bc

Please, Love Me Again

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
HE
escape while being pregnant
kickass heroine
blue collar
drama
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Setelah Brielle dan Ares berpisah empat tahun yang lalu, keduanya dipertemukan kembali melalui pekerjaan. Ares yang tidak terima dicampakkan tanpa alasan, berniat membalas dendam dan membuat Brielle menyesal telah meninggalkannya. Fakta bahwa adik laki-laki Ares menjalin hubungan denan Brielle semakin membuat kebencian Ares bertambah besar.

Namun, setelah mengetahui alasan mengapa Brielle meninggalkannya, Ares merasa menyesal, meminta maaf dan berusaha mendekati Brille agar kembali padanya.

Akankan Brielle kembali pada Ares dan melupakan semua rasa sakit yang pernah ia rasakan?

chap-preview
Free preview
BAB 1 - Mama
Dentingan pecahan gelas terdengar. Seluruh orang yang berada di dalam ruangan menoleh menatap Brielle yang memasang wajah terkejutnya. “Bri, kamu baik-baik saja?” Brielle tidak menjawab pertanyaan Remy. Lidahnya terasa keluh untuk berbicara. Matanya fokus memandang seseorang yang berada di depannya. Dia Ares Gulomo. Laki-laki yang hampir empat tahun tidak pernah bertemu dengannya lagi. Tiga puluh menit yang lalu Tiga tahun terakhir, Brielle berusaha sebisa mungkin untuk menjadi food vlogger terkenal. Tak jarang dia menangis, kala melihat tayangan video tak kunjung naik padahal dia sudah berusaha sekuat mungkin. Bahkan sering stress memikirkan hal apa yang harus ia lakukan, agar videonya menarik perhatian orang banyak. Dan, akhirnya Brielle berhasil mencapai hal itu dengan kegigihan yang ia miliki. Seperti saat ini, selesai membersihkan diri dan berpakaian, perempuan itu langsung bergegas keluar dari apartement atas suruhan Remy--teman sekaligus managernya. “Gue lapar, Rem. Gak bisa sarapan dulu kah? Harus banget langsung berangkat?” tanya Brielle sembari berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka ke studio. Selama tiga tahun terakhir, Brielle berhasil mengumpulkan uang dan menyewa salah satu gedung untuk ia jadikan tempatnya bekerja. Rasanya cukup repot jika bekerja di apartement karena dipastikan dia tidak memiliki ruangan pribadi untuk dirinya beristirahat. “Gue uda beliin roti buat lo, ada di dalam mobil,” kata Remy. Brielle tersenyum. Di dalam mobil, perempuan itu menikmati roti lapis yang Remy belikan untuknya. Temannya itu selalu tau apa yang Brielle inginkan. “Kita nggak langsung ke studio karena kita akan melakukan meeting,” kata Remy. Perempuan itu menatap Brielle dengan serius. “Lo ingat, ya, Bri. Lo harus jaga kesehatan dan mood-lo itu. Jangan bergadang atau meminum banyak alkohol. Banyak banget pekerjaan yang belum diselesaikan. Oke?” Brielle menganggukkan kepala, menatap Remy dengan tatapan kasihan. Perempuan itu pasti lelah mengatur jadwal Brielle yang beberapa minggu terakhir cukup padat. “Kita meeting di mana?” tanya Brielle. Remy menatapnya dengan tatapan datar. “Lo lupa? Hari ini kita meeting dengan Abangnya Apolo, owner dari restaurant 257.” “Oh, gue ingat. Bukannya seminggu lagi, ya. Gue kira seminggu lagi." Remy menggelengkan kepala. "Gue nggak tau apa yang ada di dalam kepala lo itu. Semua lo lupa, heran gue." Brielle mendengus kesal, namun kembali menatap Remy. “Apolo akan ikut dengan kita?” Remy menganggukkan kepala, matanya tidak lepas dari layar Ipad. “Dia bakalan menyusul. Lagi pula, lo kan tau apa pekerjaan kekasihmu itu di jam seperti ini.” Brielle tertawa. Ya, dia sangat tahu apa yang Apolo lakukan. Laki-laki itu sangat bisa diandalkan. Brielle senang memiliki Apolo disisinya. Roda mobil berhenti, Remy langsung menoleh melihat Brielle kemudian memberikan air mineral padanya. “Cepat minum dan pakai lipstik. Jangan sampai Abangnya Apolo ngelihat lo kayak zombie karena begitu pucat. Nanti dia malah nggak mau bekerja sama dengan kita." “Iya, Nyonya,” kata Brielle. Perempuan itu tersenyum melihat pantulan dirinya di kaca. “Oke, gue sudah siap,” kata Brielle dengan malas. Entah mengapa, kali ini Brielle tidak begitu semangat untuk melakukan meeting. Padahal kerja sama dalam jangka panjang sangat menguntungkan bagi dirinya. “Senyum, Bri,” kata Remy mengingatkan. Brielle mengulas senyum. Kakinya melangkah memasuki restaurant yang disambut beberapa karyawan di sana. “Wah, ternyata Kak BB Food cantik banget, ya,” puji salah satu karyawan yang bisa Brielle dengar. Untuk urusan pekerjaan, Brielle memang tidak menggunakan nama aslinya. Perempuan itu memilih untuk memakai nama panggung, agar ada perbedaan antara dirinya yang sedang bekerja dan dirinya sendiri. Pintu ruangan dibuka, Brielle dan Remy sama-sama mengulas senyum kala seorang perempuan cantik yang berada di dalam menyambut mereka dengan begitu ramah. “Halo, selamat datang Mbak BB.” Perempuan itu mengulurkan tangan. “Saya Vera, manager dari restaurant 257.” Brielle menerima uluran tangan itu. “Halo, Kak Vera.” Selesai dengan Brielle, Vera mengulurkan tangan pada Remy. “Halo, saya Remy, manager dari BB.” Vera menganggukkan kepala sembari tersenyum. “Silakan duduk,” kata Vera mempersilakan Brielle dan Remy. Keduanya mengangguk sembari mendaratkan b****g mereka di sofa empuk yang tersedia. “Jadi, kita meeting dengan Mbak Vera saja atau gimana?” tanya Remy. “Kita akan meeting dengan ownernya langsung, Mbak. Boleh ditunggu sebentar, mungkin terjebak macet,” kata Vera. Remy dan Brielle sama-sama menganggukkan kepala. “Oke,” jawab Remy. “Sembari menunggu, silakan nikmati teh dan cemilannya,” ucap Vera. “Apa saya boleh minta kopi?” tanya Brielle. Remy menoleh kesal melihat Brielle. Baru saja dia meminta agar perempuan itu menjaga kesehatan, tapi sekarang dia malah ingin mengonsumsi kopi. “Boleh, sebentar saya ambilkan,” kata Vera yang beranjak dari duduknya. “Kenapa tidak minum teh saja, Bri? Lo mau sakit? Lo cuma makan roti pagi ini, bisa-bisa perut lo sakit kalau minum kopi. Nggak lucu kan pas lagi rapat lo malah bolak balik toilet." Brielle mengangguk sembari meminta Remy untuk tenang. “Gue yakin, perut ini bakalan baik-baik saja. Nggak usah khawatir. Lo tau kan, kalau nggak minum kopi di pagi hari, hidup gue hampa." Belum sempat menjawab. Vera kembali masuk ke dalam ruangan dengan secangkir kopi di tangannya. “Silakan dinikmati Kak BB.” Brielle tersenyum, tangannya mengambil secangkir kopi. “Terima kasih,” ucapnya. Suara pintu ruangan terbuka terdengar, Vera menoleh dan memasang senyum kala melihat seorang laki-laki tampan yang mereka tunggu berdiri di sana. “Maaf, saya terlambat.” Brielle yang ingin menyeruput kopinya, mengurungkan niat kala mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Diangkatkan kepala dan menatap sosok laki-laki yang berada di depan pintu. Matanya melebar, gelas yang ia pegang jatuh ke lantai begitu saja. Mendengar dentingan pecahan gelas, Remy dan Vera menoleh ke arah Brielle yang masih diam mematung. “Bri, lo baik-baik saja?” tanya Remy. Bukannya menyahut, Brielle masih diam, saling melempar pandangan pada laki-laki yang berada di depannya. “Ares?” gumam Brielle cukup pelan. Ares Gulomo, laki-laki yang berpisah dengannya empat tahun yang lalu. Laki-laki yang selama empat tahun terakhir tidak ia dengar dan tak ingin ia dengar kabarnya. Mengapa mereka bertemu di sini? “Sebentar, biar saya panggilkan petugas untuk membersihkannya,” kata Vera. Remy menatap Brielle yang masih diam, kemudian menatap sosok laki-laki yang berada di depan pintu. Remy merasa ada sesuatu di antara mereka. “Bri,” panggil Remy. Brielle yang tersadar dari lamunannya, menoleh. “Ya, kenapa?” “Lo yang kenapa? Kenapa bisa gelasnya sampai jatuh? Ngelamunin apa sih lo?” bisik Remy. Sadar akan tingkahnya yang aneh. Brielle menatap Vera dengan tatapan merasa bersalah. “Maaf, Vera. Aku benar-benar tidak sengaja.” “Tidak masalah Mbak BB. Pecahan gelasnya sudah dibersihkan. Silakan duduk kembali.” “Silakan Pak Ares,” ucap Vera mempersilakan. Ares menganggukkan kepala. Didaratkannya b****g tepat di depan Brielle, padahal tempat itu seharusnya untuk Vera. Melihat hal itu, Brielle bisa menebak bahwa Ares merupakan owner dari restaurant yang akan bekerja sama dengannya. Artinya, Ares adalah Abang Apolo? Astaga! “Baik, izinkan saya memperkenalkan owner dari restaurant 257. Pak Ares Gul--” “Halo. Maaf menganggu. Gue sedikit terlambat karena jalanan begitu padat.” Sontak seluruh orang yang berada di dalam ruangan menoleh ke sumber suara, terlihat sosok laki-laki yang tak kalah tampan dari Ares berdiri di sana dengan seorang anak kecil di gendongannya. “Mama,” panggil anak kecil tersebut yang turun dari gendongan dan berlari menuju Brielle. Ares yang melihat hal itu, melebarkan mata, tampak begitu terkejut. “Mama?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
464.7K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
501.2K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
603.7K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
465.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook