bc

Suami Friendly Kesayangan Mitha

book_age16+
542
FOLLOW
3.5K
READ
HE
age gap
sweet
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

"Yang hamil aku, Mas. Kenapa perut Mas Bram yang aku elus-elus."

"Mual, Mitha. Kalau perutnya enggak dielus-elus, saya mau muntah terus."

"Elusnya jangan kencang-kencang. Pelan-pelan aja," ucap Mas Bram lagi.

"Cium di sini. Biar saya cepat tidur."

"Cium pipinya?"

"Iya, Mitha. Kecupnya dua kali ya."

Biasanya Mitha yang manja, tetapi saat masa kehamilan, Mas Bram yang bergantian manja.

Karakter mereka tertukar nggak sih?

chap-preview
Free preview
°Part Pertama°
Sudut Pandang Bram Adinata Akarsana "Assalamualaikum, paket!" teriakan kurir di depan gerbang. Saya yang sedang menonton televisi hanya membalas salam dalam hati, tanpa ada niatan untuk membukakan gerbang. Alasan pertama karena sudah pasti itu bukan paket saya dan alasan kedua karena paket itu biasanya akan diterima oleh Pak Didin, selaku satpam di rumah ini. "Iya, Pak! Sebentar!" teriak Mitha yang membuat saya langsung menatap ke arahnya. Perempuan itu lari terbirit-b***t dari arah dapur ke arah depan rumah. "Hey! Mitha! Bajunya!" Langkah Mitha mendadak berhenti. Dia sepertinya baru sadar bahwa saat ini dia hanya memakai tanktop hitam dan celana pendek. "Itu paket yang dari tadi aku tungguin." "Pakai cardigan atau jaket." Selama ini saya enggak mempermasalahkan tentang pakaian yang Mitha pakai di dalam rumah. Mau dia pakai piyama Hello Kitty, piyama Doraemon, tanktop, piyama couple atau sebagainya. Saya enggak pernah mempermasalahkan, itu bebas sesuai dengan keinginan dia. Hanya saja, saya merasa keberatan jika dia keluar rumah memakai pakaian rumahan yang sexy begitu. Pakai piyama Hello Kitty tampaknya lebih baik daripada pakai tanktop jika keluar rumah. Apakah hal Ini masuk ke kategori posesif? Bagi saya sih enggak. "Malas, ah," Mitha memutar langkahnya lalu berdiri tepat di hadapan saya, "Mas, tolong ambilin dong paket yang di depan." "Paket kamu?" "Iya. Ambilin dong. Tolong." "Sebentar." Saya bergegas keluar dari rumah dan meminta paket itu yang nyatanya sudah disimpan oleh Pak Didin. "Terima kasih, Pak." Saya berbalik ke arah dalam rumah sambil menatap paket kotak ini. Kotaknya tidak terlalu besar, tetapi saya tahu dari logo depannya, paket ini berasal dari sebuah brand toko pakaian yang menjual baju-baju yang tergolong kurang bahan. Baju sexy. Baju kesukaan saya jika Mitha yang pakai. Senyum tipis langsung terukir di bibir saya. Mitha mau mempersiapkan apa ya untuk nanti malam. Saya membayangkannya dan jadi enggak sabar. "Sini! Paketnya sini! Mau aku unboxing." Mitha memgambil paket itu dengan paksa lantas membukanya dengan cutter yang sudah dia siapkan. "Ini persiapan untuk honeymoon kita nanti, Mas," ucap Mitha sambil membuka isi paket itu. Setelah kemarin honeymoon di Bandung, kami sepakat untuk honeymoon kedua. Kali ini di pantai. Saya meneguk air liur ketika Mitha mengeluarkan sepasang bikini dari sana. Satu pasang dia keluar, dua pasang dia keluarkan, sampai akhirnya dua belas pasang bikini sudah keluar dari paket tersebut. "Sudah semua. Aku beli ini," ucapnya sambil menatapku, "lucu nggak bikininya?" tanyanya dengan senyum yang merekah. "Beli bikini, selusin?" Mitha mengangguk. "Kenapa enggak bilang dulu?" Sebelah alisnya menekuk. "Kenapa enggak bilang dulu?" ucapnya mengulang, "selama ini kan enggak pernah bilang. Aku kalau belanja ya belanja aja." Saya menarik napas kemudian duduk di sebelahnya. "Begini," tubuh saya berputar menghadapnya, "saat honeymoon nanti. Kamu jangan pernah pakai bikini ini keluar kamar ya." "Dih, kocak," Mitha mengambil salah satu pasang bikini di sana, "aku pakai ini buat berenang di pantai. Buat berjemur. Masa iya dipakai di kamar. Aneh-aneh aja." Dia enggak paham atau bagaimana ya. Terkadang saya juga bingung dengan cara pikirnya. Terlalu polos atau emang kurang pintar. "Mitha. Itu bikininya sexy sekali." "Semua bikini modelnya emang sexy, Mas!" jawabnya tidak mau kalah. "Mitha. Pakai yang lebih tertutup aja ya? Jangan bikini." Dia tersenyum kecil. "Emangnya kenapa?" senyum kecilnya berubah menjadi senyum miring, "Mas Bram pocecip ya?" godanya. "Enggak posesif.." "Masa?" tanyanya terus menggoda. Tingkahnya yang menggemaskan mampu membuat saya tidak kuat untuk menahan gejolak ingin mengecup bibir pink-nya. Kecupan ringan langsung membuat dia menegang, padahal ini bukan pertama kalinya. Namun, reaksi tubuhnya masih sering seperti itu. "Kalau kamu pakai bikini, saya pakai celana pendek aja ya, tanpa baju saya keluar kamar. Ikut berjemur ki—" "Jangan! Jangan! Asli jangan!" ucapnya histeris. Tangannya bergerak menyentuh perut saya lalu mengusapnya pelan. "Ini roti sobek punya aku. Enggak boleh dipamerin. Ga boleh ada yang lihat, selain aku." Saya sudah tahu, Mitha memang seperti ini. Oleh karena itu, jika dia bersikeras ingin memamerkan bagian tubuhnya ke depan publik, saya bisa mengancamnya dengan cara ini. Dia pasti akan luluh. "Kalau kamu pakai baju yang sopan, dress misalnya. Saya juga akan pakai baju yang sopan. Celana pendek dengan baju kaos bagaimana?" Dia mengangguk lantas menarik tangan saya sehingga kami saling berjabat tangan. "Deal," matanya menatap ke arah bikini-bikini ini, "sayang banget, aku udah beli selusin, enggak dipakai." "Dipakai," ucap saya cepat. Saya mengambil bikini yang berwarna merah lantas memberikan kepadanya. Mitha terdiam, menatap saya tidak paham. Saya menujuk ke arah kolam renang di bagian belakang rumah. "Ayo kita berenang, biar itu terpakai." Senyum Mira langsung melebar. "Ayo! Ayo!" ucapnya bersemangat. Dia saja bersemangat, apalagi saya. Semangat maksimal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook