bc

Kejutan Anniversary

book_age18+
595
FOLLOW
3.5K
READ
billionaire
love-triangle
HE
heir/heiress
drama
bxg
bold
like
intro-logo
Blurb

Diandra menemukan kotak merah di dalam koper suaminya. Padahal suaminya bilang saat baru sampai di rumah, membawakan hadiah dalam kotak biru. Dia terkejut melihat kotak itu dan segera meletakkannya lagi pada koper Dani lagi. Lalu setelah pria itu menghampiri, Dia diberi kotak biru yang isinya cincin berlian. Sementara yang ia temukan sebelumnya adalah gelang emas yang sepertinya lebih mahal. Diandra mulai curiga dengan kotak tersebut. Apalagi suaminya sering pamit ke luar kota.

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Dia, aku liat mobil suamimu di jalan. Ada wanita masuk ke dalamnya. Tapi, aku enggak tau siapa wanita itu." Diandra hanya tertawa saja menanggapi ucapan kakak iparnya itu. Mereka duduk di ruang tengah rumah orang tuanya di hari Minggu yang cerah. Baru saja Diandra datang dengan membawa buah tangan untuk ibunya, Mega langsung menarik tangan adik iparnya itu agar duduk mendengarkan berita apa yang ia akan sampaikan. Memberitahu apa yang ia lihat dua hari lalu. "Enggak mungkin, Mbak. Mas Dani itu keluar kota dua hari lalu. Enggak mungkin dia ada di Jakarta." Diandra tetap tidak percaya dengan ucapan kakak iparnya itu. "Tapi, Di. Aku bisa pastikan kalau yang aku lihat itu benar-benar suamimu." Mega meyakinkan sampai bola matanya melebar. "Terserah, Mbak, aja deh. Aku enggak bisa memastikan itu benar Mas Dani apa bukan. Yang jelas, aku percaya sama suamiku. Dia kerja untuk aku dan Aqila. Keluarga kami sudah lengkap, mustahil dia bersama wanita lain, untuk apa coba?" Lama-lama Diandra berubah kesal. "Ya sudah kalau kamu enggak percaya. Nanti sepulang Mas Imran dari rumah sakit, kamu tanyakan saja padanya! Apakah aku berbohong atau tidak." Kakak ipar Diandra itu berdiri lalu pergi ke dapur menyusul mertuanya yang sedang memasak. Pagi itu, setelah mengantar putrinya cek up penyakit jantung bawaan di rumah sakit, Diandra sengaja mampir ke rumah ibunya yang tak jauh dari rumahnya sendiri. Hanya berjarak sekitar lima kilometer. Niat hati ingin santai dan menikmati hari libur, malah mendengar ucapan kakak iparnya yang seolah tahu semua tentang kehidupan Diandra. Wanita yang duduk di kursi sendirian itu menghela napas panjang. Ia malah jadi kepikiran sepanjang duduk di sana. Istri mana yang bisa tenang ketika ada orang yang mengadu bahwa ia melihat suaminya dengan wanita lain. Namun, setelah 5 tahun pernikahan, selama ini sama sekali tak membuat Diandra berpikir sampai ke sana. Dani adalah sosok yang sangat baik di mata Diandra. Pria itu begitu lembut memperlakukan istrinya. Apa pun yang Dia minta, selalu dikabulkan. Bahkan bisnis yang sekarang sedang naik daun pun, sebagian sengaja atas nama Diandra. Sebagai bukti cinta Dani padanya, begitu kata lelaki itu. Tak kurang-kurang wanita muda itu mengingat kebaikan Dani. Sang suami yang selalu terbuka apa adanya. Ponsel tak pernah dikunci, selalu Diandra buka tanpa larangan dari Dani. Ponsel Diandra bergetar ketika ia tengah melamun. Wanita berkerudung coklat s**u itu membuka tas lalu meraih benda pipih di dalam. Di sana tampak nama sang suami tengah memanggil. Baru saja ingin diangkat, panggilan tiba-tiba terputus. Kening Dia berkerut. Ia segera membuka pesan dari suaminya itu. "Sayang, Mas pulang agak telat. Mungkin malam karena ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Kamu mau dibawakan apa?" Diandra tersenyum membaca pesan dari Dani. Semakin hilang rasa curiga yang sempat mengganggu pikirannya. "Aku hanya ingin kamu segera sampai di rumah, Mas. Enggak perlu hadiah atau oleh-oleh apa pun." Balasan untuk Dani pun telah terkirim. Wanita cantik itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia berdiri hendak menyusul ibu dan kakak iparnya di dapur. Namun, selangkah ke dalam, dari luar terdengar deru mobil masuk ke halaman rumah sederhana milik ibunya. Diandra membatalkan niatnya ke dapur. Ia memutuskan untuk melihat ke luar. Ketika sampai di dekat pintu, Dia melihat Imran keluar dari dalam mobil. "Loh, Dia. Kamu di sini? Udah lama?" Pria berpakaian dokter itu mendekat. "Belum, Mas. Habis nganterin Aqila periksa lagi langsung ke sini. Bosan di rumah terus." "Oh." Imran manggut-manggut. "Mana Aqila?" "Lagi tidur di kamar ibu. Kecapekan dia habis mainan," balas Dia sambil mengikuti langkah kakaknya. Mereka pun segera masuk lagi dan berakhir di kursi tamu. Peluh membasahi kening Imran, tampak pria itu begitu lelah sekali. Dari arah dapur, Mega muncul dengan sepiring pisang goreng dan air putih untuk mereka. "Makan dulu, Dia, Mas!" Mega langsung duduk di sebelah suaminya. "Mas, bilang sama Dia, kalau kemarin itu kita liat suaminya di jalan. Dia enggak percaya aku kasih tau," ujar Mega sambil menatap suaminya. "Apa benar yang Mbak Mega bilang, Mas? Tapi, Mas Dani selama dua hari ini enggak di Jakarta." Dia mulai kesal saat Mega membahas hal itu lagi. Imran yang baru saja pulang dari rumah sakit pun menggaruk kepalanya. Sesungguhnya ia malas bercerita tentang hal yang akan menyakiti hati adiknya itu. Apalagi ditambah lelah setelah semalam menginap di rumah sakit karena pasien membludak. "Mas juga enggak salah liat, Dia. Enggak tau itu beneran Dani apa bukan. Mas juga lupa plat mobilnya berapa. Kau tanya Mega aja lah!" Mega berdecak kesal dengan wajah merenggut. "Gimana sih, Mas! Jelas-jelas kamu juga bilang kalau yang kita liat kemarin itu si Dani. Masa udah lupa?" protes Mega dengan tatapan kesal pada suaminya. "Aku pusing, Dek. Mau istirahat dulu. Mau tidur aku. Capek banget karena semalam banyak pasien masuk. Dah lah, kalian ngobrol aja berdua. Aku mau ke kamar dulu." Pria dengan potongan rambut cepak itu berdiri lagi. Lalu bergegas pergi ke kamarnya. Mega dan Diandra sekarang saling diam. Mereka tak ada bicara lagi dan suasana rumah mendadak berubah hening. "Ada apa sih? Kenapa Ibu dengar dari belakang sepertinya kalian lagi ribut." Halimah datang dari dapur dan langsung duduk di antara anak dan menantunya itu. "Enggak ada apa-apa, Bu. Mega ke kamar dulu nyusul Mas Imran." Istri Imran itu pun langsung berdiri dengan kaki menghentak lantai menuju ke kamar. Ia pergi membawa rasa kesal, tetapi tak mau ada keributan. Halimah menghela napas panjang. Ia sudah menduga kalau antara anak dan menantunya pasti sudah terjadi sesuatu. Siang itu, ketika tiba waktu makan siang, Diandra berpamitan pada Halimah. Wanita muda itu beralasan ada acara dengan salah seorang temannya. Padahal, hanya ingin menghindari cerita-cerita penuh curiga dari Mega. Halimah mengangguk. Ia berpesan pada putrinya itu agar tidak masukkan ucapan Mega tadi ke dalam hati. Mungkin saja Mega salah lihat, begitu Halimah menasihati. Diandra pun mengiyakan ucapan ibunya. Ia segera keluar dan masuk ke dalam mobil lalu pulang ke rumah. *** Malam itu, Dia berjalan mondar-mandir menanti kedatangan sang suami. Ia sudah tak sabar ingin bertemu Dani. Bolak-balik wanita dengan rambut panjang itu menatap jam dinding yang telah menunjuk pukul sebelas malam, Dani belum juga datang. Sesekali Diandra meremas piyama birunya karena khawatir. Ia mencoba melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang tengah. Tak ada pesan maupun panggilan dari Dani. Setelah menidurkan putrinya, Dia menanti kedatangan Dani sendirian. Mata sudah terasa berat, Dia merebahkan dirinya di sofa putih. Baru sekejap mata terpejam, ia mendengar suara mobil di luar sana. Wanita muda itu pun segera bangun lagi dan bergegas membuka pintu utama karena ia tahu, siapa yang baru saja datang. Kedua mata Diandra berbinar melihat Dani datang dengan koper besarnya. Mereka pun segera berpelukan, melepas rindu yang sudah tak terbendung lagi. "Maaf ya, Sayang. Mas pulangnya kemalaman. Habisnya macet." Lelaki gagah itu melepas pelukan. Lalu mengajak istrinya masuk ke dalam. "Yang penting Mas udah pulang. Aku sama Aqila kangen banget." Dani tersenyum. Lalu mencium kening istrinya. "Mas juga kangen sama kalian. Oh ya, Mas mau ke kamar mandi dulu. Ada hadiah buat kamu di koper. Kotak warna biru, ya." "Serius, Mas?" Diandra begitu bahagia mendengarnya. "Iya, Sayang. Ambil di koper, ya!" Dani bergegas melangkah ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Begitu suaminya itu pergi, Dia bergegas membuka koper hitam yang Dani bawa pulang tadi. Namun, saat membukanya malah melihat kotak beludru warna merah. Rasa penasaran pun membuat Dia ingin membuka kotak itu. Dia membukanya, tetapi bukan cincin yang didapatkan. Melainkan gelang emas yang sepertinya begitu mahal. Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, Dani keluar dari sana dan Diandra pun buru-buru memasukkan kotak merah itu ke dalam koper lagi. "Gimana? Udah ketemu?" tanya Dani sambil mengeringkan tangannya dengan tisu. "Belum, Mas. Mas taruh di mana sih?" bohong Diandra dengan wajah gugup. Dani pun segera membuka kopernya begitu sampai di dekat sang istri. Lelaki tampan itu meraih kotak berwarna biru di bagian bawah lipatan baju dalam koper. "Nih, coba buka! Pasti kamu suka." Betapa terkejut, Diandra melihat kotak biru itu di tangan suaminya. Saat dibuka, ada cincin berlian dengan kilau permata di bagian tengah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook