bc

Shanghai Billionaire

book_age18+
72
FOLLOW
1K
READ
billionaire
sex
CEO
drama
sweet
mxb
office/work place
model
like
intro-logo
Blurb

Zhao Lian adalah putra dari pengusaha paling terkaya se Asia Tenggara, namun ada kekurangan yang ia terima di keluarga besarnya yaitu hubungannya yang tak pernah di setujui oleh ayahnya, hingga suatu hari dirinya mengambil keputusan. Keputusan untuk membawa seorang wanita untuk diperkenalkan kepada ayahnya.

Qin Fu'er tak menyangka liburannya menjadi sebuah perjalanan ia bertemu dengan seorang pria yang tak pernah ia kenali sebelumnya. Tak hanya bertemu bahkan tawaran untuk menjadi seorang istri bagi seorang Zhao Lian. Seorang putra paling terkaya di China, keluarga ternama dengan aset paling terkaya se-Asia Tenggara.

chap-preview
Free preview
Prolog♡
#Playlist STAY - JUSTIN BIEBER :ON Bola mata manik cokelat itu terlihat manis dengan garis bibir senyuman Qin Fu'er yang baru saja tiba di Shanghai, melepaskan headset miliknya dengan lagu Justin Bieber terbaru dengan melihat pemandangan Bandara Pudong International Shanghai. Seharusnya destinasi pertama yang ia kunjungi adalah Korea dengan jadwal yang tergantikan. Qin Fu'er menuruni pesawat dengan berjalan memasuki bandara, melakukan pemeriksaan dengan beberapa pengecekan petugas bandara. Hanya berlangsung satu jam dengan dirinya membawa passport dan juga visa, dari jauh nama Qin Fu'er tertulis dengan pihak travel yang menunggu dirinya. Melakukan perjalanan seorang diri, modal nekat dengan hanya ditemani pihak travel. "Nona Qin Fu'er?" Tanya seorang pria dengan suara beratnya, memakai topi dengan usianya yang sangat dewasa. Suara itu begitu maskulin dengan Qin Fu'er yang melihat ke sekeliling bandara. "Tuan Ji Li? Travel Xunan Travel?" Tanya Qin Fu'er dengan Ji Li yang mengiyakan. Tak lama Ji Li membantu Qin Fu'er dengan membawa tas koper lalu membawa Qin Fu'er ke mobil travel dengan paket yang Qin Fu'er terima. "Sangat disayangkan jika Nona Qin Fu'er berlibur hanya seminggu disini. Terlebih banyak destinasi wisata yang bagus-bagus untuk di kunjungi," tutur Ji Li dengan tersenyum menjelaskan setiap pemandangan perjalanan dengan Qin Fu'er yang baru saja tiba dan merasakan keindahan Kota Shanghai. Suara kamera terdengar dengan Qin Fu'er yang memotret beberapa pemandangan disana, jendela mobil yang dibiarkan terbuka dengan angin yang mengenai rambut hitam legamnya. Begitu manis dengan kulit putihnya, Ji Li tersenyum dengan respon Qin Fu'er yang menyukai Shanghai di hari pertama kedatangannya. "Apa setelah ini kita langsung ke hotel? Sepertinya masih terlalu sore untuk ke hotel terlebih banyak object yang bagus untuk koleksi foto-fotoku," ucap Qin Fu'er dengan mengajak Ji Li berjalan-jalan. Sayangnya Ji Li memeriksa kertas jadwal untuk Qin Fu'er, paket yang Qin Fu'er terima dari travelnya adalah paket deluxe dengan tourist kelas bisnis. "Maaf sebelumnya, apa Nona Qin datang ke Shanghai untuk kegiatan pertemuan bisnis?" Tanya Ji Li dengan melihat ke belakang, terlebih Qin Fu'er masih sangat muda dengan melakukan perjalanan seorang diri, Wilayah Shanghai sangatlah luas dengan banyak sekali tempat-tempat ramai apalagi Qin Fu'er seorang wanita dengan melakukan perjalanan seorang diri. Qin Fu'er hanya tersenyum dengan mengiyakan, tak mungkin ia berkata jujur walaupun itu dari pihak travel. Kehati-hatiannya dengan orang yang baru saja ia kenal dan ia temui terlebih ini adalah destinasi wisata di negara China. Ji Li sesekali melirik ke arah Qin Fu'er, merasa dirinya memiliki anak perempuan apalagi melihat Qin Fu'er melakukan wisata seorang diri. "Saya harap Nona Qin Fu'er jika ingin keluar hotel bisa menghubungi saya atau pihak travel, biar kami bisa menemani. Apalagi Wilayah Shanghai sangat luas dan juga Nona Qin Fu'er seorang wanita," ucap Ji Li kembali dengan menunjuk beberapa arah menuju hotel yang akan di tuju. Sesekali Qin Fu'er melihat Ji Li. Marga Li dengan keramahannya, sayangnya ia melakukan destinasi wisata seorang diri dengan Qin Fu'er yang antisipasi dengan orang yang baru saja ia temui. Mobil travel dengan memasuki hotel mewah di Wilayah Shanghai, Ji Li membantu Qin Fu'er membawakan tas koper miliknya dengan melakukan paket dengan resepsionis yang seperti Qin Fu'er pesan. "Besok jam delapan pagi kami jemput Nona Qin Fu'er," ucap Ji Li dengan Qin Fu'er yang mengucapkan terimakasih. Saling berpamitan dengan penghormatan dilakukan disana, tak lama resepsionis hotel membawa Qin Fu'er dengan wajah tersenyum, wanita cantik dengan seragam hotel serta suara lembutnya. Melakukan percakapan bahasa inggris bersama Qin Fu'er yang memang Qin Fu'er berasal dari San Diego U.S.A, "Kami sangat berterimakasih Nona Qin Fu'er memilih hotel ini, pelayanan terbaik untuk Nona Qin Fu'er selama menginap disini." Suara lembut itu membuat seorang Qin Fu'er ikut merasakan kenyamanan suasana hotel, hotel mewah dengan dirinya yang melihat beberapa detail design bangunan arsitektur dengan segala kemewahan didalamnya. Sang resepsionis bersama dua staff hotel membawa Qin Fu'er ke kamar dengan pemandangan Shanghai dari atas gedung. Mendapati seorang tamu dari Amerika Serikat, senyuman itu tak terhenti dengan menjamu Qin Fu'er yang memang masih berusia sangat muda. "Jika Nona Qin Fu'er ada kebutuhan lainnya bisa menghubungi lewat saluran telepon dengan nomor yang di sediakan, selamat beristirahat," ucap staff hotel dengan pintu kamar yang terbuka, tak lama Qin Fu'er menutup pintu tersebut dengan kartu platinum ruangan vvip yang ia pesan. Suara pintu kunci dua kali dengan aroma vanilla menghiasi setiap sudut kamar, pemandangan view Shanghai dari ketinggian gedung hotel. Senyuman Qin Fu'er terlihat dengan rambut miliknya yang semilir terkena angin di senja hari. Pemandangan matahari sore dengan view Kota Shanghai, fasilitas kamar dengan kamar mandi yang luas dengan langsung menghadap ke pemandangan Kota Shanghai, ruangan luas dengan private room. Bar mini lengkap dengan golf mini yang di sukai Qin Fu'er. Qin Fu'er menyipitkan mata dengan berjalan memasuki kamar, menari-nari dengan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size, mengambil uang di brankas milik ayahnya yang notabene seorang pengusaha property di Amerika Serikat. Senyuman itu terlihat sinis dengan Qin Fu'er mengeluarkan kartu platinum, "Salah sendiri kenapa ayah selalu bertugas ke luar negri, tak apa jika aku berliburan sendirian dan menghabiskan uangnya, lagipula ayah bisa menciptakan uang yang banyak lagi," bisiknya dengan berguling-guling di atas ranjang besar. Harum aroma vanilla dengan lipatan angsa serta bunga mawar berada di atas ranjang. Jika ayah dan ibunya tahu mungkin Qin Fu'er akan di isi dengan omelan-omelan serta di hukum tak keluar rumah selama seminggu, "Lagipula ibuku sedang bertugas di New York, tak apa jika anaknya berlibur." Masih ada beberapa jam dirinya sebelum makan malam, terlebih hotel mewah ini berada pada bintang enam di Shanghai, review yang bagus diantara hotel-hotel bintang enam lainnya. "Candle light dinner," ucapnya dengan memikirkan filem yang sering ia tonton, sayangnya Qin Fu'er tak pernah memiliki pasangan layaknya filem-filem romantis yang sering ia tonton dan buku yang sering ia baca. Tak lama dirinya beranjak dengan melepaskan beberapa busana yang ia kenakan, memasuki bathtube dengan berbentuk oval, dengan beberapa kelopak mawar serta sabun busa dengan aroma buah-buahan dan juga bunga. Suara shower terdengar dengan Qin Fu'er yang memainkan beberapa busa tersebut sembaring melihat pemandangan Kota Shanghai. Menuangkan segelas wine dengan pandangan dirinya dengan bola mata manik cokelatnya menuruni mata ayahnya. Bola mata yang selalu disukai banyak orang dengan ayahnya yang sebagai pengusaha, bahkan sosial medianya di penuhi pengagum ayahnya dan juga ibunya dengan milyaran follower. Qin Fu'er memanjangkan tangannya dengan memegang segelas bening berisikan wine, wine tahun 1998 dengan aroma yang ia sukai. Tak lama salah satu matanya menyipit dengan berkedip. "Tring," ucapnya dengan celetuk. Biasanya ia sering melihat ayah dan ibunya melakukan pertemuan bisnis dengan saling bersentuhan gelas dengan bunyi gelas yang sering ia lihat. "Kapan ya aku seperti itu, bahkan candle light dinner saja seorang diri. Tak masalah, anggap saja pasanganku pasangan tak kasat mata," celetuk Qin Fu'er dengan mengepak-ngepakkan kedua kakinya layaknya putri duyung seperti kartun-kartun filem yang sering ia tonton. Qin Fu'er memainkan beberapa gelembung busa dengan air yang mengikuti alunan gerakan tangannya, bermain-main dengan jari-jarinya. "Hai Putri Jasmine, oh hai Aladdin, apa kalian sedih melihat seorang Qin berlibur sendiri? Oh Aladdin akan memberikan sejuta pemberian untuk putri pengusaha, oh hahaha iyaya Putri Jasmine, Putri Jasmine ingin berbelanja? Tapi Putri Jasmine sendirian di Shanghai Aladdin, hoho ... jika ayahmu tahu pasti helikopternya mendarat di Shanghai," celetuk Qin Fu'er dengan suara ketawa menggeli dengan bermain-main busa sabun. Suaranya yang berubah-ubah mengikuti suara filem-filem, ini adalah pertama kalinya ia berlibur seorang diri seperti filem boss baby yang ia tonton, senyuman Qin Fu'er terlihat dengan bahagia saat ini. "Apa seorang Qin seperti boss baby, ohhhhh .... ayahmu dan ibumu pasti mencarimu ... hehe, biarkan mereka mencariku," ledeknya dengan masih berendam dengan bermain busa-busa sabun. Tak lama tubuh mungil itu keluar dari bath tube dengan piyama handuk yang ia kenakan, piyama handuk yang tak seperti miliknya, tak seperti bunga-bunga sakura dengan bandana beruang dengan beberapa gambar strawberry, "Handuknya berwarna putih, jika aku menjadi putri dari pemilik hotel ini pasti aku ganti semua handuknya dengan yang maskulin dan yang feminim, sayangnya itu hanya mimpi, mau makan malam jadi harus tampil cantik biar filem yang ku tonton jadi kenyataan," ucap Qin Fu'er dengan berjalan membuka koper miliknya. Mengambil busana yang ia pilih dengan warna senada dengan hiasan rambutnya. Nomor handphone dengan nomor negara China, Qin Fu'er menatap foto wallpaper miliknya dengan nama keluarganya disana, lagipula ia sudah lama ingin berlibur. Tak masalah jika tak ada kabar untuk keluarganya, modal nekat dengan keinginan dirinya. "Seharusnya aku ke Korea dulu habis itu ke China dan India, sayangnya pihak travel hanya memberikanku ke China saja, mentang-mentang wajahku masih terlihat seperti anak kecil," gerutunya pelan dengan kesal disana. Wajah imutnya memang terlihat seperti anak sekolah dengan usianya yang sudah memasuki dunia pekerjaan. Suara handphone terdengar terbanting dengan Daniel mendapati kabar dari asistant kediamannya, mendapati tak ada putrinya dengan kabar seharian tak ada informasi putrinya, panik. Daniel hanya terdiam sesaat dengan baru saja menyelesaikan meeting seharian ini. Daniel Porsecha Vocara, darah inggris dengan menuruni garis darah biru menikahi wanita asal China. Putrinya Qin Fu'er dengan panggilan kesayangannya Danella, tatapan Daniel tak berpindah dengan mendapati kabar putrinya. "Sejak kapan dia tak ada di mansion?" Tanya Daniel dengan tubuh yang gemetar, putrinya tak ada di mansion terlebih istrinya yang sedang bertugas di New York. "Sejak pagi Tuan Daniel, terdapat nomor penerbangan dengan nama Qin Fu'er, tak memakai nama Danella melainkan nama china dengan pesawat menuju China-Shanghai," ucap sang asistant dengan Daniel yang duduk seketika di kursi kerja miliknya. Terlemas dengan kabar yang ia dengar. "Kau tahu dia tak pernah bepergian jauh, kenapa kalian tak bisa menjaganya? Bagaimana jika dia menemui orang jahat, apalagi istriku berada di New York, siapkan helikopternya. Batalkan meetingnya selama dua minggu," teriak Daniel dengan tubuhnya yang melemas, Danella adalah putrinya satu-satunya. Terlebih ia memang tak pernah mengizinkan Danella bermain bebas seperti anak-anak lainnya. "Tapi Tuan, kerja sama dengan dua negara ada pada jadwal anda selama dua minggu ini," ucap sang asistant dengan nada panik. Daniel tak mau tahu, yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya istrinya tak histeris dengan kabar putrinya yang bepergian seorang diri di negara orang, apalagi negara China sangat luas. Qin Fu'er melihat-lihat gedung dengan gaun yang ia kenakan, "whuah, seperti istana disney, seorang putri dengan yang mulia raja yang sedang sibuk bekerja. Ayahku pasti panik, hihi ... biarkan saja, putrinya sedang bersama aladdin dan putri jasmine mau melakukan candle light dinner," bisik Qin Fu'er dengan hiasan bunga yang menghiasi rambut panjangnya yang ia tata dengan curly, mata bulatnya melihat ke beberapa lukisan dengan berjalan seorang diri dengan membawa clutch bermerk milik ibunya. Ia sengaja mengambilnya supaya terlihat seperti ibunya yang notabene wanita dewasa. "Seharusnya aku membawa kamera, tapi tidak elegant jika seorang wanita membawa kamera jika harus melakukan candle light dinner, aku kan melihatnya di filem. Salahkan filemnya yang mengajarkanku seperti itu. Ayah dan ibu juga selalu berpegangan tangan jika sedang candle light dinner." "Oh Daniel cintaku, aku mencintamu ... oh Qin Shi Zhuo, aku pun mencintamu ku ingin memiliki anak lagi untuk adik Qin Fu'er, sangat sempurna jika kasih sayang untukku terbagi," tatapan wajah Qin Fu'er berlanjut dengan datar. "Romantis dengan drama yang membuat ku iri, orangtuaku sempurna jika bermain filem," ketus Qin Fu'er dengan melanjutkan perjalanan dengan menuju restaurant.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook