bc

Cinta Ivan Untuk Bella

book_age18+
555
FOLLOW
3.0K
READ
love-triangle
possessive
family
second chance
dominant
goodgirl
sweet
bxg
city
first love
like
intro-logo
Blurb

“Kamu itu wanita pembawa sial. Sejak masuk ke dalam keluargaku, selalu saja datang bencana. Tiga tahun kamu menikahi Jackson, suamiku meninggal. Sekarang kamu bunuh anakku juga. Dasar perempuan sial! Kenapa ngak kamu saja yang mati!”

Rivano dijodohkan dengan seorang janda beranak dua bernama Bella. Pertemuan pertama memberi kesan buruk pandangan Bella terhadap Ivan. Sampai sebuah kejadian membuka tabir kisah cinta masa kecil keduanya membuat Bella mengingat siapa Ivan di masa lalunya.

“Heh! Kamu tuh yang kayak hamster, mau aja dinikahin tanpa kenal dulu siapa pasangannya. Jangan-jangan kamu ngak normal, mau aja dijodohin sama siapapun. Curiga nih kalau kamu itu sebenarnya perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki.”

Ivan : ‘Andai kamu tahu, Ella. Betapa bahagianya aku hari ini bertemu lagi, bahkan saling berbicara setelah puluhan tahun kita terpisah. Andai saja kamu mengingat memori masa kecil kita, mungkin tidak akan serumit ini hubungan kita sekarang.’

“Jangan ge-er deh. Kita memang bakal nikah, bukan berarti aku terima kamu secepat ini. Kenal banget juga belom, taunya mafia lagi. Hih! Takut ah. Atau, jangan-jangan kamu punya pacar galak, terus tiba-tiba dia nongol, minta tanggung jawab kamu karena hamil. Bisa banget kan semua itu terjadi kaya di drama-drama Korea gitu. Jaman sekarang mana ada cowok seusia kamu yang belum nikah tapi masih polos. Udah pasti ngak bener.”

Bagi Bella pernikahannya dengan Ivan adalah pernikahan kedua, namun bagi Ivan, Bella adalah cinta pertamanya.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Dasar Papan
“Kamu itu wanita pembawa sial. Sejak masuk ke dalam keluargaku, selalu saja datang bencana. Tiga tahun kamu menikahi Jackson, suamiku meninggal. Sekarang kamu bunuh anakku juga. Dasar perempuan sial! Kenapa ngak kamu saja yang mati!” Hinaan itu masih saja teringat jelas dibenak Bella. Betapa mertuanya begitu membeci dirinya, hanya karena kematian yang sudah pasti tergaris dalam buku hidup seseorang. Sayangnya, garis hidup yang terhenti itu harus menjadi kesalahan Bella dari tudingan mertuanya. Bella Kinanti Kurniawan, berstatus janda ditinggal mati, berusia 30 tahun. Mempunyai dua anak dari pernikahannya dengan Jackson. Wanita dengan paras seperti anak gadis itu sedang menjatuhkan tubuhnya dengan kesal, sambil bersandar di ranjang seraya menghela nafas kasar dan melipat kedua tangan di depan dadanya. Belum ada keinginan baginya untuk menikah setelah setahun ditinggal suaminya. Apalagi kali ini ia dijodohkan oleh sang mama dengan seseorang yang katanya teman masa kecil Bella. Lucunya, Bella benar-benar tidak ingat sama sekali laki-laki yang akan dijodohkan olehnya. Matanya menatap tajam ke sosok wanita yang begitu ia hormati selama ini, namun sekarang, ingin rasanya ia sembunyikan wanita yang melahirkannya di kantong doraemon saja untuk sementara waktu. “Perjodohan ini sudah di rencanakan sejak kamu kecil, Ella. Kamu mau membuat almarhum papi kamu tidak tenang di alamnya! Apa susahnya sih sekali-kali nurutin orangtua.” Sintia, mami Bella mencoba membujuk putrinya untuk mau menerima perjodohannya dengan laki-laki pilihan papi dan maminya sejak ia kecil. Karena hal ini mereka berdebat mempertahankan keinginan masing-masing. Suasana kamar tidur Bella benar-benar memanas karena emosi keduanya. “Mami! Mami kan tahu, kalau aku baru setahun di tinggal sama Jackson. Bagaimana mungkin aku bisa menikah lagi secepat itu? Lagipula, aku juga enggak kenal laki-laki itu, ingat saja enggak. Masa, Mami main jodohin aku begitu sih! Kalo teman masa kecil, pasti aku ingat. Mukanya aja sama sekali ngak tau, jadi Mami jangan bohongin aku deh!” “Kamu itu justru sama dia malahan yang duluan minta dijodohin waktu kecil. Kamunya saja yang lupa. Kamu yang bilang maunya nikah sama dia, trus Ivan juga bilang begitu ke mami papinya. Akhirnya kita sebagai orang tua sepakat mengikat tali persaudaraan dengan menikahkan kalian berdua kalau sudah dewasa nanti.” “Terus, kenapa enggak nikahin kita waktu aku masih belum menikah sama Jackson? Kenapa harus sekarang? Kan konyol banget alasannya Mami. Cowok normal pastinya mau nikah sama gadis perawan. Kalau sama janda aja dia mau, jangan-jangan dianya ngak bener. Atau bisa jadi aku cuma mau dijadiin istri entah keberapanya.” Sintia menatap putrinya dengan tatapan menahan rasa kesal, kedua tangannya melipat bersedekap di dadaa sambil berbicara dalam hati. ‘Aku cerita sekarang pun, kamu pasti bilang enggak ingat, Ella. Lagian, ini anak keras kepala banget sih!’ Bella masih menatap sengit maminya menantikan jawaban yang dapat melegakan hatinya . “Banyak hal di luar kuasa kita sebagai manusia, Ella. Tujuan awal kita memang jodohin kamu, bahkan Mami juga enggak menduga kamu akan menikah sama Jackson. Mami pernah cerita masa kecil kamu dengan Ivan juga, kamu selalu bilang enggak ingat dan selalu bilang mami mengarang cerita buat halangin kamu nikah sama Jackson. Andai saja papi kamu masih hidup, dia pasti bakalan melarang kamu mati-matian.” “Jawaban Mami enggak memuaskan! Kalau memang tujuan awal jodohin aku, kan bisa aja dulu nolak waktu aku pacaran sama Jackson.” “Eh ini anak, banyak bener yah protesnya! Udah bagus mami ijinin kamu nikah sama Jackson. Trus sekarang gimana? Bukannya kebahagiaan dan ketenangan yang kamu dapet, malahan mertua kamu itu masih aja nyalahin kamu.” Bella memutar bola matanya merasa jengah tiap kali sang mami membahas tentang ibu mertuanya. “Mami, jangan bawa-bawa Mami Lina.. Iyah, dia ngak suka sama aku, tapi yang jalanin rumah tangga kan aku sama Jackson. Kita bahagia kok. Mami lihat sendiri kan, gimana Jackson sayang sama aku dan anak-anak.” “Sudah, ah! Pokoknya besok kamu ketemuan sama Ivan di tempat yang sudah Mami kasih setelah kamu pulang kerja.” Baru saja Bella ingin melanjutkan protesnya untuk menolak bertemu dengan laki-laki yang akan dijodohkan untuknya, ia melihat perubahan raut wajah maminya menyendu. “ Lagian, ketemu dulu apa susahnya, sih. Mami cuma enggak mau Papi kamu tidak tenang dalam kuburnya, nama baiknya jadi jelek karena sudah ingkar janji. Mami merasa gagal menepati janji almarhum papi kamu. Hiks.” Sintia mulai terisak, terbawa perasaan sedihnya ketika mengingat lagi suaminya yang sudah meninggal lama. “Waktu kamu menikah dengan Jackson, Mami merasa bersalah sama almarhum Papi kamu dan keluarga Ivan. Tapi karena Mami melihat kamu bahagia dengan Jackson, Mami menyetujuinya. Dan sekarang di saat keluarga Ivan tetap mau menerima dengan status kamu sekarang, harusnya kamu bersyukur, Ella. Tolong, pikirkan lagi. Demi nama baik almarhum Papi. Yah.” Bella mendengus, tidak mungkin ia menolak kalau sudah menyangkut nama baik sang papi. Walaupun baginya, cerita sang mami tetap tidak masuk akal. “Hah.. Iya, iya. Aku ketemu dia besok jam 6 sore.” Segaris senyum menyertai kemenangan Sintia, akhirnya hati sang putri sedikit mencair, mau juga bertemu dengan calon yang dijodohkan untuk dirinya. “Mami jangan senang dulu, aku cuma bilang mau ketemu dia, belum tentu mau menikah sama dia.” Sintia memukul bahu putrinya sambil merutuk kesal. “Kamu ini, punya anak sudah dua. Kayak anak perawan yang dipaksa nikah gitu gayanya..” “Ish, sakit, Mi!” Sintia duduk di sisi putrinya, keduanya saling menatap. Kali ini, tatapan mereka sudah tidak sesengit tadi. Tersenyum dan memeluk Bella, sambil membelai rambut putrinya. Sintia menghembus nafas panjang. “Mungkin kamu berpikir kalau Mami dan Papi egois. Tapi percayalah, semua karena kebahagiaan yang kamu inginkan sejak kecil. Walaupun, sekarang kamu tidak menyadarinya sama sekali. Ingat! Namanya Rivano Putra Danayaksa. Dari namanya saja sudah kedengaran gagah kan.” Sintia masih menasehati putrinya, ketika ingin keluar dari kamar Bella, mengecup kening putrinya dan masuk ke dalam kamarnya. Bella tidak menjawab, ia menaikan bola matanya seraya menghembus nafas panjang sebagai responnya. Bella mengantar sang mami menuju kamarnya. “Iyah, Mamiku sayang. Besok kan aku ketemu orang itu. Udah yah. Jangan gerutu lagi, nanti cepet tua.” “Ish, anak ini yah.” Bella mengecup pipi kiri dan kanan Sintia. “Good night, My Mami cantik.” Setelah menutup pintu kamar maminya, Bella kembali ke dalam kamarnya. Samar-sama ia mendengar suara ponselnya bordering. Melangkahkan kakinya dengan cepat, membuka pintu dan menutup pintu kamarnya perlahan. Dengan cepat ia naik ke atas kasurnya dan mengangkat ponsel yang berada di atas kasur dengan wajah senang. “Hallo, Bell. Lama banget ngangkatnya.” Tika teman kantor sekaligus sahabat terdekatnya yang menelpon. “Sori, Tik. Tadi ngobrol sama nyokap sebentar. Ada apa?” “Besok kan hari Jumat. Pulang kantor pada mau ke klub biasa. Yuk, hangout udah lama nih kita enggak bergadang bareng.” Bella dan teman-teman kantornya, sesekali berkumpul di klub langganan mereka untuk urusan di luar kantor. Mereka suka menikmati live music di sana, sembari menegak minuman untuk usia 21 tahun ke atas. Mendengus kasar karena lupa dengan rencana hangoutnya dengan teman kantor setiap bulan. Sedangkan ia sudah berjanji dengan maminya untuk menemui pemuda yang bernama Ivan tersebut. “Gua ikut bulan depan saja, deh. Besok, gua terlanjur janjian sama nyokap, nih. Ngak bisa diganggu guat, bisa perang dunia kalau sampai gua batalin.” “Oh gitu. Coba yah kita bahas di grup. Jordan sama yang lainnya pasti oke saja sih, kalau mau bulan depan. Emangnya kenapa sampe ngak bisa diganggu gugat? Jangan-jangan loe mau dijodohin yah?” ‘Ish, ini anak, tau aja sih. Kayak mbah dukun aja si Tika.’ “Eh, Jangan. Tik! Kalau pada bisanya besok, yah enggak apa-apa. Gua yang enggak ikutan saja.” “No way miskah. Tanpa loe, suara sumbang kita bakal memalukan di sana, hahahaha.” “Hahaha. Ya sudah, terserah loe aja, Tik. Besok deh kita bahas lagi di kantor yah.” “Eit, loe belom jawab pertanyaan gua, Bell.” “Pertanyaan apaan sih?” “Besok, loe mau dijodohin ah?” “Ngaco ah. Udah ah, gua ngantuk. Bye, Tika.” “Bye.” *** Jam 6 sore, Bella sampai di restoran yang diberitahu maminya. Berat rasanya melangkah masuk untuk bertemu laki-laki itu. Menyalahkan maminya dalam hati. ‘Huf, kalau Cuma kenalan, dating ke rumah juga bisa kan. Ngapain mesti ketemuan di restoran segala. Kalau bukan mami yang maksa, ogah banget nyamperin cowok.’ Bella melihat pesan sang mami di ponselnya untuk mencari nama laki-laki tersebut. “Reservasi atas nama Ivan, Mbak.” Resepsionis melihat ke buku tamu kemudian tersenyum menatap Bella sambil mengangguk. “Mari ikut saya, Bu. Sudah disiapkan ruangannya.” Bella di antar ke sebuah ruangan VIP berisi satu meja bulat besar yang dapat menampung 12 orang. Di dalam ruangan tersebut, Bella menoleh melihat sekitaran ruangan tapi ia tidak melihat seorangpun.. “Mbak, Pak Ivan nya belum sampai yah?” “Tadi sudah sampai, Bu. Mungkin di dalam toilet, dalam ruangan ini. Saya tinggal dulu, Bu. Makanan sebentar lagi akan di hidangkan, sesuai perintah Pak Ivan kalau ibu sudah sampai. Permisi.” Bella mengangguk sembari tersenyum. Kemudian melihat lagi suasana ruangan tersebut. ‘Ini mau makan berdua atau makan satu RT? Ngapain juga sampai pesen tempat VIP begini. Boros bener.’ Benar saja kata resepsionis tadi, seseorang keluar dari toilet yang berada di dalam ruangan tersebut. Mata mereka saling bertemu. Seorang pria berusia 33 tahun dengan tatapan tajam bermata cokelat, wajahnya nampak asing bagi Bella, tapi ia merasa seperti sudah mengenalnya. Merasa pria tersebut hanya diam, Bella mencoba memecah keheningan, sekaligus kekikukkan diantara mereka. “Kamu, Ivan?” Ivan hanya mengangguk sambil berjalan santai menghampiri Bella. Tangannya menjulur memperkenalkan diri, masih dengan tatapan dingin dan datar. Bella merasa risih dengan tatapan dalam Ivan kepadanya. Ia sedikit menundukkan kepalanya menunggu reaksi Ivan selanjutnya. “Aku Ivan. Kamu, Ella, kan? Silahkan duduk.” ‘Kata Mami, dia itu teman dari kecil. Tapi kenapa tadi dia nanya namaku. Ini pasti akal-akalan Mami saja deh buat yakinin aku kemari. Huf. Ganteng juga sih, mirip Ji Chang Wook dari samping. Ish, kok malah muji dia sih.’

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook