Jatuh Cinta Pada Sang Mantan (Janda Cantik VS Hot Duda)

Jatuh Cinta Pada Sang Mantan (Janda Cantik VS Hot Duda)

book_age18+
6.1K
FOLLOW
51.6K
READ
HE
arranged marriage
kickass heroine
stepfather
blue collar
drama
bxg
brilliant
secrets
like
intro-logo
Blurb

Arumi Naswa, seorang penulis novel online yang juga bekerja sebagai penjaga toko bunga, merantau ke Jakarta dan meninggalkan kota kelahirannya, Jogja. Segalanya tampak berjalan baik—hingga novelnya mendadak populer dan akan diadaptasi menjadi film.

Namun, kegembiraan itu tak bertahan lama. Setelah kontrak ditandatangani, Arumi justru menyesali keputusannya. Produser yang akan menangani film adaptasi novelnya adalah pria yang selama ini ia hindari—Bagas Mawardi, mantan suami yang sudah lima tahun tak bersua.

Dulu mereka dijodohkan oleh sang Kakek, dan tak lama setelah Kakeknya meninggal, Bagas menginginkan perceraian. Kini, satu hal yang paling ditakutkan Arumi adalah—rahasia besar yang ia simpan setelah perceraian mereka bisa saja terbongkar.

“Dia kembali muncul dalam hidupku... dan kembali mengusik hatiku. Lima tahun telah berlalu, seharusnya hanya ada benci saat melihatnya. Tapi entah mengapa, tatapan matanya masih memberi getaran yang tak bisa kupahami.” ~ Bagas Mawardi

“Hubungan kami dulu adalah kesalahan. Yang tersisa hanya kebencian dari dirinya. Tapi mengapa hatiku justru menyimpan perasaan yang tak seharusnya? Aku harus pergi... menjauh dari hidupnya, membawa luka yang aku ciptakan sendiri.”

~ Arumi Naswa

ic_default
chap-preview
Free preview
Prolog
Arum keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua. Ia melangkah menuju tangga dan turun perlahan ke lantai satu. Saat sampai di bawah, seluruh anggota keluarga Mawardi sudah berkumpul di ruang tengah. Berbagai tatapan langsung tertuju padanya—ada yang meremehkan, ada yang tajam menusuk, ada yang penuh belas kasihan, dan ada pula yang tak menunjukkan ekspresi sama sekali. "Ke sini, Arum," panggil seseorang. Yang berbicara adalah ayah mertuanya, Andiguna Mawardi. Selama dua tahun ini, pria paruh baya itu termasuk salah satu dari sedikit orang yang menerima kehadirannya di rumah ini dengan cukup baik. Arum berjalan pelan dan duduk di sofa ruang tengah. Di hadapannya kini duduk sang ayah mertua, ibu mertuanya Putri Rahmawati, adik ipar sang ayah mertua Reno Mawardi bersama istrinya Gita Kurnia, lalu adik-adik iparnya Gina Mawardi dan Toni Mawardi, serta sepupu suaminya, Gerald Mawardi. Tatapan semua orang membuat d**a Arum terasa sesak. Entah kenapa, atmosfer pagi ini terasa begitu tegang. "Haruskah kita tunggu Bagas dulu baru mulai bicara?" tanya Putri Rahmawati dengan nada datar, matanya menatap Arum tanpa emosi. Andiguna menyentuh tangan istrinya, seperti memberi isyarat agar tak melanjutkan ucapannya. "Apa semuanya sudah berkumpul?" tanyanya. Hampir bersamaan, kepala semua orang menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pria muda mengenakan celana kain dan kemeja putih. Ia melangkah masuk, menyusuri lorong menuju ruang tengah. "Semua sudah menunggumu dari tadi, sayang. Sebenarnya, apa alasanmu mengumpulkan kami semua di sini?" tanya Putri pada putra sulungnya itu. Pria itu adalah Bagas Mawardi, suami Arum selama dua tahun terakhir. Pernikahan mereka bukanlah hasil dari cinta, melainkan karena dijodohkan oleh Hendrik Mawardi, Kakek Bagas, berdasarkan janji masa muda antara dirinya dan sekretarisnya, Seno. Jika cucunya laki-laki dan anak Seno perempuan, maka mereka akan dijodohkan. Sebelum pernikahan itu, Arum dan Bagas bahkan tidak saling mengenal. Bagas duduk di sofa yang berseberangan dengan Arum. Sekilas, ia menatap wajah istrinya sebelum mengalihkan pandangan ke seluruh keluarganya. "Aku minta semua orang berkumpul karena ada hal penting yang ingin kusampaikan. Dan ini sudah kubicarakan dengan Arum semalam," ujar Bagas tenang. "Apa yang ingin kamu sampaikan, Nak?" tanya Andiguna. "Aku dan Arum memutuskan untuk bercerai," jawab Bagas, tanpa ragu. Suasana ruangan langsung berubah hening. Beberapa wajah tampak terkejut, tapi ada juga yang diam-diam tersenyum lega. "Bagas, kamu serius dengan ucapanmu ini, Nak?" tanya Reno, sang paman. Bagas mengangguk mantap. "Pernikahan kami terjadi karena paksaan Kakek. Saat itu usia kami masih sangat muda. Selama dua tahun, kami tidak pernah menemukan kebahagiaan. Kalian semua tahu aku masih punya banyak impian yang ingin kuraih. Usia aku baru 23 tahun, dan aku belum siap menjadi seorang suami," jelasnya dengan suara bulat. "Nak, perceraian itu bukan perkara sepele," Andiguna mencoba menasihati. "Pernikahan juga bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main, Pa," potong Putri sambil menatap suaminya. "Bagas masih sangat muda, begitu juga Arum. Dia baru 21 tahun, dan Bagas 23. Mereka dinikahkan secara paksa. Kalau mereka tak bahagia, kita tidak bisa memaksa mereka untuk tetap bersama," lanjutnya. "Tapi pernikahan mereka adalah keinginan Papa sendiri," Reno mengingatkan. "Papa sudah tiada, Mas," sahut Gita pelan. "Sekarang saatnya anak-anak menentukan jalan hidup mereka sendiri." Semua mata kini tertuju pada Arum. Andiguna menatap menantunya lembut. "Bagaimana denganmu, Arum? Apa kamu juga setuju dengan keputusan ini?" Arum meremas jemarinya di pangkuan. Perlahan, ia mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk, lalu menatap semua yang hadir di ruangan itu. "Aku setuju untuk bercerai, Pa," jawabnya lirih, namun tegas. Andiguna dan Reno sama-sama menghembuskan napas berat, seolah hanya mereka berdua yang benar-benar merasa kehilangan atas keputusan ini. Tapi mereka tahu, ini adalah kehidupan Bagas dan Arum. Pilihan tetap ada di tangan keduanya. "Kalau memang itu keputusan kalian... kita akan urus proses perceraian kalian secepatnya," ucap Andiguna akhirnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
215.8K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
296.9K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
174.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
153.1K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.7K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.7K
bc

TERNODA

read
193.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook