bc

Pisces Aquamarine

book_age16+
469
FOLLOW
1.6K
READ
mermaid/mermen
drama
comedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Thalia seekor duyung yang mencoba keluar dari lautan dan menjelma menjadi manusia, dia merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan menjadi manusia. Eric, membantu Thalia berubah menjadi manusia seutuhnya, hanya dengan batu Aquamarine, batu permata yang tersembunyi di dasar lautan atlantis, akankah dia sanggup membantu Thalia kembali menjadi manusia? Atau Eric juga terjebak menjadi duyung selamanya?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Di dasar laut, tinggal para duyung cantik dan tampan. Satu diantara selalu penasaran dan ingin melihat daratan, Thalia. Seorang putri duyung yang seharusnya menjaga lautan Karibia dengan beberapa kawannya, namun dia memutuskan pergi, kabur dari lautan, melanggar aturan. “Thalia! Jangan pergi!” panggil Chloe, dia mencoba mencegahnya. “Aku ingin melihat daratan Chloe, kumohon jangan cegah aku. Aku tidak mau hidup sebagai duyung, aku ingin melihat dunia luar.” Thalia menepis tangan Chloe, dia berenang melewati portal dua dunia, dengan gelang permata milik kerajaan yang telah dia curi, dia menembus portal itu. Thalia terus berenang hingga dia sampai ke pinggir pantai. Di sana siripnya telah berubah menjadi kaki, dia mencoba berjalan, namun berulang kali gagal. Tubuhnya melemah, dia tidak sanggup berdri lagi. Seketika pandangannya kabur, terakhir kali yang dia dengar hanya kicauan burung dan tubuhnya ambruk. Walapun Thalia telah berada di daratan dan tidak lagi memiliki sirip duyung, serta nampak seperti manusia, dia tidak bisa hidup begitu saja di daratan. Setiap purnama tiba, Thalia harus kembali ke lautan untuk menampakkan diri kepada ratu duyung. Jika tidak dia akan dicari atau bahkan dibunuh karena telah melanggar aturan duyung. Chloe merasa kesal, berulang kali dia telah memperingati Thalia, namun gadis itu tidak menurut. Chloe berniat melaporkan Thalia, namun ratu duyung sangat sibuk mengatur lautan. Suara percikan air serta aroma yang tidak pernah Thalia cium, aroma teh melati yang menurutnya aneh membuat dia membuka mata. Dia menyipitkan mata, ada dua orang di depannya. “Akhirnya kamu sadar, siapa naman?” ucap wanita yang memperhatikannya. Rambutnya sebahu, hidungnya mancung, kulitnya sangat bersih. Thalia menatap takut-takut, dia tak berani menjawab. Dia melihat ke sekeliling ruangan, dia seperti dalam ruangan besar. “Aku dimana?” tanya Thalia dengan lirih. “Tenanglah, kamu ada di rumah kami, nama kamu siapa? Biar kami mengantarmu pulang,” ucap seorang lelaki yang nampak paruh baya di sampingnya. “Ru-rumah?” Thalia berpikir sejenak, apa benar dia di dunia manusia? Kotak besar, dinding putih dan beberapa perabotan yang tidak dia ketahui namanya, apa ini disebut rumah? “Iya, kamu tinggal dimana nak? Kami akan mengantarmu pulang, jangan takut, kami yang menyelamatkanmu tadi, kamu dimana rumahnya?” Thalia meneguk salivanya, keringat membasahi dahinya, entah kenapa dia takut sekali kepada manusia. Dia menggerakkan kakinya, melihat sekujur tubuhnya, tidak ada lagi sisik yang menempel dalam tubuhnya, semua terganti dengan pakaian. Hal yang paling membuatnya terkejut, siripnya berubah menjadi kaki. Ini nyata! Menakjubkan, dia tidak menyangka bisa berubah seperti manusia. “Rumah ... aku tidak punya rumah,” jawab Thalia. Dia menatap wanita itu, sepertinya orang yang baik, begitu pula dengan lelaki di sampingnya, terlihat matanya menatap tulus dan sangat perhatian. “Aduh malangnya nasibmu, apakah kamu ingat? Kamu terdampar atau jatuh dari kapal? Siapa namamu?” tanya wanita itu. Thalia terdiam sejenak, dia masih memikirkan apa yang harus dia jawab, tidak mungkin dia mengatakan dia adalah duyung, penjaga lautan. “Aku ... Thalia, aku tidak ingat apa yang terjadi denganku.” Wanita itu tersenyum, dia mengusap halus kepala Thalia, awalnya Thalia terkejut, namun merasakan sentuhan tangan manusia yang begitu lembut, membuat dia terpukau. Tidak pernah dia merasakan seperti ini sebelumnya. Di kehidupan duyung, orang tuanya entah kemana, dia yatim piatu. Duyung yang hidup berkelompok tanpa memiliki keluarga, tapi kali ini dia merasakan memiliki orang yang peduli dengannya. Semua cerita yang telah diceritakan oleh ratu duyung salah, mereka mengatakan dongeng yang salah, mereka mengatakan manusia jahat, manusia akan membunuh mereka. Kenyataannya tidak, Thalia malah ditolong oleh dua manusia di hadapannya. “Thalia? Nama yang cantik, kalau begitu, tinggalah di rumah kami, umurmu berapa? Namaku Bella.” “Umur? Entahlah, mungkin 100 atau lebih, aku tidak ingat.” Seketika Bella dan suaminya tertawa, menganggap Thalia sedang membuat lelucon. “Mungkin umurmu sekitar tujuh belas tahun, apa kamu ingat sekolah dimana?” tanya Bella. “Sekolah? Aku dulu sekolah di akademi sihir duyung,” ucap Thalia. Lagi-lagi jawaban Thalia membuat Bella dan suaminya tertawa. “Sudah, istirahat dulu saja ya di sini. Kemari, aku antarkan kamar kamu. Nanti kita akan membawa kamu untuk sekolah.” Thalia mengangguk dan menurut begitu saja. Tidak ada sama sekali rasa curiga yang timbul. Tatapan mata Bella dan suaminya terlihat sangat tulus. Pertama kali dalam hidupnya, dia menginjakkan kakinya di lantai, terasa dingin. Awalnya dia limbung dan kesulitan mengenakan kedua kakinya, namun Bella memeganginya agar tidak terjatuh. “Apakah kakimu ada yang sakit? Apa kita perlu ke dokter?” tanya Bella. Thalia menggeleng, dia tau ini hanya rasa sakit karena belum terbiasa menggunakan kaki. Dia berjalan tertatih sembari memegang tangan Bella erat. Tangannya begitu lembut dan halus. Seolah tangan Bella diciptakan untuk melindungi Thalia. “Nah ini kamarmu. Besok akan aku buat lebih indah lagi ya. Kau suka warna apa?” tanya Bella. Semenjak menemukan Thalia, dia merasa sangat senang menemukannya. Thalia gadis cantik yang imut dan menggemaskan. Bella sangat menginginkan memiliki seorang anak perempuan, namun menikah bertahun-tahun belum juga membuatnya memiliki keturunan. Sempat terbesit niat besar dalam hatinya untuk mengangkat Thalia sebagai anak. “Aku suka warna ungu,” jawab Thalia. “Wah, sama. Aku juga suka. Kalau begitu besok kita jalan-jalan untuk melihat dekorasi kamar, kamu mau?” tanya Bella. “Mau, aku sangat berterima kasih. Tapi kenapa anda sangat baik kepadaku?” Thalia lalu duduk di pinggir ranjang, dia belum terbiasa berdiri lama. “Karena aku sangat menginginkan memiliki anak, dari dulu hingga sekarang aku belum memiliki keturunan, padahal usiaku sudah empat puluh tahun lebih, boleh kan jika aku menganggapmu anak walau sebentar saja? Nanti jika kamu sudah ingat asal usulmu, aku akan mengantarmu pulang.” Thalia mengangguk, dia sangat berterima kasih pada Bella. Dianggap menjadi anak adalah hal yang sangat menguntungkan serta membahagiakan baginya. “Tentu saja boleh, aku juga sangat senang memiliki orang tua.” Mata Bella berubah menjadi sangat berbinar, dia memeluk Thalia erat. Seolah menemukan permata yang selama ini dia cari. Sinar kehidupannya mulai kembali menyala terang, tidak lagi redup. Hatinya penuh dengan binar kebahagiaan. “Terima kasih Thalia, aku akan mencoba menjadi orang tua yang baik bagimu.” Suami Bella datang membawa nampan berisi roti dan soup. Dia meletakkan nampan di meja lalu mempersilahkan Thalia untuk makan. “Namaku Smith, anggap saja rumah ini rumahmu sendiri Thalia, aku akan sangat senang jika kamu menganggap aku seorang ayah, aku sangat mengharapkan seorang anak. Aku harap kamu nyaman di sini. Kalau kamu sudah ingat siapa kamu, aku akan mengantarmu pulang.” Thalia mengangguk berterima kasih kepada Smith dan Bella. Pasangan suami istri ini sangat baik kepadanya, bahkan mereka menganggap Thalia seperti anak mereka sendiri. Thalia merasa beruntung, di sinilah kehidupan barunya di daratan dimulai. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook