ALGAM

    Kedua gadis di depan sana berjalan dengan anggunnya tepat di belakang sang mempelai wanita. Gadis itu yang diketahui bernama Marina dan Alfarin tengah menebar senyuman terbaik mereka disepanjang jalan.      Alfarin menatap Marina lalu seketika Marina mengangguk seakan menyetujui kode yang diberikan Alfarin, Alfarin segera menebar-nebarkan bunga dan diikuti oleh Marina. Taburan bunga itu terhenti ketika mempelai wanita sudah sampai panggung ijab kabul. Sang mempelai wanita naik ke atas panggung dan kedua gadis itu hanya menyaksikan dari bawah.      "Fa, Kak Gamma ganteng banget yah," ucap Marina berbisik tepat di samping telinga Alfarin. Mendengar bisikan itu membuatnya hanya mengangguk setuju.      "Kak Gamma kira-kira mau ga ya jadiin aku istri kedua kalau aku udah besar nanti?" tanya Marina sambil berandai-andai.      Alfarin menoleh ke samping tepat di mana Marina berdiri. "Kata Mama aku, jangan ngomongin nikah. Katanya, kita belum cukup umur. Lagian juga Kak Gamma sama kita umurnya beda jauh dan juga dia udah menikah sama kakak aku," ucap Alfarin menjelaskan.      Marina memutar matanya malas, dia sangat kesal dengan tingkah Alfarin yang menurutnya masih bertingkah seperti anak kecil, padahal Marina sudah mencap dirinya sudah besar. "Fa, umur kita udah 10 tahun. Bukan anak-anak lagi, kamu bagaimana sih. Lagian, kamu juga sih kenapa umurnya jauh banget sama kakak kamu, kakak kamu udah nikah kamu masih kecil," jawab Marina tidak mau kalah.      Alfarin menarik napasnya, dia tidak mau berdebat lagi dengan Marina karena dia tahu Marina memang tidak pernah mau kalah dan jika dia kalah pasti gadis itu akan marah. Kalau Marina marah Alfarin yang akan takut sendiri karena tidak ada lagi teman bermain masak-masakan selain Marina. "Iya Mar. Kita udah besar," ucap Alfarin mengalah.