bc

Pelayan Tuan Muda

book_age16+
610
FOLLOW
6.5K
READ
family
HE
blue collar
sweet
bxg
genius
highschool
like
intro-logo
Blurb

#September Update Program 2023#

#SeptemberUpdateProgram2023#

#SummerUpdateProgram

#programpembaruanmusimpanas

#summer update program

#Program Pembaruan Musim Panas

Ameera Delora adalah seorang gadis yatim piatu pintar yang mendapatkan beasiswa dari pengusaha kaya raya. Ia harus menyelesaikan sekolah kedokterannya dan menjadi dokter pribadi seorang tuan muda di keluarga kaya tersebut. Aiden Azmid Askara, sejak kecil tubuhnya lemah dan sering sakit sakitan. Ia memutuskan untuk menjadi seorang gamer dengan mengandalkan otaknya yang jenius. Lagi pula bagi Aiden, game hanyalah sekadar hiburan. Kehadiran Ameera di hidupnya seperti seorang penyihir yang memberikan perasaan perasaan baru. Ameera yang selalu memaksanya minum obat dan membuatkannya kue coklat dengan tulus mengubah Aiden dan memberinya ambisi untuk memiliki. "Tarik kata kata anda, Tuan Muda! Tolong, anggap saya seperti pembantu lainnya." Pembantu? Sayangnya Aiden bukanlah anak yang penurut.

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama
"Seperti yang diharapkan dari dirimu, nilai sempurna. Kau pasti belajar keras sekali. Padahal kedokteran cukup sulit." "Terima kasih, Nyonya." Ameera meremat tangannya yang berkeringat. Ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan nyonya donatur panti asuhan serta diundang ke rumah sebesar istana presiden ini. "Kau tahu kan kenapa kami membiayai kuliahmu? Itu tidak gratis." Gadis 20 tahun itu mengangguk. "Saya harus bekerja untuk anda dan anda sudah berjanji menjamin hidup saya dan seluruh anak di panti asuhan Delora." Nyonya Askara mengangguk. Itu memang benar. "Kau tidak bertanya pekerjaan apa yang harus kau lakukan? Kau tidak takut jika dipakai untuk hal buruk? Kau gadis yang cukup polos." Ameera menggelengkan kepalanya. Sekarang ia sedang dinilai, tidak boleh ragu ragu dalam menjawab pertanyaan nyonya keluarga konglomerat ini. "Kalau maksud Anda dipekerjakan di bidang prostitusi atau semacamnya saya kira itu tidak akan terjadi. Kalau memang begitu, nyonya tidak mungkin repot repot memilih anak yang cerdas dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk pendidikan saya." Perempuan setengah baya itu tersenyum tipis. Jawaban Ameera sesuai dengan ekspektasinya. Ia tidak perlu mengetesnya lebih jauh lagi. Laporan mengenai IPK gadis itu di universitas paling bergengsi ibu kota tentu sudah menggambarkan betapa baik kualitas gadis 20 tahun ini. "Kau akan menjadi teman belajar, pengasuh, serta dokter pribadi anakku." Nyonya Askara melempar sebuah tablet ke atas meja bundar yang memisahkannya dengan Ameera. Gadis dengan wajah lugu itu meraih tablet yang menampilkan data pribadi tuan muda di istana besar ini. "Namanya Aiden, sejak kecil tubuhnya lemah. Dia bahkan pernah koma selama satu Minggu. Ada masalah di otaknya, tapi dokter manapun tidak tahu penyakit apa yang ia derita." Mata Ameera melebar. Ia sedang melihat video saat Aiden mengalami kejang dan mengamuk, membanting seluruh benda di dekatnya serta mencakar siapapun yang berusaha memegang tangannya. "Itu rekaman tujuh tahun lalu. Sekarang usia Aiden 17 tahun. Keadaan mentalnya tidak terlalu baik. Aiden tidak pernah keluar rumah dan bersosialisasi dengan anak sebayanya. Kau sebagai anak tertua di panti asuhan tentu tahu cara memperlakukan anak anak bukan? Usia mental Aiden mungkin sama seperti anak berusia 8 tahun." Hati Ameera terasa sakit melihat rekaman dan membaca laporan mengenai kondisi Aiden. Mungkin nyonya besar bilang bahwa Aiden tidak diizinkan keluar rumah karena kondisi tubuhnya yang lemah. Tapi Ameera tahu yang sebenarnya terjadi. Ia cukup pintar untuk menebak alur yang sesungguhnya. Nyonya dan tuan Askara merasa malu. Kondisi Aiden yang 'cacat' bisa berakibat buruk pada image keluarga konglomerat ini. Seorang pelayan dengan baju maid mendatanginya setelah nyonya Askara pergi. Ia diarahkan masuk ke dalam lift menuju lantai empat. "Ini obat yang harus diminum tuan muda hari ini." Pelayan tadi menyerahkan satu buah pil di dalam plastik padanya. Ameera mengangguk, tugas pertamanya hari ini adalah memberikan obat Aiden dan mendekatinya. Gadis itu menarik napas panjang di depan pintu berwarna biru laut. Di atas pintu tergantung tulisan berwarna emas bertuliskan 'Ruang Pribadi', Ameera yakin itu emas asli. Setelah puas mengamati, Ameera mulai men-scan barcode yang ada di tablet tadi. Keamanan pintu yang terkunci itu bisa terbuka setelah mengidentifikasi barcode tersebut. Terdengar bunyi 'Ziing' yang menandakan pintu sudah bisa dibuka. Perlahan Ameera mengetuk pintu. Tiga hingga empat kali tidak ada sahutan dari dalam. "Tuan muda apa saya boleh masuk?" Ameera mengetuk pintu lebih keras lagi. karena tetap tidak ada jawaban gadis itu pun mendorong pintunya. Klik Klik Klik Dor! Dor! Dor! Pemandangan yang dilihat Ameera berada sama seperti perkiraannya. Ruangan seukuran lapangan Voli ini benar benar sangat besar untuk dijadikan kamar. Ada AC, kasur yang besar, dan tiga buah komputer yang sedang menyala bersamaan. Pemilik kamar sibuk di depan layar. Suasananya cukup mencekam seperti di dalam goa, hanya lampu remang yang sedang menyala dan AC bekerja maksimal, sangat dingin. "Taruh saja di meja." Aiden memberi perintah, tanpa menoleh sedikitpun. Perhatiannya tidak bisa lepas dari game yang tengah ia mainkan. "Baik, Tuan Muda." Ameera menurut. Melirik pemilik kamar yang terlihat sangat asik dengan dunianya. Klik Klik Klik Dor! Dor! Dor! Savage! "Wah itu keren sekali!" Seru Ameera di dekat wajah Aiden. "Aaa!" Aiden terjingkat, hampir terjatuh dari kursinya. "Kau sedang apa?!" tanya Aiden membentak, matanya melotot tajam pada wajah Ameera yang terlalu dekat. "Ah maaf mengagetkan Anda. Habisnya itu tadi hebat sekali. Anda membunuh seluruh lawan dalam lima tembakan tanpa meleset." Aiden mengerjap, ia tidak tahu siapa wanita yang berani mendekatinya ini. Ia bukan pelayan, bukan pula kerabat ataupun guru yang ia kenal. Aiden melepas headset dari kepalanya. "Apa anda suka bermain game? Itu game apa? Saya jadi ingin memainkannya. Bisakah anda mengajari saya game itu?" tanya Ameera antusias. Ia berusaha mengakrabkan diri dengan 'pangeran' anti sosial ini. Gadis itu cukup takjub melihat wajah Aiden yang tampan, kulitnya yang putih pucat, badan yang kecil terlihat rapuh, rambut yang lurus lembut, serta matanya yang tadi berbinar senang saat memenangkan game kesukaannya. "Tuan muda?" Ameera menjentikkan jari di depan wajah Aiden. Mata Aiden melotot. Ia masih bingung siapa gadis 'kurang ajar' ini. Berani sekali gadis ini mendekatinya dan mengajaknya berbicara. Padahal semua pelayan hanya akan datang meletakkan makanan dan obat di atas meja kemudian buru buru pergi. "Kau siapa?!" Akhirnya dia berbicara! Ameera segera mengulurkan tangannya. "Saya Ameera Delora, teman baru anda!" memperkenalkan diri. Kening Aiden mengernyit. Semakin bingung dan terlihat kesal. "Keluar sekarang! Jangan menggangguku." "Saya tidak mengganggu anda, Tuan Muda. Saya hanya ingin menemani anda bermain game. Saya ingin jadi teman Anda." "Aku tidak butuh ditemani. Aku tidak kenal denganmu. Pergi sekarang!" Aiden berteriak lagi. Menarik tangan Ameera ke arah pintu, kemudian mendorongnya keluar. "Eh tunggu sebentar Tuan muda. Saya belum selesai, saya..." Ziing! Pintu otomatis tertutup saat tombol di kamar Aiden ditekan. Kembali terkunci rapat. Apa ia gagal? Aiden terlihat membencinya. Anak itu sangat dingin dan tertutup, sama sekali tidak ramah. Ini pertama kalinya Ameera bertemu dengan anak dengan sifat semenyebalkan itu. Bagi Ameera, Aiden seperti tembok baja yang kokoh. Ia harus meracik ramuan untuk melelehkannya. Mencari cara untuk dekat dan memperbaiki sifat anti sosial itu. Ameera mengepalkan tangan, ia sangat bersemangat untuk menaklukkan tuan muda dan sifat menyebalkannya. "Hebat sekali kau bisa membuat Aiden membuka mulut." Nyonya Askara tiba tiba sudah berada di sebelahnya. Sejak awal Nyonya Askara melihat semua yang terjadi melalui cctv yang dipasang di kamar Aiden. "Bahkan padaku, Aiden hanya diam membisu. Ini adalah pertama sejak berbulan bulan lamanya aku mendengar suara putraku lagi, suaranya sudah berubah, dia sudah besar sekarang." Kalimat yang diucapkan Nyonya Askara sambil mengusap ujung matanya yang basah membuat semangat Ameera semakin berkobar. Ameera menarik prasangka buruknya tadi, nyonya Askara jelas terlihat sangat menyayangi Aiden. "Kembalilah besok pagi. Aku harap kau bisa membuat keajaiban pada putraku." "Baik, Nyonya! Terima kasih banyak." Hari ini Ameera membuat catatan baru di buku diary-nya. Tentang seorang remaja 17 tahun yang tertutup terhadap dunia, sama sekali tidak bisa bersosialisasi dan temperamen seperti serigala liar. Ia seakan memiliki dunianya sendiri di depan layar komputer. Tentang Aiden, Tuan muda tampan yang harus ia ajari tentang kehidupan. Meski sudah membaca seluruh laporan soal kondisinya, Ameera merasa masih ada satu lubang yang tidak disadari siapapun. Pasti ada alasan kenapa Aiden tidak nyaman dekat dengan orang lain. Dan kenapa ia malah seperti sedang dikurung? Bukankah seharusnya Aiden menjalani terapi ke psikologi. "Haa... dengan wajah itu dia bisa sangat populer dan jadi model terkenal." gumam Ameera tiba tiba. Ingatannya tidak bisa lepas dari tatapan elang Aiden yang sangat pas dengan wajahnya yang begitu menawan. "Hoaamm... Semoga besok Aiden jadi lebih ramah padaku." Ameera menguap, ia mematikan lampu kamar tidurnya setelah selesai mengerjakan tugas kuliah. Besok pagi akan menjadi hari panjang bersama Aiden.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook