bc

WAKTU YANG HILANG

book_age18+
9.3K
FOLLOW
41.3K
READ
HE
escape while being pregnant
forced
confident
stepfather
blue collar
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Karina Kamaratih seorang wanita karir yang berusia 37 tahun, merasa telah menyelesaikan sebagian tugasnya sebagai seorang Ibu. Ketika anak perempuannya Anka Damarina Argi yang berusia 21 telah menyelesaikan pendidikan S1nya di PTN teknik ternama di Kota Bandung dan telah diterima bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang energi.

Masalah terbesar yang dihadapinya saat ini, adalah dirinya masih menyimpan rapat siapakah sosok yang menjadi Ayah dari anaknya. Anaknya semakin lama semakin diam tidak lagi menanyakan Ayahnya.

Satu hal yang menjadi kekhawatiran Karin adalah tidak diterimanya anaknya, mengingat kehadirannya tidak pernah diinginkan keluarga Damario Rizky Gunawan.

Akankah Karin memiliki kesempatan mempertemukan anaknya dengan Ayahnya?

chap-preview
Free preview
MELEPAS
Karin tersenyum menatap anak semata wayangnya. Mencoba menyelami apa yang terpancar dari sorot mata beningnya, adakah keraguan dan kekhawatiran? "Ah ternyata tidak ada."Anka mutiara hatinya." Anak yang sangat pemberani seperti dirinya. Memang situasinya mengharuskannya demikian, memiliki jiwa yang tegar dan mandiri. Masih segar dalam bayangannya ketika melepas anaknya yang menginginkan mengejar karirnya di usia yang sangat belia. Sesaat wisuda selesai. Anka. Anaknya telah mengikuti seleksi untuk bisa masuk bekerja sejak awal. Ketika ada pengumuman penerimaan pegawai baru, bahkan saat itu Anka baru selesai ujian kelulusan sarjananya. Untuk pertama kalinya Karin, sebagai Ibu, ingin memastikan situasi dan kondisi anaknya yang merantau ke jakarta demi karirnya, setelah menyelesaikan studinya di perguruan Tinggi Negeri ternama di Bandung. Bersyukur anaknya diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi melalui jalur Management Trainee dan Karin sebagai orang tua tunggalnya, sangat bangga. Karin ikhlas melepasnya, demi masa depannya, guna menemukan jati dirinya, mengembangkan yang telah menjadi kemampuannya, menggapai cita citanya dan "Bantulah Ibumu nak, untuk menemukan seseorang yang membuat kamu ada. Jangan pernah berpikir, keberadaanmu awalnya tak diinginkan!" "Ingat, Ibumu telah menjadi orang terpilih dan tidak pernah mundur untuk membesarkanmu, penuh cinta kadang air mata." Namun hanya terucap dalam hatinya saja Sepertinya baru kemarin, Karin melepas anaknya untuk berpisah dengannya, mengikuti nalurinya untuk mengizinkan anaknya mengejar mimpinya. "Boleh kan Bu, aku diterima kerjanya di Jakarta" Saat itu Anka memohon padanya. Dengan berat hati sebetulnya, tapi Karin tidak boleh egois. "Ini sesuai banget sama jurusan Aku Bu" tambah Anka, meyakinkan Ibunya. "Iya, iya Ibu setuju, Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk anak Ibu yang pinter, soleh dan cantik lagi". Mereka berpelukan sambil tertawa bahagia. Karin merasa sudah menuntaskan separuh perjalanan hidupnya, ketika Anka telah menyelesaikan S1 dan diterima disebuah Perusahaan yang bergerak di bidang Energi di Jakarta. Tetapi sebetulnya ada hal lain, yang merupakan masalah besar yang belum pernah Karin ungkap terhadap anaknya yang semakin lama semakin diam, tidak pernah lagi menyinggung siapakah sosok yang menjadi Ayahnya. Ketika masih kecil Anka sering menanyakannya. Karin sering mengalihkan dengan berbagai hal, agar Anka tidak berlanjut bertanya. Tetapi seiring berlalunya waktu sepertinya Anka semakin mengerti permasalahan yang dihadapi Ibunya. Anka anak yang cerdas, lebih baik Karin tidak bicara, daripada hanya sekedar memberikan informasi kosong untuk menyenangkan hatinya. Karin masih mencari momen yang pas untuk menyampaikannya. Saat ini Karin berada di lokasi perkantoran di mana Anka bekerja. Setelah minta izin atasannya untuk cuti, menjenguk anaknya. Rasa bangga menyelimuti hatinya, bagaimana tidak Anka masuk bekerja di tempat ini melalui seleksi ketat program MT hanya dari PTN ternama saja sepertinya yang mampu bersaing dan berada di Perusahaan ini "Bu. Teman-teman aku tuh pintar-pintar semua." Sepertinya Anka merasa tertantang. "Iyaa pasti, Kamu ada disitu karena Kamu juga pintar Nak" Karin meyakinkannya. Suatu waktu Anka pernah mengungkapkan bagaimana persaingan ketika masuk kerja di Perusahaan itu. Untuk yang kedua kalinya Karin duduk di sofa Lobby kantor Anka, mengamati sekeliling, kebiasaan Karin memang orangnya serba ingin tahu apa lagi yang menyangkut keamanan, keselamatan dan kesehatan anaknya. Tanpa diketahui Angka, Karin ingin memastikan sekali lagi, lingkungan kerja anaknya aman dan nyaman, seolah sedang ada kerjaan di Kantor tersebut. Karin menghampiri bagian resepsionis, menanyakan letak cafetaria kantor anaknya. Menduduki salah satu meja, memesan makan ringan dan secangkir kopi. waktu masih menunjukan pukul sebelas, jadi belum waktu istirahat sehingga cafeteria lenggang, hanya ada beberapa pegawai "tempatnya nyaman, bersih dan makanannya enak jadi tidak khawatir deh." pikirnya. Karin belum berniat menghubungi anaknya, "Nanti saja, mau bikin kejutan" rencananya Menjelang istirahat Karin segera meninggalkan Cafetaria, karena pasti banyak pegawai yang akan makan siang, mungkin sebagian makan di luar. Karin kembali duduk di sofa lobby yang cukup nyaman. Karin sengaja mengambil sofa yang paling pojok, arah samping dari tempat orang berlalu lalang. Karin duduk dengan santai. Tidak dihiraukan ada beberapa yang memperhatikannya, ketika masuk dan keluar lift. Karin terlihat berbeda, walaupun tidak muda lagi tetap terlihat cantik menggunakan hijab, tubuhnya yang tinggi semampai namun berisi terlihat sangat proporsional. Walaupun duduk dipojok, tetap menyita perhatian yang keluar masuk lobby. Karin merasa risih, saat ada beberapa pegawai entah dari perusahaan yang mana. Menanyakan ada keperluan apa, atau mau bertemu siapa. Karin hanya menjawab sedang menunggu teman. Dan pura pura sedang menerima sambungan telepon. "Ih jadi berbohong" batinnya Ketika Karin sedang asik mengecek Email di Handphonenya, petugas resepsionis yang tidak jauh dari area sofa lobby menghampirinya, dan dengan sopan berbicara "Ibu, silahkan sudah ditunggu Bapak Novan di ruangannya" Karin merasa bingung, karena tidak berjanji bertemu selain dengan anaknya. Kecuali ingin membuat kejutan uñtuk anaknya. "Oh..maaf" Karin gelagapan, saya tidak berjanji dengan beliau, atau siapapun. Saya sedang menunggu anak saya" Karin jujur Petugas resepsionis mengerutkan dahinya, pikirnya anak yang ditunggunya mungkin sedang ada pada suami ibu di depannya yang bekerja di kantornya. "Maaf suami Ibu di bagian apa, bisa saya bantu untuk memanggilnya?" Ucap gadis mungil tersebut "Terima kasih, saya belum perlu bantuan, saya akan menunggunya disini, bolehkan" Karin memohon. "Silahkan Bu" jawab resepsionis dengan sopan. Dan berlalu ke tempatnya. Karin berpikir "kenapa disangka mau bertemu Pak Novan, siapa tuh Pa Novan" Karin mengambil Handphonenya, lalu menghubungi anaknya. "Assalamualaikum.." "Waalaikumsalam Buuuu, Anka Kangen Ibuuuu "Sama sayang, ibu juga kangen banget, kalau begitu, yu makan siang, mau makan di mana," karin menantang anaknya "lho, Ibu! emang lagi dimana?" Suara Anka terdengar terkejut "Di kantor kamu" Anka meloncat kegirangan. "Bu Ibu, dimananya,? "Di lobby" ucap Karin. Tidak lama kemudian, Anka berlari menghampiri Ibunya langsung dan mereka berpelukan saling melepas rindu. Karin menumpahkan rasa rindunya terhadap anaknya, sudah hampir 3 bulan baru sempat Karin menemui anaknya di Jakarta, dengan memohon yang amat sangat pada bosnya. Akhirnya diizinkan. Sebetulnya Anka setiap dua minggu pulang ke Bandung, namun tetap saja Karin ingin melihat hunian Anka di Jakarta. Anka berani menemui ibunya, karena waktu istirahat "kamu ga sama teman?" "Engga Bu, Anka ingin berdua sama ibu saja" "ya sudah, yu mau makan di mana?, apa yang dekat saja?" Karin menawarkan. "Disana Bu" Anka menunjukan tangannya. "Dekat Kantor ini, ada Resto enak, jalan aja" Anka mengajak ibunya, ke Resto yang diinginkannya. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan keluar gedung megah tempat Anka bekerja. Aktivitas mereka dari tadi tak luput dari pantauan orang sekitar. Diperjalanan menuju Resto Anka dan ibunya bercengkrama saling menanyakan berbagai hal, padahal mereka setiap hari video call, tapi tetap kangen. Orang yang melihat mereka tidak akan menyangka kalau mereka Ibu dan anak. Karin sudah berusia 37 tahun namun masih terlihat muda, sementara anaknya sudah berusia dua puluh satu tahun, ketika SMA pernak mengikuti. program akselerasi. Sedikit Orang yang tahu bagaimana Karin berjuang menata hidupnya, di usia muda melahirkan anak tanpa ada suami, jangankan suami, yang mengakui saja tidak ada. Terlalu sedih bila membayangkannya, Saat ini hanya ingin menikmati keberhasilannya, sudah membesarkan anak hingga seperti ini. Anka memesan berbagai makan kesukaannya, sengaja membawa ibunya ke restoran ini, Anka sudah mengancam, bila sama Ibu, akan memesan banyak makanan kesukaannya. "makasih ya Bu, Ibu ko bisa cuti" tanya Anka. Ucapnya girang "Untuk anak Ibu, apa sih yang ga Bisa" Karin tersenyum Buat Anka, in benar-benar makan siang yang sangat istimewa. Makan siang ditemani Ibu dan menu yang terhidang sangat sesuai seleranya. "Anka kenyang banget Bu," sambil merebahkan badannya ke sandaran kursi matanya terpejam senyumnya mengembang di bibirnya dan tangannya mengelus perutnya. Dengan cepat Karin menjawil pipi anaknya. "Ngka, anak Ibu ga boleh bersikap seperti itu, tidak baik! Ucapnya lembut sambil senyum Anka cemberut, menggembungkan pipinya. "Maaf ya Bu, Anka senang banget loh Bu hari ini" ucapnya "Ibu lebih senang, di hari kerja, tapi bisa jalan sama kamu" mereka tergelak bersama Setelah selesai makan, Karin kembali lagi ke Kantor anaknya, karena Anka harus melanjutkan kerjanya, sementara Karin mau keliling mal, dan malam nanti ketemu di apartemen tempat tinggal Anka yang tidak terlalu jauh dari kantor Anaknya. Sebelum masuk lift, Anka pamit sama ibunya, memeluknya menciumi ibunya, sambil tertawa senang dan terlihat ibunya sangat memanjakannya. Anka melambaikan tangannya sambil menuju lift, dan segera masuk Lift. Karin menatap lift yang baru saja tertutup. Saat berbalik hampir saja bertabrakan dengan beberapa orang, yang sepertinya ada orang yang dikawal dan pengawal. Karin segera menyingkir untuk segera meninggalkan lobby Wajah yang dikawal tadi mengingatkannya pada wajah seseorang, tapi entah dimana, sepertinya pernah melihat tapi sekarang versi tuanya, tetap maaih gagah dan ganteng, "ah lupa" batinnya Tadi sempat bertatap mata sekilas. Mengingatkannya pada seseorang du masa lalunya "Masa iya" "Ya Allah lindungi anak saya" doanya Saat Karin mau meninggalkan lobby, resepsionis tadi menghampirinya lagi dengan sopan, menanyakan "Apakah ibu sudah bertemu dengan anak yang Ibu tadi ditunggu?" Ucapnya dengan sopan "Sudah, sudah, terimakasih ya." ucap Karin "Oh baik, perkenalkan saya Siska" sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan Karin menyambutnya "Ibu Karin" ucapnya "terima kasih Bu."jawab Siska Sebelum meninggalkan Lobby Karin melihat Siska menghubungi seseorang. Terdengar oleh Karin Siska seperti melaporkan sesuatu "Namanya Ibu Karin, Pak, ternyata ibunya anak baru yang cantik itu" Karin pura-pura menjauh tapi memasang kuping dan ada rasa tidak tenang. Karin mengirim pesan ke anaknya, agar hati hati pulangnya dan mengabarkan bahwa dirinya akan ke Mal yang tidak jauh dari kantor Anka. Hampir jam 5 sore Mereka sudah berkumpul di Apartemen yang disewa Anka. Sebetulnya Apartemen tersebut milik bosnya Karin, dari pada nganggur disi saja, tapi Karin tidak mau cuma-cuma ia pembayarannya tiap bulan Sambil santai di sofa, Karin menanyakan aktivitas Anka di kantor setelah makan dengannya tadi siang. "Aku tadi cukup sibuk Bu, bayangkan Bu Anka untuk pertama kalinya dipanggil sama Pa Novan" Karin ingat nama Itu, Pa Novan, tadi resepsionis yang bernama Siska, mengatakan bahwa dirinya ditunggu Pa Novan. Karin meyakini ada kesalahan, mungkin Pa Novan memang sedang menunggu tamunya dan pastinya bukan dirinya. "Siapa Pa Novan itu?" Karin antusias bertanya "CEO Bu" jawab Anka. "Ko anak baru sudah dipanggil panggil CEO" Karin penuh selidik, ada rasa menyesal menghampiri anaknya di Kantor, apa ada hubungannya dengan yang tadi disampaikan Resepsionis, PakNovan?" Pikirnya "Ih..Ibu, kemarin kita anak baru tuh disuruh presentasi tentang visi misi kita sebagai pegawai baru, apa saja kontribusi kita ke depan, tapi tadi Anka dipanggilnya sendiri, katanya minta dipersiapkan bahan presentasi yang kemarin, tapi ada yang harus ditambahkan untuk beberapa masalah" Anka menjelaskan. "Terus kamu gimana menanggapinya" Karin bertanya "Ya tentu saja Anka jawab, siap tapi setelah itu ngobrol santai. "Menurut Anka, Pak Novan orangnya tegas, tapi tidak terkesan galak, dan tetap profesional." Ungkapnya. Pikiran Karin melanglang buanan. Masih adakah kesempatan, untuk dirinya?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook