.

Lantas seperti apa kisah mereka?

chap-preview
Free preview
HYD -1
Dulu Disya gak nyangka akan masuk jurusan Ekonomi. Papanya bilang, jurusan Ekonomi akan jauh dari hitung-hitungan. Waktu Disya masih SMA dia pusing sama pelajaran Kimia, Fisika dan Matematika Wajib yang berurusan dengan hitungan.   Belum lagi Kimia yang menghitum molekul segala macem, begitu juga Fisika yang harus ngitung gerak. Disya gak bisa bayangin hal itu terjadi.   Saat mendaftar kuliah dulu, Disya bingung harus mengambil jurusan apa? Dia tidak mau bertemu dengan sesuatu yang berhubungan dengan hitung-hitungan. Lalu ketika Disya berkonsultasi dengan sang Papa tercinta, Disya malah dapat saran lintas minat dan ngambil Jurusan Ekonomi, Manajemen di Kampus ternama, Universitas Prajaya.   Karena waktu itu Disya lintas minat, dia mengambil jalur mandiri. Dimana tes dan bayarannya gede. Disya jadi gak enakan, karena bayaran Tes Mandiri hampir 10 juta. Walaupun keluarganya berada, Disya diajarkan untuk selalu hemat dan melihat kebawah dimana banyak yang kesusahan di luar sana dan membuat Disya selalu bersyukur. Disya kira kuliah jurusan Ekonomi itu gampang. Tidak ada matematika seperti apa yang Papanya katakan, tapi ternyata dugaannya salah besar.   "PAPA! Disya Capek! Disya gak mau lagi kuliah Pa!" Disya udah ngamuk-ngamuk gak jelas karena baru tau kalau kehidupan kuliah tidak semudah yang dia bayangkan. Papa yang sedang duduk diruang tamu, menoleh tanpa minat.Namun diam-diam menahan tawa. Karena Disya baru ngeluh sekarang, ngeluh saat dia akan dihadapkan dengan tugas PKL. Disya mendengus beberapa kali, dia merengek karena ternyata dia merasa Papanya itu sengaja menjebak Disya dan membohonginya.   "Disya, kenapa kok teriak-teriak ke Papa gitu?" Mama yang lagi bikin kue di dapur jadi kaget denger teriakan Disya.   "Ma, Disya mau berhenti kuliah."   "Lho kok gitu sayang? Gak sia-sia perjuangan kamu selama ini. Masa mau nyerah sih?" Disya menatap Mamanya dengan tatapan memelas, "Ma serius deh, Disya gak kuat Ma. Disya gak pernah belajar akutansi seribet ini. Lagian Papa ini semua salah Papa!"   "Lho, kok salah Papa sih?"   "Iya salah Papa! Siapa suruh milihin Disya jurusan Ekonomi. Terus sekarang Disya minta bantuan malah gak pernah di bantuin. Disya trauma sama akuntansi Pa."   Papanya terkekeh pelan, "Ya belajar dong Dek, masa gak mau belajar sih. Lagian bukan salah Papa sepenuhnya, Disya kan waktu itu bingung mau ngambil jurusan apa pas kuliah? Jadi Papa kasi saran, biar sekalian Disya belajar ilmu bisnisnya gampang nanti," Terang Papa panjang lebar sembari menyeruput teh hangat buatan Mama.   "Bener apa kata Papa dek, kamu ikuti aja alurnya seperti air mengalir. Besok-besok terbiasa kok, Disya kan anak Mama paling hebat."   Disya menghela nafas, kalau udah kena bujuk rayu Mama sama Papanya. Disya mengaku kalah, dan kembali mengerjakan tugasnya tanpa keluhan.   Disya udah semester 5 sekarang, sebentar lagi saat semester enam datang. Disya ada tugas PKL. Jujur aja Disya masih gak siap sama sekali. Karena malas berada di ruang tengah setelah selesai belajar, Disya memutuskan untuk kembali ke kamar. Gadis itu merebahkan dirinya diatas ranjang berukuran single itu dan mengambil ponselnya.   Missed call Tata (2)   Disya melihat notifikasi handphone canggihnya, dimana ada notif masuk dari Tata. Dia menghubungi Disya beberapa kali, tapi mungkin karena Disya terlalu fokus, dia jadi gak tau. Disya memutuskan untuk menghubungi Tata kembali. Siapa tau ada hal penting yang akan Tata sampaikan.   "Halo."   "Halo Dis, gue mau main ke rumah lo dong."   "Ngapain?"   "Biasa di rumah lagi ribut. Males banget gue dengernya."   "Boleh deh, kalau mau nginep juga gak apa-apa. Dirumah cuma ada Papa sama Mama doang kok."   "Oke siap! Meluncur gan!"   ***   "Pusing ... Kepala ini pusing!"   Tata menengok keadaan sahabatnya yang saat ini duduk dengan raut wajah memelas. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, namun Tata tidak tau apa yang sedang di pikirkan oleh Disya.   "Ada apa, Dis?" Tanya Tata.   "Cara supaya berhenti kuliah gimana sih? Gue bingung tau gak. Mumet kepala ini mikirin banyaknya angka yang harus di hitung. Emang sih, rumusnya gak terlalu sulit kaya teorema Pythagoras atau aljabar. Tapi kan ya, aduh angkanya sampe milyar-milyaran gimana kepala gue gak mumet," Keluh Disya kepada Tata.   Mereka berdua sedang duduk santai di dalam kamar. Tata membaca Novel yang dimiliki Disya sementara Disya memikirkan nasibnya yang entah mengapa terasa begitu malang. "Berhenti kuliah gimana maksud lo? Mau di DO gitu dari kampus? Ada sih, lo jual obat-obatan terlarang aja nanti gue laporin. Dijamin langsung DO tanpa diskusi." Disya mendengus sebal, saran yang sangat tidak bermutu untuk Disya dengar.   "Cara lain gitu? Jangan cara yang bikin malu keluarga dong. Mau ditaro dimana nama keluarga gue yang fenomenal ini."   "Hm... Iya juga sih. Yaudah, Nikah aja Dis. Siapa tau lo bisa bebas kuliah kalau Nikah kan?" Disya tampak berpikir apalagi setelah mendengar ucapan Tata tentang menikah. Disya mau menikah, tapi menikah sama siapa?   "Gue mau nikah ta, tapi Nikah sama siapa? Nikah sama cewek boleh gak?" Tanya Disya polos.   Tata reflek membulatkan matanya tidak percaya, "Anjir! Jangan gila dong Dis, gue masih waras doyan kaum berbatang. Gila ni anak, saking kebelet nikahnya sama Cewek pun jadi." Disya terkekeh geli melihat Tata yang seakan takut pada Disya sekarang. Jadi seneng aja gitu lihatnya. lagian Disya bingung banget, mau Nikah tapi gak punya calon.   "Apa gue minta aja ke Papa. Kali aja dikasi calon buat nikah?"   "Nyari mati itu namanya. Papa Lo gak mungkin setuju, secara lo kan anak bungsu. Kesayangan pula, bakal sulit di lepaslah sama orangtua lo."   "Ck, bener juga. Hmm... Cari pasangan buat diajak Nikah aja sesusah ini ya?"   Tata tergelak melihat raut wajah Disya yang mengenaskan. Bagaimana gadis itu terlihat murung karena ingin lepas dari kuliah.   "Lagian lo ada-ada aja sih Dis. Harusnya bersyukur karena Tuhan kasi keluarga yang mensupport lo sampai jadi sarjana. masalah Nikah mah urusan belakang, lo urus aja dulu Kuliah lo. Nanti malah mumet ngurus rumah tangga nyambi tugas."   Disya mengangguk paham, wajahnya kembali sendu. Jadi tidak enak dengan kedua orang tuanya. Disaat kedua orangtuanya ingin Disya sekolah sampai selesai. Dia malah pengen putus di tengah jalan.   "Atau gak... Lo coba cari sugar daddy aja Dis. Siapa tau dengan adanya sugar Daddy selain dapet uang jajan, lo dapet bantuan kerja tugas kan?"   Ide gila memang, tapi entah kenapa Disya malah tertarik. Kernyitan di dahinya menandakan Disya yang ingin punya sugar daddy.   "Nyari sugar Daddy dimana emangnya? Ada tempat rekomendasi gak, terus ada di marketplace gak?"   Tata tertawa melihat tatapan polos Disya. "Lo tau sugar daddy apaan? Pake mau cari di marketplace segala. s***p nih anak lama-lama."   Disya menggeleng polos, "Gak tau sih, tapi kayanya sejenis makanan gitu kan? Sugar Daddy, artinya permen Papa kan?" Tanya Disya lagi.           Tata nangis di tempat. ###  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook