A W A L
Siang itu, di mana terik menaburkan hawa menyengat di kepala. Rambut panjang dikucir kuda berwarna hitam pekat itu melambai sampai keluar jendela bus kampus yang ditumpanginya. Wajah penuh keringat dan debu betebaran di sana tidak mengurangi senyum cantik saat membiarkan sapaan keluar dari teman satu kampus.
Pemilik nama Esyalla Nastusya Hans atau yang sering dikenal dengan panggilan manja Ella itu tidak sabar untuk pulang ke rumah, tetapi saat ini jalanan di Jakarta macet total. Ella pun memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki karena jarak yang ia tempuh untuk sampai ke rumah tidak terlalu jauh, karena baru saja Ayah dan Ibunya memberi kabar jika mereka kedatangan tamu spesial.
Sesampainya di rumah, Ella tidak menemukan siapa pun. Hanya secarik kertas di atas meja dengan coretan khas yang dimiliki oleh Ayah Ella di mana kertas tipis itu mengungkapkan,
'Ella yang cantik, putri Ayah yang sangat pintar tapi malas bangun pagi. Ayah ingin memberikan ucapan selamat ulang tahun sayang. Jangan menjadi anak pemalas lagi ya, kamu sudah besar sebentar lagi lulus kuliah. Ayah dan Bunda memiliki hadiah yang sangat spesial tetapi juga kebar terburuk untuk hidupmu. Ayah dan Bunda mu ini sudah selesai melakukan tugas paling mulia di mana kita telah menjaga dan membesarkanmu sebagai anak yang manis dan pintar. Kami, sebenarnya bukan Ayah dan Ibu kandungmu melainkan Bodyguard Tuan James Anderson Maxwell. Tapi kami sangat menyayangimu Ella, sampai kapan pun kami akan tetap menjadi orang tua dan kamu adalah anak kami satu-satunya. Beliau akan datang menemuimu hari ini dan akan membawamu ke tempat di mana ayah kandungmu meminta. Salam sayang dari kami Leo dan Sandra.'
Ella terpuruk. Ketas di tangannya pun terjatuh bersamaan dengan bulir air mata mengenai pengakuan hari ini. Antara sulit memercayai bagaimana semua terjadi dan Ella merasa hancur karena nyatanya ia hanya anak tiri Leo dan Sandra, seseorang yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang dan cinta.
"Happy Bithday Peri kecilku."
Suara itu. Tegas dan dalam begitu terdengar di telinga, Aroma pedas hangat dari parfum yang belum pernah Ella temui tercium. Ella pun menoleh dengan cucuran air mata di wajah cantiknya, ia lebih tidak percaya dengan apa yang dilihat.
Wajah itu kini berdiri tepat di depan Ella, menyimpan masa kelam yang Ella sendiri tidak tahu karena ia hanya teringat saat kecil dulu orang yang kini mengenakan jas hitam pekat itu pernah mengajaknya mengenal dunia. Wajah tampan dari mata hazel yang selalu membuat Ella kagum dan ceria, senyum manis dari raut pria berdarah Amerika-Mesir.
"Paman, James?" Lembut, suara Ella memaksakan untuk berkata meski hatinya sesak dan tidak menerima semua pengakuan Leo dan Sandra terutama James yang sudah pergi meinggalkan Ella 17 Tahun lamanya kini kembali membawa sayatan-sayatan baru di sana.
