bc

Perebut Istri Orang

book_age18+
34
FOLLOW
1K
READ
revenge
love-triangle
one-night stand
second chance
drama
office/work place
like
intro-logo
Blurb

"Ceraikan dia untukku!"

Sakna Kaori Valda menyaksikan sahabatnya, Flora Kenan Dorika tengah bercinta di ranjang kamar miliknya. Ia mengepal tangan dengan erat sambil menahan emosi melihat siapa pasangan yang tengah bercinta dengan sahabatnya itu. Leon Adipati Gumilar, suaminya.

Setelah menyaksikan pengkhianatan Leon, Sakna memilih ke bar, tanpa sengaja dia menghabiskan satu malam bersama seorang pria yang dipikir adalah pria panggilan.

Semesta mempermainkannya, pria yang dianggap pria panggilan ternyata adalah Presdir Baru di Perusahaan tempatnya kerja bernama Agler Kavan Lewis.

Kavan yang tertarik pada Sakna berusaha agar wanita itu menjadi miliknya, bahkan setelah dia mengetahui jika Sakna telah memiliki suami dia pun masih berusaha untuk memiliki Sakna agar menikah dengannya.

chap-preview
Free preview
1. Terima Kasih Telah Membuatku Puas
Jam dinding telah menunjukan pukul sembilan malam, Sakna baru saja kembali setelah pulang dari kantor. Langkah terhenti ketika kakinya tidak sengaja menendang sebuah pakaian dalam wanita, bersamaan itu terdengar deritan ranjang samar-samar berasal dari kamar tidur, di mana pintunya tidak tertutup. Perlahan-lahan dia mendekat, penasaran melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar itu. Semakin dekat ia mendengar deru napas pria dan wanita terengah-engah, mereka tengah bercinta, menyatukan tubuh mereka, memadu kasih. “L-leon? Dan Flora?” Dua nama yang terucap pelan di bibir Sakna saat itu juga. “M-mereka …” Sakna menutup mulut, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat di dalam kamar. Melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami tengah bercinta dengan sekretarisnya, Flora. Wanita itu hanya bisa bersembunyi di balik dinding, sedang suara wanita yang tengah gembira terdengar di dalam sana. Suara itu terdengar begitu memalukan bagi Sakna terdengar menggema di kamarnya sendiri, ada rasa sesak di dasar hati menyaksikan perselingkuhan sang suami—tepat sehari sebelum ia dan suaminya merayakan tiga tahun pernikahan. “Cepat pakai pakaianmu, sebentar lagi istriku akan segera kembali, aku akan mengantarkanmu pulang.” Terdengar suara serak seorang pria. “Apa kau takut kita akan ketahuan? Tenang saja, dia tidak akan pulang cepat. Dia ‘kan selalu pulang terlambat. Lagi pula, kalian besok akan pergi berlibur. Kau tidak akan memiliki waktu untukku, jadi puaskan aku malam ini!” ujar Flora dengan begitu manja. Di luar pintu, ada Sakna yang tengah menahan air matanya, dirinya mundur beberapa langkah, tidak mudah baginya menerima semua fakta yang baru saja terjadi, tangan kirinya berusaha bertumpu pada dinding dengan tangan kanan tengah mengepal, wajahnya terlihat penuh dengan amarah. Semuanya telah dikorbankan, ia rela bekerja keras untuk membantu suaminya untuk bisa mendirikan perusahaan, pulang larut malam, tapi yang ia dapatkan malah sebaliknya. Pria itu berselingkuh darinya. Dan kini, dia dikhianati. Sakna bergelut dengan hatinya setelah dikhianati, sedangkan di dalam kamar aktivitas menggairahkan masih terus berlanjut, sampai keduanya menemukan kepuasan dan akhirnya suara desahan, erangan, yang tadinya keras mulai mengecil tersisa suara napas yang tersengal-sengal. “B-bagaimana bisa mereka melakukan ini?” Sakna memilih bersembunyi, agar tidak diketahui tentang kehadirannya. Matanya terfokus pada dua orang yang baru saja keluar dari dalam kamar, sambil bergandengan tangan mesra serta melakukan ciuman singkat. Wanita itu mengepalkan tangan erat-erat saat mengintip dari balik jendela, dengan matanya sendiri, di bawa cahaya lampu dia sangat jelas melihat dua orang itu bergandengan mesra masuk ke dalam mobil. “Aku tidak percaya kalian tega melakukannya.” Hati Sakna benar-benar hancur setelah menyaksikan pengkhianatan Leon dengan sahabatnya sendiri. Padahal, hari pernikahan mereka sudah di depan mata. Sakna sungguh tidak menyangka jika Leon bisa sejahat itu merusak hari bahagia mereka beberapa hari ke depan. Beberapa saat kemudian, Sakna seperti seseorang yang kehilangan akal sehat. Dia mengemudikan mobilnya menuju sebuah bar. Memesan alkohol, berharap minuman itu bisa menghilangkan sakit hatinya—walau sebentar. Sesekali dia menangis, lalu tertawa kecil ketika kesadarannya mulai hilang. Dia masih tidak menyangka dengan kejadian yang dilihatnya beberapa jam lalu. Seorang bartender pun menegur Sakna karena tidak tega melihatnya sudah mabuk berat, tapi masih tetap meminum alkohol tersebut. "Hai, Nona. Pulanglah," perintah bartender tadi. "Kenapa pulang? Tempat ini sangat menenangkan." Sakna menyunggingkan senyuman, membalas ucapan laki-laki itu. "Kau sudah mabuk berat," katanya lagi. “Biarkan aku di sini. K-kau tidak tahu, apa yang aku rasakan,” ucap Sakna sambil menangis. Bartender itu hanya menggeleng kecil, lalu meninggalkannya. Namun, Sakna juga beranjak dari bartender setelah mendapat teguran tadi. Sang bartender memperhatikannya dari kejauhan. Langkah kakinya sempoyongan ketika masuk ke dalam hotel, saat di elevator tanpa sengaja dirinya bertabrakan dengan seorang wanita, membuat kartu kamar yang tengah dipegang olehnya terjatuh. “M-maaf,” ucap Sakna dalam keadaan mabuk, ia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang ditabrak olehnya. Wanita itu terlihat kesal. “Apa kau tidak punya mata!” Sakna dalam keadaan mabuk, tentu tidak akan memperdulikan wanita yang tengah berteriak padanya. Kepalanya terasa berat, dia ingin segera sampai ke kamarnya. Sakna mencari kamar, sesuai dengan nomor di kartu kamar. “Akhirnya kamarnya kutemukan,” ucapnya sambil membuka pintu kamar miliknya, kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dalam kondisinya begitu mabuk, meminum begitu banyak bir. Dirinya merasakan ada sentuhan halus pada kulitnya, membuatnya hanya bisa meracau di sela rasa mabuknya. Kepalanya terasa berat untuk membuka mata, melihat siapa yang tengah menyentuh tubuhnya. “Apa ini layanan hotel?” batin Sakna. Tubuhnya menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Kepalanya begitu berat, tapi dirinya memaksa untuk membuka mata, wanita itu ingin tahu siapa yang membuatnya begitu merasakan kenikmatan di puncaknya. Wajah pria itu tidak terlihat, karena cahaya lampu di ruangan itu begitu remang. Ia menikmati setiap ritme yang diberikan oleh pria itu. Sentuhan demi sentuhan membuatnya melayang, hingga membuat suara kecil terdengar dari bibirnya. Sinar matahari masuk dari celah tirai hotel, Sakna bangun dengan sekujur tubuh sakit semua, dirinya bergerak sedikit membuatnya merasakan sakit di pangkal paha. Mengingat kejadian samar-samar semalam membuatnya melirik ke arah kanan. Kini dia mendapati seorang pria tanpa pakaian di sampingnya. Matanya kini melihat ruangan itu. Pakaiannya kini berserakan di mana-mana. Matanya membulat, dirinya terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. “Oh Tuhan, a-aku melakukannya? Benar-benar melakukannya?” gumamnya pelan kemudian melihat ke dalam selimut. Tubuh tanpa sehelai benang, serta rasa perih di pangkal paha, seluruh tubuhnya terasa sakit. “Oh My God, apa yang aku lakukan,” pekiknya pelan. Kepalanya disandarkan, di sandaran ranjang, perasaannya terasa aneh tidak ada rasa penyesalan mengetahui jika ia telah melakukan malam panas dengan pria di sampingnya. “Jika dia melakukannya, kenapa aku tidak melakukannya? Lagi pula ini hanya kesalahpahaman,” gumamnya melirik ke arah pria di sampingnya. “Kau telah bekerja keras memuaskanku, aku akan memberikan tip untukmu.” Pria itu menyamping ke arah Sakna, membuat wanita itu terpesona dengan tampangnya. “Hhmm, tampan juga,” ucap Sakna lagi. Hidung mancung, bulu mata lentik, serta wajah seakan dipahat begitu sempurna, otot d**a begitu membuat Sakna tersenyum. “Kau pasti rajin berolahraga,” ucap Sakna. “Aku tidak percaya memberikan kesucianku pada pria panggilan,” gumamnya sambil terkekeh. Tapi, daripada hal itu, pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan sahabatnya lebih menyakitkan untuknya. Mengingat suaminya, seketika membuatnya teringat pada jika hari ini dia harus menghadiri sebuah rapat di perusahaan, karena mereka akan kedatangan seorang Presdir baru. Pakaian segera dipakai olehnya, sejenak dia melirik ke arah pria masih tidur di atas ranjang. Dari dalam tasnya, Sakna mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan 100 sambil menulis pesan memo. Ceklek! Selepas Sakna pergi, pria itu terbangun dan mendapati tubuhnya dalam keadaan tidak berpakaian. Ketika mengingat apa yang terjadi, membuat raut wajahnya dingin. Selimut yang dipakai olehnya disibak olehnya, membuatnya mengerutkan kening ketika melihat ada noda darah di atas ranjang. Matanya menyisir ke seluruh kamar itu, tidak mendapati wanita yang tidur dengannya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan keluar dengan jubah mandi. Matanya melihat ke arah beberapa lembar uang di atas nakas serta sebuah pesan memo di sana. “Apa ini?” Gumamnya pelan, mengambil memo itu, dan membaca pesan tersebut. Dahinya berkerut, beserta dengan terbit sebuah senyum tipis di bibirnya. “Terima kasih telah membuatku puas, aku memberikanmu tip banyak untuk itu.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook