bc

Dinikahi CEO Dingin

book_age18+
2.4K
FOLLOW
25.4K
READ
drama
like
intro-logo
Blurb

Rasa sakit hati akibat penghianatan kekasih bersama sahabatnya yang membawa Khanza untuk menerima perjodohan dengan bosnya sendiri.

Namun, lagi-lagi semesta tak berpihak padanya Khanza harus menelan pil pahit ternyata suami dinginnya masih terjebak dengan kisah masa lalu yang belum usai.

Tak tahan tersakiti terus Khanza memutuskan menjauh dari kehidupan suaminya dengan membawa benih lelaki itu tanpa sepengetahuan dia. Akankah Khanza mendapat kebahagiaan atau semakin menderita setelah pergi menjauh?

chap-preview
Free preview
Terbongkar
Suara langkah kaki dari arah belakang Khanza, semakin jelas terdengar. Langkah kaki Khanza yang berjalan santai pun terhenti, dia menoleh karena merasa penasaran, siapa orang yang ada dibelakangnya. Khanza tersenyum ramah, pada orang yang berada di belakangnya itu. "Dimas..? Kamu, mengejar aku atau kebetulan mau keruangan yang sama?" tanya Khanza pada orang tersebut sambil menatap penuh keingin tahuan. Orang yang di panggil Dimas tersenyum hangat. Dia pun cepat menjawabnya. "Maaf, Khanza. Aku, tadi sengaja ngejar, kamu. Kamu, mau nemui Pak Reno, ya? Tapi, kayanya dia lagi ada tamu. Kamu, bisa lain waktu datang lagi kesini." Dimas memberi ide meski hatinya deg-degan takut Khanza menolak idenya tersebut. Khanza kecewa setelah mendengar ide dari Dimas barusan. Namun, dia bersikeras ingin menemui Reno, sang kekasih. Meski, hanya sebentar saja bagi dia tidak mengapa asal rasa rindunya terobati. Sayang sepertinya Dimas benar-benar tidak mau mengizinkannya terlihat dari sorot matanya yang seperti memohon. Namun, bukan lah, Khanza jika tak suka memaksa, dia bersikeras ingin menemuinya. "Oh, gitu ya, Dim. Namun, nggak apalah, aku cuma sebentar aja, kok. Cuma, mau ngasih buat makan siang dia aja. Setelah itu, janji deh, aku balik lagi. Lagian, aku mau ketemu sebentar aja, udah lama aku nggak ketemu dia. Karena akhir-akhir ini aku sibuk, boleh, ya Dim?" melasnya. Pipi dia pun bersemu merah, karena malu telah memohon pada Dimas. Namun, harus bagaimana lagi karena jurus itu satu-satunya yang dapat dia lakukan untuk meluluhkan Dimas, agar mengizinkannya. Dimas menghela napas kasar, dia bingung harus menjawab apa. Di sisi lain Khanza itu temannya, dan di lain sisi dia telah di beri amanat oleh atasannya kalau jangan menerima tamu dulu, sebelum semua urusan Bosnya itu kelar. "Tapi, Za. Pak Reno bilang, tidak bisa di ganggu dulu karena ada tamu . Jika kamu maksa, nanti aku yang kena semprotnya," jawab Dimas. Karena sungguh, dia merasa bingung ada di situasi seperti itu. "Tenang aja, Dim. Biar aku, yang tanggung jawab. Beneran, aku cuma mau ketemu dia, sebentar aja.Tolong kamu jangan menghalanginya lagi, udah ya, aku duluan," ujar Khanza, sambil berjalan meninggalkan Dimas yang diam terpaku di tempatnya. "Za, sorry..!" Hanya kata itu yang mampu meluncur, dari mulut Dimas. Dia tak bisa berbuat apa-apa lagi, selain membiarkan Khanza pergi menemui atasannya itu. Dimas, kembali ke ruang kerjanya. Di sana, dia tak bisa konsentrasi pada pekerjaan nya, karena teringat terus pada Khanza. Bagaimana nasib kisah cinta temannya itu kedepan, setelah mengetahui semuanya. Dalam hati dia berdoa, semoga tidak akan ada yang di kecewakan. Dan Khanza temannya itu akan baik-baik saja. *** Langkah kaki Khanza terhenti di salah satu ruangan. Dia berdiri, di depan pintu ruangan tersebut. Pintu berwarna coklat yang ingin segera dia ketuk dan memberi kejutan pada yang ada di dalam sana. Namun, samar terdengar suara-suara aneh dari dalam. "Aah, Mas. Terus.. lebih dalam lagi, Mas, aahhh. Kamu sangat luar biasa, Mas. Aaahhh!" Khanza yang ingin mengetuk pintu tersebut, urung. Tangannya pun mengambang di udara. Meski samar, namun Khanza yakin suara desahan itu berasal dari dalam. Desahan orang yang sedang bercinta. Alis dia saling bertautan, dia merasa tak yakin dengan apa yang di dengarnya. Namun, dia berpikir mungkin itu suara vidio yang sedang di putar Reno. Khanza menempelken telinganya pada daun pintu, dia menajamkan pendengarannya. Suara itu, rasanya dia hapal, tapi lupa milik siapa? Mata Khanza memejam saat suara itu kembali terdengar, bahkan semakin kuat diiringi rintihan dan desahan yang saling bersahutan. Desahan suara wanita yang mendominasi seiring dengan suara sesuatu yang... ah, sudahlah, bahkan Khanza tak sanggup membayangkannya. Meski Khanza belum pernah melakukannya, tapi dia paham apa yang tengah terjadi di dalam. Kini dia yakin suara itu bukan lah dari vidio yang di putar tapi, ini nyata adanya ada orang yang sedang bercinta. Rasa gundah yang membawa Khanza ketempat itu, entah rasa rindu atau firasat yang diberikan Tuhan. Dan kini dia yakin jika itu petunjuk yang kuasa untuk menggiring dia datang ke tempat itu, agar semuanya terbongkar. Dengan sisa kekuatan di hatinya karena telah mendengar suara-suara menjijikan itu, dia coba menghirup udara sebanyak-banyaknya lantas menghembuskan perlahan. Dia tata hatinya yang telah terkoyak itu, untuk tetap tegar menerima kenyataan terburuk sekali pun. khanza tidak memberi waktu pada mereka yang tengah melakukan perbuatan terkutuk itu. Dia pun tak ingin meberi waktu untuk mengelak, pada mereka berdua yang tengah melakukan perbuatan yang menjijikan sungguh bahkan sangat menjijikan. Brak! Pintu dibuka dengan keras, di dalam terlihat dua orang yang tengah bergumul di sofa pun kelabakan. Mereka tidak menyangka jika ada orang yang berani membuka pintu, karena mereka lupa tidak mengunci terlebih dulu saking bernapsunya. "Wow..! Wah, wah, sedang ada pertunjukan rupanya. Kalian sungguh menjijikan!!!" teriak Khanza menggelegar. Wajah Reno pucat pasi. Tapi tidak dengan si perempuna, dia malah menyeringai dibalik punggung Reno. Perempuan itu sudah pasti Khanza kenal, dia Devi sahabatnya sendiri. Reno beringsut turun dari tubuh Devi, dan segera mengambil bantal sofa untuk menutupi k*********a yang sudah pasti polos tanpa sehelai benang pun. Sedangkan perempuan itu cepat memunguti bajunya yang berserakan. Tak ada rasa malu atau penyesalan sedikit pun di wajah Devi, dengan santainya dia pakai baju- baju itu di depan Khanza. "Za, ini bisa aku jelaskan. Semuanya tidak seperti kamu pikir. Dengarkan dulu penjelasanku!" Reno berkata dengan salah tingkah. Sesekali dia lirik Devi, tapi nampaknya perempuan itu bersikap tak acuh. "Jelaskan, bagaimana lagi, hah! Kamu, pikir aku ini anak kecil, apa? Yang bisa kamu bohongi. Dengar ya, Mas! Aku, tak butuh penjelasanmu lagi, bagiku semuanya telah jelas terlihat. Ini, bukan katanya lagi, tapi mata aku langsung yang melihat. Puas!" Tatapan Khanza diedarkan pada keduanya. Devi, tersenyum miring. Rupanya dia senang bisa memporak-porandakan perasaan Khanza. Memang dari semenjak sekolah SLTA Devi selalu iri pada Khanza padahal mereka itu berteman baik. Reno berjengit, dia bingung harus mencari pembelaan apa lagi. "Maaf! Kami.. kami khilap, Za," Reno masih beralasan. Tapi, tak dihiraukan lagi oleh, Khanza. Khilap katanya? Khanza tersenyum sinis pada keduanya. Sungguh memang mereka manusia-manusia tak berperasaan. "Bagaimana rasanya telah tidur dengan kekasih temanmu sendiri? Apa kamu puas?" Khanza mendekati wajah yang selama ini terlihat baik didepannya, namun busuk dibelakang dia. Devi kembali tersenyum miring. " Tentu saja. Dia sangat luar biasa dan juga perkasa, " jawabnya membuat perut Khanza seketika mual ingin muntah. Khanza ingin melayangkan sebuah tamparan di pipi mulusnya Devi. Namun, dengan cekatan Reno menghentikannya. "Khanza, hentikan!" teriak Reno. Dia mencekal tangan Khanza kuat. Khanza menatapnya dengan tatapan mencibir. Tadi Reno bilangnya khilap, tapi sekarang membela selingkuhannya itu. "Mas, Reno. Pakai dulu bajunya, aku nggak mau Khanza melihat kejantananmu. Itu hanya milikku, jangan kamu perlihatkan pada orang lain," ucap Devi manja. Reno baru menyadari kalau dirinya sedang dalam mode bugil. Buru- buru dia mengambil bajunya yang tercecer. Khanza sendiri lupa kalau laki- laki didepannya itu tengah polosan. Dia langsung membuang muka karena tidak mau kesucian matanya ternoda, dengan melihat dongkrak antik milik Reno. "Aku sangat berterima kasih pada Tuhan. Ternyata Tuhan lebih sayang sama aku, Mas. Aku diberi firasat datang kesini untuk melihat perbuatan b***t kalian. Jika tidak, mungkin perselingkuhan ini akan tetap berlanjut dibelakangku," ucap Khanza tegas. Namun, dia masih tak berani memandang Reno, sebab masih merasa takut kalau Reno belum memakai pakaiannya. Reno tertunduk mungkin dia merasa malu ataukah menyesal. Dan mungkin bisa jadi, hanya akting saja untuk menutupi kebusukan dirinya. "Mulai hari ini, detik ini juga aku nyatakan hubungan kita putus, Mas! Sekarang kita bukan siapa- siapa lagi, jadi lanjutkan hubungan kalian. Dan satu lagi, aku kembalikan cincin ini," ucap Khanza sambil melemparkan cincin berlian kehadapan Reno. Mata Reno terpejam, ada rasa perih yang timbul dari relung hatinya. Seiring cincin berlian itu jatuh didepan kakinya. Dia masih ingat bagaimana perjuangannya untuk meluluhkan gadis dihadapannya itu. Tapi kini semuanya telah berakhir karena ego dirinya. "Wow." Mata Devi berbinar, melihat cincin berlian itu. " Bodoh, kamu Khanza! Kalau aku jadi kamu mending disimpan atau di pakai kaya gini," ucap Devi sambil memasukan cincin tersebut ke jari manisnya. Khanza tak memperdulikan lagi mereka berdua, dia balik badan untuk pergi dari tempat terkutuk itu. Namun, belum juga kakinya melangkah, tangannya dijegal Reno. "Za, maafkan aku. Sungguh, aku khilaf. Devi, yang selama ini telah menggodaku. Sebagai laki- laki normal, pastinya akan tergoda kalau setiap hari disuguhkan dengan penampilan seksi nan aduhai. Aku, nggak mau kita putus, Za! Cabut lagi kata-katamu itu," melas Reno. Khanza, menatap nanar, Reno. Air mata yang sedari tadi ditahan, akhirnya lolos juga di pipi mulusnya. Namun, cepat dia usap kasar. Dia tidak mau kedua orang laknat itu, melihatnya. "Lepas.. lepaskan tanganku, Mas!" bentaknya. Sungguh hatinya bertambah perih, mendengar perkataan Reno yang tidak mau putus dengannya tapi main serong di belakang dia. "Za, aku mohon. Maafkan, aku. Kita baikan, ya." Reno masih mencoba merayu. "Mimpi!" tegas Khanza. "Mas, biarkan saja. Kan udah ada, aku. Lagian, di perut aku juga, udah ada juniormu. Kamu, lupa?" tanya Devi. Dia kali ini merasa menang banyak karena tak mungkin Reno kembali lagi pada Khanza, sedang Reno tahu kalau dirinya tengah mengandung benih laki-laki itu. Mendengar omongan Devi, hati Khanza mencelos. Hatinya teramat sakit, ternyata mereka mungkin sering melakukannya dibelakang dirinya. Tanpa berkata lagi, dia langsung berlari keluar. Dia tak menghiraukan lagi panggilan Reno, yang terus menerus memanggil dirinya. Baginya semua itu telah berakhir bersama penghianatan Reno.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.3K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.3K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.5K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.2K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.8K
bc

Ayah Sahabatku

read
24.2K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook