bc

NEW LIFE ARA OR ACA

book_age16+
2.1K
FOLLOW
7.7K
READ
revenge
killer
family
body exchange
CEO
mafia
comedy
highschool
office/work place
cruel
like
intro-logo
Blurb

Ini kisah gadis yang bertukar jiwa, dia adalah Ara gadis panti yang setelah tertabrak, jiwanya berpindah pada gadis Fake nerd yang bernama Aca gadis yang penuh dengan rahasia, banyak masalah dan teka-teki yang di alami oleh Ara setelah pindah kedalam tubuh Aca, tak hanya itu para mafia juga mulai bermunculan pada saat balas dendam besar.

chap-preview
Free preview
ARACA¹
Seorang gadis terbaring lemah di tempat tidur, dengan infus yang terpasang di tangan kirinya, dengan kepala yang diperban. "Eungh," lenguh gadis itu sembari membuka matanya perlahan.  "Awww. Ini pula kenapa pake infus segala," itulah ucapan pertama saat gadis itu merasa ada sesuatu yang menempel ditangannya. "Gue diamana," gumam gadis itu, dia sadar dirinya bukan berada di kamarnya melainkan dikamar orang lain. "Shhhh," ringisnya sembari memegang kepalanya yang berdenyut sakit, gadis itu mencoba mengingat sesuatu, namun tidak bisa dia malah merasakan kepalanya yang semakin berdenyut nyeri. Gadis itu mencoba mencabut infusnya, kemudian berusaha berdiri. "Kok gue berat ya," gumamnya. Gadis itu sama sekali belum sadar jika jiwanya sudah tak berada ditempat yang seharusnya. Gadis itu menatap kamar yang sangat asing dipenglihatannya, siapa tau ada orang yang menolongnya lalu membawanya ke rumahnya, ya itu mungkin, batinnya sedang berfikir positif. Saat hendak akan mendekati meja rias yang terletak didekat jendela kamar, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka lebar.  "Aca, lu nggapapa kan?" tanya cowok bertubuh atletis itu. "Haaah?" gadis itu bingung sendiri, siapa yang dipanggil Aca. "Ca lu kenapa dah, ditanya malah haah ho'oh," kata cowok itu. "Lah lu siapa?" tanya gadis itu. "Lu amnesia Ca? Astagfirullah, padahal cuma keserempet mobil ya Allah," ungkap cowok itu. "Panik nggak ... panik nggak ... yaa panik lah," Sarkastis cowok itu. "Keserempet mobil doang lu bilang? kalo gue mati gimana dodol," Serunya. "Lagian gue Ara bukan si Caca, siapa pula itu," Kesal gadis itu karena namanya seenaknya saja diganti. "Nama lu Aca bukan Ara, gini amat jadi orang amnesia," kata cowok itu lagi. "Wah ngadi-ngadi, nama gue Arana Stevani oke," ucapnya sengit. "Lu Ataca Cantika Fredi Maemunah," ungkapnya lagi. "Auh ah males debat sama kingkong," setelah mengucapkan itu. Aca mendekat kemeja rias dan Aaaaaaaa... Teriakan itu mampu membuat mereka yang berada dilantai satu terlonjak kaget. "Ini siapa Astagfirullah?" Syok gadis itu. "Yaa muka lu lah, ya kali gajah, walaupun sebenernya iya sih kek gajah," balas cowok itu dengan santai. "Ini bukan muka gue suer, badan gue juga bukan gini," gumam gadis itu. Bagaimana tidak dihadapan meja rias itu, gadis bertubuh gendut, dekil, fucek, jangan lupakan rambut acak-acakan. "Jangan-jangan jiwa gue pindah lagi, masa ada kayak gitu, gue kira kalo tukar jiwakan hanya di novel doang," gadis itu mulai berfikir. Laki-laki yang tadi menatap Aca dengan heran. "Ngapain lu bengong kek orang b**o," ujar cowok itu. "Nama lu siapa?" Bukannya menjawab, Aca malah bertanya. "Lah beneran amnesia dia kirain cuma bercanda, gue Delon woi, abang lu," jawab cowok yang dipanggil Delon itu. "Aaa ... Gue rada-rada lupa," alibi Aca, padahal dia sendiri tidak tau siapa laki-laki itu. "Ck, istirahat aja dulu siapa tau bisa balik jadi b**o lagi, gue mau kebawah dulu," Aca melotot kearah Delon yang berlari keluar kamar. Aca kembali meneliti interior kamar, ternyata pemilik tubuh ini satu server dengannya, dengan kamar yang dominan abu-abu dipadukan dengan warna putih, sehingga terkesan lebih bersih, dan elegan. Ia menatap kearah foto besar yang berada dikamar itu, foto seorang gadis dengan tubuh gembul, dan kulit yang agak kecoklatan. "Kayaknya itu yang namanya Aca deh," gumamnya.  Sedang menatap sekeliling, Aca tak sengaja melihat sebuah kertas dilantai dekat tempat tidurnya. Aca sejenak menatap kertas berwarna pink yang tergeletak dilantai. Ia kemudian mengambil kertas itu. "Apaan nih!" seru Aca seraya membolak-balikkan kertas yang terlipat dua itu, dan perlahan ia membuka kertas itu. 25 Desember Hai nama aku Ataca Cantika Fredi, Dan aku mempunyai seorang sahabat bernama Agerland Deviano Artaguna, diaa adalah sahabat yang paling aku sayangi, bahkan rasa sayang itu kini menjadi cinta. Walaupun aku tak tau pasti apa itu cinta. Tetapi berada didekatnya membuat jantungku berdetak tidak karuan. Gerland adalah seseorang yang berarti bagiku, dengan segala perhatiannya, dan kekhawatirannya padaku, membuatku semakin mencintainya, Gerland yang selalu ada buatku. Dia sahabat kecilku yang mampu membuatku tersenyum setiap saat. Tapi itu semua berubah semenjak ada dia, semua perhatian dan kekhawatirannya diberikan kepadanya, bukan lagi kepadaku. Sakit... Melihat sahabat sekaligus orang yang yang kita cintai lebih mementingkan orang lain daripada diriku. Andaikan aku diberi kesempan untuk.... Tak ada lanjutan dari surat itu, karena kertasnya tersobek, Aca meletakan kertas itu dimeja rias dan duduk di ranjang ia mengambil sisir yang berada dinakas samping tempat tidurnya dan mulai menyisir rambutnya, setelah itu ia berbaring sejenak. Diruang keluarga, terlihat empat orang laki-laki sedang bermain game lebih tepatnya sedang Mabar. "Si Aca ngapa teriak kayak tadi?" tanya Dero. "Kayaknya amnesia," gumam Delon, yang masih didengar oleh mereka berempat. "Hah amnesia?" tanya Vito. "Ho'oh nama gue aja dia ngak inget," ucap Dero. "Ck, keserempet doang langsung amnesia, mati kagak tuh," celetuk Dero. "Sembarangan kalo ngomong," ujar Delon sembari duduk di sofa. Tak lama kemudian suara wanita paruh baya mengalihkan pandangan mereka. "Del, ayo makan, temen-temen kamu juga di ajak gih, sekalian Dero panggilin Aca ya," ujar Mamanya. "Iya mah," balas Dero, sebenarnya ia malas memanggil adiknya itu. Dero kemudian berjalan menaikki tangga menuju kamar adiknya. "Mama mau kebutik dulu," ucap mamanya Dero sembari membenarkan letak tasnya. "Hati-hati mah/Tante," ucap mereka secara bersamaan. "Makan yok," ajak Delon pada teman-temannya, kemudian mereka berdiri dan berjalan mengikuti langkah Delon menuju meja makan. Sedang asik menutup matanya, pintu kamar Aca tiba-tiba terbuka, disana terlihatlah Dero yang sedang memegang knop pintu. "Bangun dipanggil mama," ujar Dero cuek. Aca membuka perlahan matanya, lalu menatap kearah pintu. "Ya," balas dengan seadanya, ia terlalu malas untuk berkata-kata panjang lebar. "Ngga biasanya dia kayak gitu," gumam Dero. Aca lebih dulu keluar dari kamarnya melewati sang kakak. Aca berjalan menuruni tangga disusul dengan Dero dibelakangnya, mereka melangkah menuju ruang makan, disana ada empat orang laki-laki yang sedang duduk di kursi meja makan, sudah Aca pastikan itu adalah teman-teman abangnya. Tanpa menyapa orang yang berada disana, Aca lantas mengambil posisi duduk dikursi yang berada disamping kiri Dero. Mereka dibuat heran biasanya Aca akan duduk disebelah Gerland, tanpa disuruh dan dengan senang hati Aca akan bercerita panjang lebar, hingga semua yang mendengarnya menjadi bosan, namun kali ini Aca memilih untuk tidak duduk didekat Gerland. "Ca, lu ngak salah tempat duduk tuh?" tanya Delon, Aca menaikkan sebelah alisnya. "Ya engga lah emang kenapa?" tanyanya balik. "Emm ngapapa," balas Delon. "Oh," ucap Aca dengan cuek. "Ca, lu nggak sakit kan?" Tanya Vito. "Kagak lah," jawabnya. "Lah ... kata si Delon lu anemia," ujar Dero. Ia melirik kearah Aca. "Amnesia goblog, anemia itu kekurangan kasih sayang," kata Bagas. "Sama-sama goblog emang!" seru Delon. "Woi berisik. Ini mau makan bukan main debat," sahut Aca. Mereka yang sedari tadi memperhatikannya, menatap tak percaya sebegitu parahnya kah Aca kecelakaan sampai ia sendiri berubah dalam jangka satu hari. Pikiran mereka. "Aca kesambet apa." "Ya mau makanlah," ucap Dero seraya mengambil nasi dan lauk dan meletakanmya di piring Aca dan itu secara tak sadar, karena pandangannya tertuju pada Aca. "Makan ayok," Dero kemudian mengambil sendok. "Heh lu mau makan angin," kata Delon. "Hah?" Dero tak mengerti dari perkataan Delon, ia kemudian menatap piringnya, dan ternyata kosong. "Heh blom makan udah abis!" entah antara Dero yang bodoh atau gimana. "Goblognya mendarah daging ya Bun," kata Delon. "Makasih. Udah ngambilin gue makanan," Dero langsung menatap Aca saat mendengar perkataannya, ia lalu menatap piring Aca yang terisi oleh nasi dan lauk. "Nape nasi gue loncat kesitu weh," ucap Dero. Plakkk... Vito memukul kepala Dero dengan pelan. "Lu sendiri yang naroh disitu oon, punya temen nggak ada otak," ucap Vito. "Iyakah." Dero menatap Vito dengan kebingungan, yang lain menatap Dero dengan malas. "Auh ah kesel gue." Vito kemudian makan dari pada harus meladeni Dero.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.4K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.2K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook