bc

Antara Hasrat Dan Dendam

book_age18+
21
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
HE
boss
sweet
bxg
office/work place
wild
like
intro-logo
Blurb

Keenan, CEO muda yang tampan mencintai pacarnya, Sarah Adilaga. Ketika rencana untuk melamar pacarnya akan terwujud, sesuatu yang buruk terjadi secara tak terduga.

Sepupu Sarah bernama Livy mengacaukan segalanya. Makan malam yang membawa malapetaka itu menghancurkan ikatan Keenan dan Sarah dalam semalam. Keenan gagal menikahi pacarnya karena Livy. Kehancuran itu menghasilkan dendam membara dalam hati Keenan.

Namun, balas dendam yang terus dilakukan Keenan justru berdampak sebaliknya.

Livy yang tadinya meremehkan Keenan ternyata jatuh cinta padanya.

Akankah Livy akhirnya mendapatkan cinta Keenan? atau Dendam akan menghancurkan segalanya?

***

"Kamu diadopsi kan?"

"Bagaimana kamu tahu hal itu?"

"Aku melakukan penelitian,"

"Kamu memata-mataiku?"

"Penelitian," jawabnya dengan nada dingin. "Saya tidak memata-matai orang, Keenan."

"Kalau begitu jangan urusi kehidupan pribadiku, Nona Livy! Tuan putri manja sepertimu tentunya punya waktu luang yang sangat berharga. Sangat disayangkan jika waktu berhargamu itu dihabiskab untuk mengurusi hal pribadi orang yang tidak kamu kenal kan?"

"Maafkan saya? Apakah Anda baru saja menyebut saya manja?" Livy mendesis padanya. "Beraninya kamu?"

"Saya tidak mentolerir orang yang menggali kehidupan pribadi saya, Nona Livy. Meskipun saya menyadari bahwa kamu mungkin tidak memiliki hal yang lebih baik untuk dilakukan dengan waktu luangmu, berhentilah mengurusi yang bukan urusan Anda."

"Sarah adalah perhatianku, dan aku tentu punya hak untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang pria mana pun yang dia pilih." Livy memaksakan kata-kata itu keluar dengan gigi terkatup.

Livy menggigit bibirnya dan berharap dia bisa menelan kata-kata terakhir itu entah bagaimana, tapi itu sudah terlambat.

chap-preview
Free preview
Rencana Makan Malam
Keenan bersandar pada kursi putarnya yang bersandaran tinggi dan membuat menara dengan ujung jarinya saat dia mendengarkan pria yang duduk di seberangnya. Bagi orang asing, sepertinya pikirannya berada jutaan mil jauhnya, tetapi sebenarnya, setiap sarafnya waspada, menyerap dan memproses informasi dengan cepat. Sesekali tatapannya berayun ke arah dinding jendela di belakangnya, menatap keluar tanpa benar-benar melihat pemandangan indah langit senja. Dia menggosok rahangnya, meringis saat jari-jarinya menyentuh janggut kasar yang tumbuh kurang dari satu hari. Tidak diragukan lagi, jika dia melihat ke cermin, dia akan melihat janggut gelap di dagunya. Sudah pasti perlu mencukur malam ini sebelum menjemput Sarah untuk kencan makan malam mereka atau dia akan menggodanya tanpa henti tentang betapa miripnya dia dengan musyafir di padang gurun. Pikiran tentang Sarah membuatnya sedikit tersenyum ketika dia membayangkan bagaimana mata bulat hitamnya yang indah itu akan berbinar saat dia berbicara, rambut hitamnya tidak diragukan lagi akan ditata dengan ahli, membingkai wajah yang tidak kurang dari sempurna, dengan bibir penuh busur dan cara dia membawa dirinya seperti sosialita berkelas. Sarah akan menjadi istri yang sempurna untuknya. Istri yang sempurna dan nyonya rumah yang luar biasa untuk dibawa ke depan rekan bisnis dan kliennya di masa depan. Perusahaan konstruksinya berkembang pesat dan Keenan perlu memproyeksikan citra sempurna dari seorang pengusaha sukses yang dipoles untuk menarik berbagai jenis pelanggan yang dibutuhkan oleh Blue Star Company untuk mencapai prestasi perusahaan tersukses. Malam ini, adalah langkah awal yang akan dilakukan oleh Keenan dalam mencapai tujuannya. Dia akan makan malam bersama Sarah. Suatu hal yang sangat menyenangkan jika saja hanya ada dia dan Sarah dalam makan malam itu. Sayangnya Sarah juga mengundang Livy, sepupunya yang juga merupakan sahabat dan orang kepercayaannya, untuk pertama kalinya. Livy Adilaga, pewaris hotel dari kekayaan bergengsi Keluarga Adilaga. Sosialita dan fashionista, hal pertama yang ada didalam benak Keenan waktu menerka bagaimana sosok seorang Livy Adilaga. Keenan menarik napasnya. Berusaha mempersiapkan mental. Menjadi seorang CEO dengan pengalaman yang mumpuni dalam pergaulan kelas atas, termasuk dalam hal wanita sosialita yang lalu lalang mendekatinya, membuat Keenan begitu paham percakapan yang akan berlangsung nanti. Kesombongan dan keangkuhan menngenai koleksi mahal mereka dan juga liburan mahal nan berkelas yang mereka lalui. Untungnya Sarah berbeda. Dia tidak sekaya Livy, dan tidak menaikkan standar gayanya dalam berbicara. Itu salah satu hal yang membuat Keenan merasa nyaman ketika berada di dekat Sarah. Sarah seorang agen real estate. Dia bertemu dengannya di sebuah pesta kecil yang diadakan oleh temannya, Noel. Rendah hati, namun berbudaya dan cerdas, tidak butuh waktu lama sebelum Keenan sampai pada kesimpulan bahwa Sarah Gibson adalah wanita yang dia butuhkan dalam hidupnya. Keenan tersadar dari lamunannya dan berbalik menghadap sekretarisnya. Alex Hugo masih asyik membaca laporan keuangan, tapi Keenan sudah muak. Selain itu, dia sudah membaca laporannya sendiri sebelumnya dan setiap informasi telah dicap di otaknya. "Terima kasih Alex, aku sudah membacanya semua dan aku sudah mengerti," kata Keenan, membuka lipatan tubuhnya yang atletis dari kursi dan menjauhkan berkas yang tadi di berikan oleh Alex padanya. "Ingatlah untuk mengirimkan email kepada semua staf tentang rapat besok pagi. Dan buatlah proposal untuk proyek Landberg. Aku ingin perkiraan total biaya sesegera mungkin,” lanjut Keenan sambil membetulkan kancing jas yang yang terbuka. "Ya, Pak. Apakah Anda akan pergi sekarang?" Keenan meraih tas kerjanya dan berjalan menuju pintu dengan langkah cepat. "Ya. Aku akan makan malam dengan Sarah dan aku perlu bercukur... lagi." Dia tidak menunggu jawaban tetapi terus berjalan menuju tepi lift, bersyukur menemukan lorong sepi. Keenan melangkahkan kakinya dengan cepat masuk ke dalam lift dan segera menekan tombol di dinding lift menuju ke lobby gedung. Begitu pintu lift itu terbuka, Keenan seger akeluar dari lift itu. Dia berbagi lantai dengan firma hukum dan firma IT. Dan hampir setiap hari, aula dipenuhi oleh berbagai macam orang, tetapi saat itu sudah larut malam dan firma IT tutup, sementara bisnis di firma hukum telah melambat. Keenan menantikan hari di mana perusahaannya akan menempati seluruh gedung sendirian. Itu adalah kesuksesan yang dia dambakan, kesuksesan yang ingin dia capai suatu hari nanti. Saat ini, selain kru kecil, dia hanya memiliki empat karyawan lain, tetapi segera, dia bermaksud agar perusahaannya dikenal sebagai raksasa konstruksi. Dia baru saja menyeberangi lobi ketika suara feminin menghentikannya. "Keenan!" Dia berbalik tepat waktu untuk melihat si rambut coklat mungil datang ke arahnya. Dia mengenalinya. Joanna, sekretaris hukum untuk firma hukum di lantainya. Tumit merah muda cerahnya yang sangat tinggi berbunyi klik di lantai marmer saat dia bergegas ke arahnya. Joanna berjalan ke arahnya, menunjukkan senyum cerah. "Aku sangat senang bisa bertemu denganmu di saat yang tepat. Bisakah kamu memberi aku tumpangan pulang? Mobilku masih di bengkel dan aku sudah berdiri di luar selama sepuluh menit tanpa ada taksi yang terlihat." Joanna cemberut padanya dengan bibir merah penuh. "Membantu seorang gadis keluar?" Dia berpikir sejenak lalu mengangkat bahu. Dia tinggal hanya beberapa blok jauhnya dari apartemennya sehingga tidak akan terlalu menjadi masalah. "Tentu, ayo pergi,” jawab Keenan. Joanna terus mengoceh saat mereka berjalan menuju tempat parkir di mana dia meninggalkan mobilnya, meskipun Keenan hanya mendengarkan dengan setengah telinga, pikirannya tertuju pada makan malam bersama Sarah. Dia bertanya-tanya apakah Sarah akan menyukai cincin yang dia belikan untuknya. Membayangkan cincin pertunangan berada di dalam kotak beludru merah kecil di meja samping tempat tidurnya. Joanna menoleh padanya setelah mengencangkan sabuk pengamannya. "Apakah kamu keberatan jika kita berhenti untuk minum kopi? Aku berjanji pada ibuku, aku akan mendapatkan kopi moka dari tempat favoritnya. Tidak akan lama, aku bersumpah,” ucap Joanna setegah memohon. “Dia bisa minum kopi sendiri,” pikir Keenan dengan kesal sambil menyalakan mesin Ford abu-abunya yang sudah usang dan memundurkan persneling. Namun pikirannya berubah bebrapa saat kemudian. Rasanya tidak etis mengabaikan sebuah permintaan orangtua. Keenan yang sudah tidak memiliki oangtua itu telah lama merindukan saat dimana dia bisa memberikan sesuatu pada orangtuanya. Sesuatu hal yang tidak mungkin di lakukannya lagi sekarang. "Tidak masalah, aku sendiri tidak keberatan minum kopi,” ucap Keenan sambil tersenyum pada Joanna. Akan ada lebih dari cukup waktu untuk berhenti, asalkan lalu lintas tetap sepi. Sarah pasti tidak akan menungguku lama,” pikir Keenan sambil melajukan mobilnya pergi. “Terima kasih, Keenan,” ucap Joanna lega.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.5K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.2K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
45.7K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook