bc

Sun and Flower

book_age18+
63
FOLLOW
1K
READ
fated
second chance
confident
tragedy
sweet
humorous
mystery
like
intro-logo
Blurb

Ini bukan cerita tentang anak indigo yang bisa melihat hantu. Ini tentang Flo gadis konyol yang takut dengan hal berbau mistis. Sialnya ia harus bertemu dengan jiwa Sandy yang ia anggap makhluk halus.

Ini bukan cerita tentang seseorang yang terjebak dalam dunia lain yang penuh magic. Ini tentang Sandy yang harus mengalami koma, dan jiwanya yang berkelana menunggu kepastian akan takdirnya selanjutnya. Kembali ke raganya untuk melanjutkan hidup atau kembali ke sang pencipta meninggalkan dunia yang fana.

"Ketika hati sudah dapat merasakannya saat itu juga takdir memupuskannya."

chap-preview
Free preview
Prolog
Berulang kali laki-laki berambut undercut itu melirik gawainya. Belum ada notifikasi masuk dari seseorang yang ia tunggu. Ia menghela napas panjang kemudian kembali memasukan tasnya ke dalam mobil. Kakinya terasa berat ketika memasuki jok pengemudi. Terselip keraguan karena pesan masuk yang dikirimkan kekasihnya kemarin malam. Besok kamu nggak usah ke sini, ya. Atau jangan pernah ke sini lagi. Alis tebalnya saling bertautan, pertanda bahwa ia benar-benar tidak paham dengan isi pesan singkat itu. Baginya yang memiliki hubungan jarak jauh, ia mendapatkan kesempatan untuk bertemu kekasihnya hanya sehari dalam sebulan. Tidak heran, kalau pagi ini adalah hari yang paling ditunggu bagi seorang Sandy Adhytama. Segala persiapan telah ia siapkan jauh-jauh hari. Sandy memang sangat niat berkunjung menemui kekasihnya yang tinggal bersama orangtuanya di Bogor. Bahkan meski perempuan itu mengiriminya pesan yang sangat menyakitkan, Sandy tetap bersikeras menemuinya hari ini. Sandy meraih gawainya kembali. Mengirimkan sebaris kalimat yang entah akan dibaca atau tidak. Setelah itu, dengan segala macam emosi yang bergemuruh di hatinya ia menjalankan mobilnya. Ia mencengkram setirnya kuat-kuat menumpahkan sesuatu yang tengah ia rasakan, marah, takut, dan rindu yang menjadi satu. Kini Pajero hitam itu sudah melesat dan membaur dengan kendaraan lain di jalan ibukota. Aku nggak tau alasan kamu apa yang jelas aku tetap ke sana. *** Kelopak mata itu terbuka lalu tertutup lagi, kemudian terbuka lagi tatkala suara riuh terdengar dari arah luar kamarnya. Ia mengerutkan dahinya merasa terganggu. Setelah itu ia kembali memejamkan mata seraya menutup telinganya dengan bantal spongebob miliknya. "Flo Andiani!" seru sebuah suara dari arah luar. "Omaygat!" Flo mendesah kesal, karena jika sang mama sudah meneriaki nama lengkapnya, tandanya dalam kondisi apapun ia harus bersedia melakukan apa yang sang nyonya besar perintahkan. Flo menyibak selimutnya dan turun dari kasurnya itu. Ia membuka pintu lalu berjalan turun ke lantai satu dengan kaki yang ia entakan. Tidak hanya rambutnya yang kusut bahkan mukanya pun tak kalah kusutnya. Siapa pun yang melihatnya pasti akan geregetan untuk menyetrika muka kusut Flo ketika ritual tidur di minggu paginya harus terusik oleh hal-hal apapun. "Ada apa, Ma?" "Ya, ampun, Flo! Kamu kok masih tidur sih, kita kan mau ke tempat Oma, hari ini Oma ulang tahun!" "Yailah, Ma, Oma umur 70 tahun kok masih dirayain sih, lagian udah Mama aja sama Papa yang ke rumah Oma, aku masih ngantuk, Ma," gerutu Flo sambil berbalik hendak kembali ke kamarnya. "E-eh selangkah kamu maju, Mama nggak bakal ijinin kamu nonton drakor lagi! Laptop kamu Mama sita!" "Ya, ampun, Ma. Nggak asik banget sih ngancemnya." Rita-sang mama-hanya menaikkan alisnya memberi pilihan yang pada akhirnya dituruti juga. "Mama tunggu tigapuluh menit lagi." "Ma." "Duapuluh sembilan menit lagi." Dan dengan langkah berat Flo harus menuruti perintah sang mama, lagi. "Awas jangan kebalik antara sikat gigi sama sikat wc," ucap Dicky kakak satu-satunya Flo. "Bawel!" desis Flo dengan melempar pandangan menusuk. *** Acara ulang tahun yang membosankan. Sekiranya seperti itulah yang berada di benak Flo ketika acara sedang berlangsung. Hampir tiga jam lamanya Flo hanya duduk sambil mengunyah cemilan yang ada. Tak dipedulikannya saat omanya memotong kue atau saat seluruh anggota keluarga menyanyikan lagu ulang tahun. Yang benar saja, bahkan Flo saja tidak pernah dirayakan seperti ini. "Gimana tuh, seru nggak?" tanya Rita ketika mereka sedang berada di perjalanan pulang. "Bosen," gumam Flo sambil membuang pandangannya ke luar jendela. "Bosen? Tapi ikut ngabisin kuenya," ucap Dicky santai. Flo yang berada di sampingnya hanya mendelik kesal. "Hus! Kamu ini, nggak bagus ngomong gitu, nggak sopan!" tambah Rita mengomeli anak perempuannya. "Tadi 'kan nanya," jawab Flo santai. Lalu perempuan itu lebih memilih memperhatikan pemandangan dari jendela sisinya. Membiarkan pandangan matanya mengikuti arah pohon berlari. Hingga ia menyadari bahwa makin lama pohon-pohon itu tak lagi berlarian. "Ini kenapa?" Terlihat papanya berusaha menyalakan mesin mobil yang hanya mengeluarkan suara berisik mesin saja. "Kayaknya ada masalah lagi, nih," gumam papanya. Kalimat singkat yang dapat dipahami oleh seluruh orang di sana untuk segera beranjak dari mobil mogok itu. "Kok bisa mogok? Yah, gimana, nih?" Flo memasang wajah panik, tetapi tampaknya seluruh penghuni mobil hanya menanggapinya dengan pasrah. "Berisik!" Dicky menutup wajah adiknya dengan topi yang ia miliki. "Cepet, keluar!" ujar abangnya lagi. Flo mengenyahkan topi yang menutupi wajahnya. "Topi lo bau!" Flo memberenggut seraya membuka pintu mobil. Seketika terpaan angin menyapa wajahnya. Menghantarkan hawa tak enak di bagian kandung kemih. "Ma, Flo pengen kencing." "Mama nggak punya kencing." "Mama, bukan itu maksud Flo." Mama terkekeh sebentar sebelum akhirnya menunjuk ke arah tempat di mana tertulis 'WC UMUM'. Melihat apa yang ditunjuk oleh mamanya Flo lantas berlari ke arah tempat itu. Seusai ia melakukan ritualnya itu Flo kembali berjalan menuju mobil mereka yang sukses berdiam di pinggir jalan. Dari tempat Flo berdiri ia dapat melihat beberapa orang sedang berusaha memperbaiki mesin mobilnya. Flo menghela napas lelah, harus berapa lama ia menunggu mobilnya berhenti 'ngambek'. Baru saja ia ingin menyebrang jalan, langkahnya terhenti kala menginjak suatu benda yang ia rasa berbeda. Ketika ia mengangkat kakinya barulah benda yang baru saja ia injak itu terlihat. Flo berjongkok untuk mengambil benda itu. Digenggamnya benda itu sampai ia kembali di dekat mamanya yang tampak sedang berbincang dengan seseorang. "Ih, serem banget, sih," ucap Rita bergidik ngeri. "Iya makanya apalagi saya, Bu, yang ada di tempat." Flo masih memperhatikan kedua wanita di depannya itu. "Tuh, Bang, kamu juga kalo nyetir harus hati-hati. Ngeri 'kan tuh, cerita ibu ini," ucap Rita kepada Dicky yang sedang terfokus dengan ponselnya. "Denger nggak sih, kamu?!" "Iya, Ma, aku denger." Flo masih bingung dengan apa yang tengah dibicarakan oleh Mamanya. "Ada apa sih, Bang?" "Tau tuh," ucap Dicky singkat yang dibalas dengusan sebal oleh Flo. *** "Mana ya, kalungnya?" gumam Sandy sambil menyapukan pandangannya ke sepanjang jalan. "Nah, tuh dia." Senyumnya terukir di wajah tampannya. "Loh, ada yang ngambil." Sandy berlari menghampiri perempuan yang kini tengah menyebrang jalan. Sandy baru menyadari bahwa ia sudah berada di tengah jalan ketika ia melihat ada sebuah truk besar berjalan ke arahnya. Sandy membulatkan matanya. Apakah ini akhir dari kehidupannya? Sandy memejamkan matanya menunggu saat-saat di mana seluruh anggota tubuhnya merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ketika ia menutup mata, ia seperti mendengar isak tangis pacarnya, dan detik kemudian ia kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Kejadian di mana seorang gadis berjongkok lalu mengambil barang berharganya itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DENTA

read
17.0K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook