bc

The Girl

book_age18+
388
FOLLOW
1.3K
READ
adventure
murder
sensitive
student
drama
tragedy
mystery
scary
highschool
supernatural
like
intro-logo
Blurb

Seorang gadis dan ke empat sahabatnya mencari kebenaran dari hantu perempuan yang terus meneror mereka di sekolah. Perlahan mereka tahu alasan hantu perempuan itu meneror, lalu kematian satu persatu orang-orang terdekat mereka dimulai...

chap-preview
Free preview
Satu
Ting... Tong... Ting... Tong... Suara lonceng yang nyaring itu menggugah mata gadis yang belum lama ini terpejam. Gadis itu gelagapan dari meja tempatnya menyandarkan kepalanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mengamati satu per satu bangku kelasnya yang masih kosong. Dahinya berkerut. Dengan kepala yang masih terasa berat dia berusaha menegakkan badannya. Gadis berambut sebahu itu sekali lagi mengedarkan pandangannya ke kelasnya yang benar-benar telah sepi. Karena rasa penasaran yang tinggi, ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelasnya. Aneh, sepanjang ia berjalan di lorong-lorong kelasnya tak ia temui siswa satupun. Rasa takut merayapi tubuhnya. Otaknya terus saja mengatakan bahwa ia sedang berada dalam mimpi. Ia mencoba berulang kali mencubit dirinya sendiri dan itu terasa sakit. Bulu kudunya tiba-tiba meremang, ketika ia melewati toilet terkunci. Ya, di sekolah itu ada satu toilet yang terkunci dan itu menjadi tempat yang wajib dihindari oleh siapapun karena konon katanya pernah ada siswi yang mati di sana. Beberapa ada yang mengatakan siswi itu mati bunuh diri, beberapa ada yang mengatakan siswi itu mati terbunuh, dan beberapa ada yang mengatakan bahwa siswi itu mati karena kelaparan saking lamanya ia terkunci di dalam ruangan itu. Entah siapa yang memulai cerita tak sedap didengar itu. Gadis itu buru-buru berjalan melewati toilet aneh itu, bahkan langkahnya terkesan berlari kecil-kecil. Ia menyesal telah tidur di dalam kelas. Apa jam sekolah sudah berakhir? Tanyanya dalam hati. Ia kembali melirik arloji yang bertengger rapi di tangan kirinya. Pukul empat sore. Detik kemudian ia dikejutkan oleh lonceng sekolah yang tiba-tiba berbunyi nyaring. Lonceng sekolah yang dibunyikan tiga kali, pertanda sekolah telah berakhir. Dahinya berkerut. Belum tuntas rasa penasaran dan pertanyaan dalam otaknya yang menguasai seluruh rasa ingin tahunya, ia dikejutkan oleh pintu-pintu kelas yang berada di sisi kanan dan kirinya yang tiba-tiba saja terbuka. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia tercekat menyaksikan pemandangan aneh di depan matanya. Beberapa siswa-siswi yang memakai seragam yang sama dengannya keluar kelas mereka dengan buru-buru. Mereka sibuk bercengkrama satu sama lain. Bercerita panjang lebar sembari tertawa satu sama lain. Ada yang sembari memasukkan buku mereka ke dalam tas, ada yang berlari-lari kecil, ada yang masih menunggu temannya di dalam kelas. Gadis itu tercekat oleh pemadangan aneh di sekitarnya. Ia bingung. Sebelum lonceng berbunyi tadi ia yakin sekali sedang berkeliling sekolah untuk mencari tanda-tanda kehidupan lainnya. Dan sepanjang ia menelusuri satu persatu kelas yang ia lewati, tak ada siswa satu pun di sana. Telinganya kemudian berdenging kala sebuah lonceng sekolah berbunyi lagi. Beberapa siswa yang berhamburan di sekitarnya buru-buru berlari pergi. Kejadian mereka pergi begitu cepat hingga gadis itu tak menyadari bahwa ia kini tengah sendirian lagi. Ke mana mereka semua? Pikirnya. Bulu kudunya berdiri lagi. Hawa yang tidak terasa menyenangkan berada di sana. Ia ingat sekali hawa-hawa seperti ini. Dulu sekali ia juga pernah merasakan hawa seperti ini dan itu lumayan berakhir memilukan. Seorang siswi berlari di depannya dengan langkah terburu-buru. Gadis itu ingin bertanya padanya, tapi ia merasakan tubuhnya tak bisa digerakkan dan bibirnya terasa kelu, ketika gadis yang berlari itu menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan datar namun terasa dingin. Detik berikutnya ketika gadis yang berlari itu sudah hilang di ujung lorong dan berbelok ke kiri, gadis yang berdiri mematung itu sudah bisa menggerakkan kaki dan organ tubuhnya yang lain. Tak ingin berlama-lama tinggal di sana, ia pun mengikuti gadis pelari tadi dan beberapa siswa-siswi lainnya yang juga hilang di ujung lorong tersebut. Gadis itu menapaki tangga menurun, kepalanya masih mengedar ke seluruh sekolahannya. Sejauh ia memandang hanya sepi yang ia temui. Kemana perginya semua siswa tadi? Pikirnya bingung. Lonceng kembali berbunyi yang membuatnya terhenyak kaget. Gadis itu menguatkan langkahnya ketika mendengar bunyi lonceng lain yang lebih kecil suaranya dari lonceng pertama. Ia sampai di lapangan basket dengan mata yang membulat karena kaget. Detik berikutnya napasnya naik turun lebih cepat, jantungnya berdetak lebih kencang dan ia ingin muntah karena mual yang melilit-lilit perutnya. Pemadangan tak menyenangkan menyerbu matanya. Puluhan siswa, bukan, ratusan siswa tergeletak dan menumpuk di lapangan basket dengan kondisi mengenaskan. Seperti melihat korban peledakan bom. Mereka tercecer-cecer dengan darah di baju mereka. Ada apa? Apa ini? Napas gadis itu semakin naik turun setelah ia yakin sekai bahwa apa yang dilihatnya adalah mayat yang berserakan. Mayat teman-temannya. Cukup lama gadis itu tertegun sebelum akhirnya ia tersadar karena bunyi lonceng lain yang lebih kencang mengagetkannya dan suara-suara lain yang juga berdatangan. Detik berikutnya, ia seolah memasuki lorong waktu karena matanya terbuka dan ia berada di tempat yang sama namun dalam kondisi yang berbeda. Samar-samar ia berusaha mendengar suara-suara yang menyerbu telinganya dan mengamati beberapa wajah yang memadangnya cemas. Karena terhalang sinar matahari, jadi beberapa wajah yang mengelilinginya hanya membuat kepalanya semakin pusing. "Beri ruang! Awas! Minggir!" suara seseorang yang ia hapal terdengar mendekat. Beberapa wajah yang mengelilinginya memudar dan gadis itu menangkap cahaya matahari yang tengah bertengger gagah di langit menyapanya, membuatnya memicingkan mata karena terlalu silau untuk dinikmati. "Al, lo gak pa-pa, kan?" tanya Dian cemas. Gadis itu masih diam. Ia bingung. Kemudian ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Lapangan basket. Ia kaget. Bulu kudunya berdiri tiba-tiba. Tak ada mayat yang berserakan di lapangan basket. Tak seperti tadi. "Yang lain buruan masuk kelas! Jamnya Pak Roni!" perintah lantang seorang siswa laki-laki yang berdiri tak jauh darinya. "Al, lo gak pa-pa, kan?" tanya Dian lagi. Gadis itu masih menatap pemuda yang mengenakan seragam olah raga yang sama dengannya. "Al!" kata pemuda itu lagi. Dia mulai cemas. "Gue kenapa?" tanya gadis itu. Pemuda di hadapannya menghembuskan napas lega karena gadis itu menyahut ucapannya. "Alya! Syukurlah lo gak pa-pa! Lo pingsan saat tadi kena bola basketnya si Roy!" jawab pemuda itu. "Dian... Tadi gue lihat..." Gadis bernama Alya itu ragu-ragu mau mengatakan sesuatu kepada sahabatnya yang bernama Dian. "Lihat apa?" tanya Dian cemas. Alya mengedarkan pandanganya lagi ke seluruh lapangan basket dan tribun penonton. Bersih. Tak ada mayat yang berserakan. "Al, yuk masuk kelas..." kata Dian lembut. Alya masih tertegun. Gue mimpi. Iya, gue mimpi pas gue pingsan. Pikirnya sembari berdiri dari posisinya. Suara lonceng kembali berbunyi dan Alya tertegun ketika tepat di hadapannya duduk sosok perempuan yang tadi di mimpinya berlari melewatinya dengan menatapnya datar namun horor. Siswi itu mengenakan seragam sekolahnya dan tersenyum penuh misteri yang membuat Alya kembali menegang, menatap gadis berwajah pucat itu dengan takut. d**a Alya bergemuruh hebat, pelipisnya penuh keringat, dan tangannya gemetaran. Ia ingat sekali mimpinya barusan. Jika saja ia tak mengikuti gadis itu sampai ke lapangan basket, ia tak akan melihat mayat-mayat berserakan di mimpinya. "Ah, pak Warsum pasti lupa lagi. Padahal baru saja lonceng berbunyi." celoteh Dian. Alya menoleh ke arah Dian yang menatapnya datar. "Kenapa? Kepala lo sakit? Ke UKS yuk." ajak Dian cemas. Pandangan Alya kembali ke arah di mana gadis tadi duduk di salah satu tribun di hadapannya. Dan tribun itu kosong.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.8K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.8K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
400.1K
bc

Mas DokterKu

read
238.8K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook