bc

Diselingkuhi Suami Dinikahi Bos Dingin

book_age18+
27
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
family
HE
drama
like
intro-logo
Blurb

Intan Maharani, terpaksa harus menjadi janda di usia muda. Semua berawal dari perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya dengan sahabatnya sendiri, hingga sahabatnya itu mengandung dari hasil perzinahan mereka. Intan merasa dikhianati dan menggugat cerai Burhan, suaminya. Menjadi janda, Intan terkenal super galak dan jutek. Namun, kegalakannya itu membuat seorang perjaka ting-ting yang merupakan Managernya di sebuah perusahaan, tergoda dengan sosok Intan. Bagaimana kisah mereka nantinya? ikuti terus ceritanya di sini.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
--Happy Reading-- Ting! Terdengar notip pesan masuk dari ponsel Burhan, suami dari Intan yang tergeletak di atas meja makan. Intan yang mendengar hal itu, hanya mengabaikannya. Karena, dia masih menikmati makan malamnya itu. Ting! Bunyi notip pesan masuk beberapa kali kembali lagi terdengar dari ponsel Burhan. Intan jadi sedikit penasaran dengan pesan yang masuk tersebut. Intan pun segera meraih benda pipih itu, kemudian hanya ingin melihat siapa yang mengirim pesan berkali-kali kepada suaminya. "J-jihan?" Intan nampak mengernyitkan keningnya. Ada kepentingan apa, sahabatnya itu mengirim pesan berkali-kali kepada suaminya. Intan pun segera mencoba membuka pesan yang dikirim oleh sahabatnya itu. Arrgh... Intan mendengus kesal, saat ponsel sang suami ternyata menggunakan kata sandi. "Sejak kapan, Mas Burhan mengunci layar ponselnya? Mengapa perasaanku, mendadak tidak enak begini? Pesan apa yang dikirim oleh Jihan untuk suamiku?" brondong pertanyaan di benak Intan. Karena rasa penasaran yang begitu besar, Intan pun mencoba mengotak-atik ponsel Burhan, suaminya dengan memasukkan nomor atau pun nama dirinya dan nama kedua anak kembarnya yang baru berusia enam bulan. Namun, tidak juga ponsel itu terbuka. Di layar ponsel Burhan tertuliskan, ponsel anda telah terblokir, anda salah memasukkan kata sandi sebanyak lima kali, harap menunggu tiga puluh detik kemudian untuk mencobanya kembali. "Ya Allah, diblokir lagi!" ucap Intan sedikit kesal. Karena, Intan tidak kunjung bisa membuka kata sandi ponsel suaminya itu. Ingin rasanya Intan membanting ponsel sang suami yang diam-diam telah berkirim pesan dengan sahabatnya itu. Namun, akal sehatnya masih dia gunakan dan tidak mungkin dia melakukannya. "Positif tinking, Intan Maharani!" gumam Intan pelan, mencoba husnujon kepada suami dan sahabatnya. Klik! Terdengar pintu kamar mandi terbuka lebar, muncul Burhan dari balik pintu hanya dengan memakai handuk kecil yang dililitkan di pinggangnya. Rambutnya nampak basah, sisa tetesan air mengenai wajah dan tubuhnya yang sixpack, layaknya roti sobek. Ketampanan Burhan semakin memancar, kala bertelanjang dadanya seperti itu. Membuat Intan tidak mampu berkedip sambil menelan saliva saat memandangnya. "Tampannya, suamiku!" gumam Intan, sedikit melupakan rasa kesalnya tadi. Burhan tersenyum tipis, lalu mengecup kening Intan dengan lembut. "Jorok sekali sih, kamu!" ucap Burhan usai mengecup kening Intan. Burhan memang kerap kali melontarkan kata seperti itu, saat mendapati Intan yang tengah makan malam tanpa mandi terlebih dahulu. "Biarin!" ucap Intan sambil mengerucutkan bibirnya. Bagi Intan, makan adalah hal yang paling utama. Pasalnya, dia harus bisa memenuhi ASI untuk kedua anak kembarnya yang bernama Dewa dan Dewi. Ya, anak kembar mereka memang berjenis laki-laki dan perempuan. Kedua anak kembarnya yang baru berusia enam bulan itu, memang selalu diberikan ASI oleh Intan. Meskipun dia bekerja sebagai staf karyawan di sebuah perusahaan besar. Namun, dia tetap bisa memompa ASI di jam istirahatnya untuk stock yang di simpan di dalam lemari pendingin di rumahnya. "Jangan lupa mandi! Bau keringat tahu," pesan Burhan yang tidak pernah lupa dia ucapkan, setiap melihat Intan yang lebih mementingkan perutnya dari pada badannya. "Heem..." gumam Intan, sambil menatap Burhan yang semakin menghilang dari balik dinding kamarnya. Baru beberapa saat Burhan pergi, dia pun kembali dengan secepat kilat, membuat Intan pun tersentak kaget. Karena, Burhan masih belum berganti pakaian. "Kenapa? Kok, balik lagi?" tanya Intan sambil membereskan piringnya yang sudah licin tak bersisa. "Ini, aku lupa ponselku," sahut Burhan, sambil berlalu pergi. "Tunggu, Mas!" panggil Intan, menghentikan langkah Burhan yang hampir menghilang dari balik dinding ruangan makannya. Intan pun segera berjalan mendekat ke arah Burhan, berbarengan dengan Burhan yang membalikkan badannya ke arah Intan. "Ada apa?" tanya Burhan singkat. "Tumben, ponsel kamu sekarang pakai kata sandi, Mas," ujar Intan sambil memindai mimik wajah Burhan. "I-tu, a-anu..." Burhan nampak kesulitan bicara. "Ngomong yang jelas, Mas! Itu, anu, apa?" Intan mulai curiga, saat melihat wajah Burhan yang nampak gugup dengan suara tertahan terbata. Burhan pun mencoba menghilangkan rasa gugupnya, dengan menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. "Privasi, Tan," sahut Burhan sekenanya. "Kenapa memangnya, Tan? Kamu buka-buka ponsel Mas, huh?" tanya Burhan sedikit emosi. Dirinya nampak sedang menutupi rasa bersalahnya. Intan menatap tajam ke arah Burhan, sambil berkacak pinggang. "Privasi? Apa aku nggak salah dengar, Mas?" Burhan hanya menggeleng-geleng kepala pelan, hanya itu yang bisa dia lakukan. "Untuk apa pakai diprivasi segala, Mas? Memangnya ada rahasia apa di dalam ponselmu, Mas?" tanya Intan terus mencecar. "T-tidak ada rahasia apa-apa, Tan." Wajah Burhan semakin panik dan jantungnya sedang tidak baik-baik saja. "Apakah aku boleh tahu apa kata sandi dalam ponselmu itu, Mas?" "U-untuk apa, Tan?" tanya Burhan terbata, sambil melihat layar ponselnya yang ternyata ada lima pesan baru yang masuk. Tertera nama pengirimnya adalah Jihan. "Jihan!" gumam Burhan dalam hatinya. Intan yang terus memindai tingkah berbeda suaminya, nampak tersenyum miris di balik rasa penasaran yang ada di hatinya. "Memangnya nggak boleh ya, kalau seorang istri tahu nomor sandi ponsel suaminya?" Intan berbicara dengan sedikit emosi. "B-boleh, Tan. T-tapi, untuk apa?" Burhan benar-benar terjebak dalam posisi tidak aman. Jika dia berikan kata sandinya saat ini, dia belum menghapus panggilan dan pesan chat di ponselnya dari Jihan. Sedangkan, jika dia tidak memberikan kata sandinya sekarang, dia khawatir Intan akan mencurigainya. "Bukan untuk apa-apa, sih. Aku pingin pinjam sebentar saja." Intan tidak mau berpikiran yang tidak-tidak dulu terhadap suaminya. Dia ingin berbaik sangka, agar pikirannya tenang. Burhan memicingkan matanya ke arah Intan, mencari sesuatu dari iris mata Intan yang berwarna coklat. "Kamu 'kan punya ponselmu sendiri, Tan. Batrey ponselku sepertinya lowbet. Tadi, aku lupa mencargernya," kilah Burhan mencari alasan. "Pelit!" cicit Intan nampak kesal. "Sudahlah. Tan! Nanti saja aku kasih tahu kata sandinya. Sekarang, aku mau carger dulu ponselnya," alasan yang paling tepat untuk menghindar. Dengan cepat, Burhan pun segera meninggalkan Intan yang masih begitu kesal. "Tapi..." ucap Intan tertahan di tenggorokkan, saat sang suami sudah melangkah jauh masuk ke dalam kamarnya. "Aish... menyebalkan!" *** Intan baru saja selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Dia pun melihat Burhan, suaminya sudah mengenakan baju piyamanya dan menyantap makanan yang sudah disediakan oleh asisten rumah tangganya. Ya, sejak Intan melahirkan kedua anak kembarnya. Semua pekerjaan rumah tangga diserahkan kepada asisten rumah tangganya. Karena, Intan cukup kerepotan mengurusi kebutuhan bayi kembarnya. Bisa dibayangkan cape dan repotnya seorang ibu yang baru pertama kali melahirkan dan langsung memiliki dua anak kembar. Intan tidak ingin kedua anak kembarnya meminum s**u formula. Maka dari itu, dia rela memompa ASI untuk disimpan di lemari pendingin sebagai stock. Jika dia bekerja, si kembar tetap bisa meminum ASI yang sudah dihangatkan oleh pengasuhnya yang menjaga si kembar. Alhamdulilah, ASI miliknya melimpah ruah. Jadi, dia pun tidak kekurangan stock ASI untuk si kembar. Meski di rumah di sedot langsung dari yang mpunya oleh si kembar. Namun, setelah disedot, dia pun masih bisa memompanya. Menurut ilmu kedokteran, semakin sering ASI di pompa, semakin banyak pula ASI yang ke luar. Ibarat sebuah sumur air, semakin sering sumur digali, semakin banyak air yang ke luar. Burhan menatap lekat istrinya yang hanya memakai handuk untuk menutupi aset berharganya. Rambut Intan yang digelung menggunakan handuk kecil, semakin memperjelas jenjang panjang lehernya yang putih mulus. Burhan pun menelan salivanya, disela makannya. Intan terkekeh geli, melihat wajah suaminya yang nampak melongo membentuk angka nol. "Jangan melongo, Mas! Nanti kemasukan tahi cicak," celoteh Intan disela kekehannya, kemudian segera pergi meninggalkan Burhan yang masih bergeming menatapnya. Intan sedikit melupakan pesan yang tadi dikirim sahabatnya kepada suaminya. Hingga dia pun segera berganti pakaian tidurnya, lalu menyapa kedua anak kembarnya yang sudah tertidur pulas di dalam kasur bayinya. "Waah... anak kesayangan Mama, sudah bobo," ucap Intan sambil membenamkan kecupan di pipi mereka. *** Hampir pukul tiga pagi, Intan terbangun dari tidur nyenyaknya. Karena, mendengar suara tangis dari kedua anak kembarnya. Dia pun segera membangunkan Burhan untuk membantu melihatnya. "Mas, bangun! Si kembar nangis. Ayo, bantu aku!" Intan pun segera turun dari atas ranjangnya, lalu mengechek kondisi popok bayi kembarnya. Barang kali mereka pup atau popoknya sudah penuh, jadi mengganggu kenyamanan tidur mereka. Burhan pun segera turun dan mengekori Intan untuk menenangkan tangisan si kembar, Dewa dan Dewi. "Oh, ternyata popok kalian sudah penuh," kata Intan, setelah memeriksa popok kedua bayinya. "Ah, cuma ganti popok saja, kamu ganggu tidurku, Tan," oceh Burhan sambil balik kanan ke arah tempat tidurnya. "Aissh... suami macam apa kamu, Mas? Apa salahnya, kalau aku meminta bantuanmu? Semenjak bayi kita lahir, aku perhatikan sikapmu berubah, Mas." Intan kadang merasa, kadar cinta suaminya itu berkurang semenjak dia melahirkan kedua anak kembarnya. Padahal, di dalam biduk rumah tangga yang sudah memiliki anak, seharusnya suaminya itu lebih perhatian, lebih cinta, lebih sayang dan lebih dekat dengan dirinya dan kedua anak kembarnya. Burhan mengacuhkan ocehan Intan, dia pun menulikan pendengarannya. Meskipun dengan sangat jelas, dia mendengarnya. Intan pun segera mengganti popok kedua bayi kembarnya, agar kembali tidur nyenyak. Selesai kembali menidurkan kedua anak kembarnya, dengan memberikan ASInya, Intan pun kembali ke atas ranjangnya dan mencoba kembali tidur, namun tidak kunjung terpejam. Pandangannya menerawang ke atas plafon rumahnya, yang dihiasi lampu yang menggantung. Disaat dia pun sudah mulai bisa memejamkan matanya, indra pendengarannya menangkap sang suami yang sedang mengigau menyebut nama sahabatnya dengan suara yang parau sambil mengeerang. "J-jihan... " Deg! Jantung Intan tersentak kaget, meskipun dia sayup-sayup mendengar nama Jihan disebut dalam mimpi suaminya. Hikks.... Air mata Intan tidak terasa, tiba-tiba saja menetes tanpa permisi di pipinya. Dia pun membungkam bibirnya, dengan kedua telapak tangannya agar Burhan tidak mendengar suara tangisannya. "Apakah kamu selingkuh dengan Jihan, Mas? Mengapa kamu tega menghianatiku, Mas? Dia itu sahabatku, Mas. Kejamnya kamu, Mas." Intan bertanya dalam hatinya, sambil menatap Burhan dengan derai air mata yang menahan perih dan sakit di hatinya. --To be Continue--

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

SESAL (Alasan Menghilangnya Istriku)

read
13.0K
bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
11.8K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
29.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.6K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
146.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook