bc

Just Say You Won't Let Go!

book_age18+
443
FOLLOW
1.4K
READ
HE
curse
blue collar
drama
bxg
loser
detective
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Salma Pangesti - 27 tahun. Merasa bahwa hidupnya sudah sempurna di umurnya yang hendak mencapai kepala 3, kecuali masalah soal orang tuanya yang mendesak dirinya untuk menikah tentu saja. Dia sudah terbiasa hidup dengan banyak pria di sekelilingnya dan sekarang orang tuanya memaksa dia untuk terjebak dalam ikatan bernama pernikahan kemudian membiarkan dirinya menghabiskan sisa hidupnya bersama satu orang pria? Are you kidding me? Hidupnya pasti akan sangat membosankan jika hal itu terjadi. Baginya cinta itu untuk bersenang-senang, bukan ajang menyiksa diri dengan menyerahkan seluruh sisa hidup kita pada satu pria.

Sampai suatu ketika mamanya memohon padanya untuk menemui pria pilihan mama sekali saja, dengan syarat jika Salma merasa tidak cocok, orang tuanya akan berhenti mendesak Salma untuk menikah dan menerima pilihannya untuk tetap sendiri.

Sampai Salma bertemu dengan Ardan. Pria yang membantunya di bar, juga pria yang berhasil memikat Salma hanya dengan senyum manisnya. Salma tak tahu bahwa malam yang singkat itu akan menjadi cerita panjang untuk hidupnya.

Ketika Salma berusaha menjauh dari kemungkinan-kemungkinan untuk bersama Ardan bagaimana jika semesta sudah berkonspirasi untuk menyatukan mereka berdua?

chap-preview
Free preview
S A T U
Dentuman musik yang memekakan telinga sama sekali tak mengganggu pendengaran Salma. Badannya terus bergerak mengikuti iringan musik sambil sesekali kakinya menghentak ke lantai dansa mengikuti tempo ritme sang DJ. Beberapa pria yang menikmati keindahan tubuhnya berusaha mendekat, ikut menari di sampingnya. Salma tak peduli. Perempuan itu tetap menggerakkan tubuhnya meskipun dikelilingi predator yang siap untuk menerkamnya. Ketika tubuhnya terus bergerak mengikuti tempo iringan sang DJ, tiba-tiba perutnya bergejolak, merasakan sesuatu yang tak enak. Salma buru-buru meninggalkan lantai dansa, berlari ke arah toilet. Brak! "s**t!" Salma mengumpat ketika tubuhnya tak sengaja menabrak tubuh seseorang yang tak dikenalnya. Akibat benturan itu dia tersungkur ke lantai, terjembab dengan keadaan telungkup. "Maaf, saya gak sengaja." Tersangka itu-orang yang menabrak Salma mengulurkan tangan, berusaha untuk menolong. Namun, tangan itu segera ditepis oleh Salma, mengisyaratkan bahwa dia tak butuh bantuan orang itu. Salma berusaha berdiri dengan tubuh sempoyongan. Tangannya bertumpu pada dinding yang digunakan sebagai alat bantu untuk menopang tubuhnya. Bahkan kini kakinya tak kuat untuk berdiri tegak. Salma berhasil berdiri. Perempuan itu hendak meneriakkan protesnya, memaki orang yang telah menghalangi jalannya. Namun, perutnya yang sedari tadi merasakan gejolak aneh berulah. Salma berusaha sekuat tenaga untuk menahan sesuatu yang hendak keluar dari mulutnya. Namun terlambat, cairan itu berhasil lolos dari tenggorokannya dan mengotori lorong lantai. "Astaga! Anda tidak apa-apa?" Sosok itu mendekat, menurunkan tubuhnya untuk membantu Salma. Siluet tubuh tegap yang Salma yakini milik seorang pria itu membantunya. Memijit belakang tengkuknya. "Gak papa, muntahin aja semuanya, soal lantai bisa dibersihkan nanti." Pijitan lembut itu berhasil membuat apa yang mengganjal di perut Salma berhasil keluar dalam bentuk cairan putih menjijikan. Salma mengusap sudut bibirnya dengan tangan kirinya yang bebas, berusaha menghilangkan jejak muntahan itu dari bibirnya. "Pakai ini saja." Lagi-lagi Salma dibuat mematung dengan perlakuan pria itu kepadanya. Lama Salma hanya memandangi tangan yang mengulurkan sapu tangan itu padanya. Dengan ragu tangannya patah-patah mengambil kain itu. Mulutnya berbisik lirih mengucapkan kata terima kasih. "Kalau gitu saya balik duluan." Baru beberapa langkah kaki itu menjauh Salma berteriak memanggilnya. "Tunggu." Sosok itu berbalik, kembali menghadap Salma. Bibirnya yang terus mengembang memperlihatkan senyum termanis yang pernah Salma lihat hampir saja membuat hati Salma goyah. "Boleh saya tau nama Anda?" tanya Salma. Kembali bibir itu melengkung lebih lebar dari sebelumnya. Pria itu menjawab, "Saya perlu menyimpan jawaban atas pertanyaan Anda kali ini. Jika memang berjodoh, kita akan bertemu lagi dan saya akan menjawab pertanyaan Anda." Setelah itu, pria itu berbalik meninggalkan Salma yang mematung mendapat jawaban yang sama sekali tak pernah dia duga sebelumnya. Salma tersenyum miring. Selama ini dia telah lama dikenal sebagai predator pria nomor satu di bar ini. Tak ada satu pun pria yang bisa menolak pesonanya. Bahkan tanpa diminta pun pria akan datang padanya, memohon untuk bisa berbicara dengannya. Namun, hari ini pria asing itu berhasil membuat Salma merasakan sesuatu yang terasa seperti "penolakan". Salma menggeleng, dia tidak boleh merasa seperti ini, apapun caranya dia harus bertemu dengan pria itu dan membuat pria itu bertekuk lutut di hadapannya. Memang apa kelebihannya sampai bisa membuat Salma merasakan hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Seumur hidup tidak ada pria yang berani begitu padanya dan apa yang dilakukan oleh pria asing tadi? Dia mencoba menarik ulur dirinya supaya terlihat keren di matanya? Bah! Tidak mempan. Salma memutuskan untuk membereskan kekacauan yang dia buat. Dia memanggil petugas kebersihan bar dan memberi tip padanya untuk membersihkan hasil muntahan dari perutnya tadi. Salma kembali ke lantai dansa, matanya diam-diam mencari sosok pria tadi. Jauh di dalam lubuk hatinya memang masih tersimpan rasa penasaran terhadap pria itu dan dia ingin menyelesaikan masalah itu. Berhasil! Matanya berhasil menangkap sosok pria itu. Salma memperhatikan pria itu yang tengah duduk di sofa dikelilingi teman-temannya yang terlihat sudah terpengaruh oleh alkohol. Sementara dia sendiri masih terlihat bugar. Sepertinya dia tak menyentuh minuman laknat itu barang setetes pun. Cih, dasar cupu! Salma memberanikan diri melangkah mendekati kumpulan pria itu. Dengan gaya angkuhnya Salma berhasil mendekat dan berdiri di depannya. Tatapan mata mereka bertemu ketika kepala pria itu mendongak. Lagi-lagi senyuman itu membuat salah satu bagian tubuh Salma bedetak lebih kencang. Begitu saja, tanpa aba-aba sama sekali. Berkali-kali Salma mencoba meredakannya, menguatkan hatinya, tetapi bukannya mereda, debaran itu malah semakin kencang. "Hai, ada apa?" sapa pria itu tanpa menghilangkan senyuman manis dari bibirnya. Salma berdeham pelan, usaha untuk menetralkan detak jantungnya. "Saya perlu bicara berdua." Bisik-bisik lirih dari teman-teman pria itu terdengar, mengganggu pendengaran Salma. "Gila lu Dan! Sekali ke bar langsung bisa dapet cewek cantik." Salma memutar bola mata malas mendengar kalimat-kalimat heboh yang teman-teman pria itu lontarkan. Salma sengaja menunjukkan gelagat bahwa dia tak sabar menunggu pria itu menyudahi obrolannya dengan temannya dan untungnya pria itu mengerti dan membawa Salma menjauh dari kerumunan teman-temannya. Pria itu membawanya ke sudut bar yang tak banyak dilewati orang. Kemudian dengan tatapan matanya yang teduh dia bertanya. "Ada apa?" Salma menggeleng, dia juga tidak tahu apa yang mau dikatakannya pada pria ini. Spontanitasnya membuat dia terlihat bodoh sekarang. "Tidak ada, saya hanya spontan mendekat dan mengajak Anda tadi." Bukannya merasa keberatan karena telah membuang waktunya untuk hal yang tidak jelas, pria itu malah kembali menunjukkan senyuman manis andalannya. "Sayangnya saya butuh alasan untuk tindakan Anda tadi. Oh, maksud saya, saya tidak menerima mentah-mentah hal yang membuat waktu saya terbuang sia-sia untuk hal yang tidak jelas." Salma menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, maksud Anda, saya mengganggu dan membuang-buang waktu Anda yang berharga, begitu?" Pria itu menaikkan sebelah bahunya. "Bukankah sudah jelas?" "Nama. Saya perlu tau nama Anda." "Bukannya saya sudah bilang tadi kalau memang berjodoh ...." "Hentikan omong kosong itu! Saya tidak percaya yang namanya kebetulan, jodoh, atau apa pun itu." Pria itu tersenyum. "Baiklah, jadi kenapa Anda sebegitu penasarannya dengan nama saya?" Salma diam. Dia juga tidak mengerti kenapa dirinya harus melakukan hal yang sangat bertolak belakang dengan kebiasaannya. Tidak biasanya dia melakukan hal bodoh dan konyol seperti ini di depan seorang pria. "Oke, lupakan saja hal itu. Bagaimana kalau kita menari bersama?" ajak pria itu sambil mengulurkan tangan pada Salma. Dengan ragu Salma membalas uluran tangan itu, menerima saat pria itu membawanya ke lantai dansa. Secepat kilat badan mereka berdua melebur bersama hentakan musik yang memekakan telinga. Dengan luwes badan Salma bergerak, tanpa sadar tubuhnya sudah sedekat itu dengan pria asing itu. Salma menoleh, menatap mata pria itu yang memandangnya dengan sorot mata teduh. Untuk pertama kalinya, Salma memperlihatkan lengkung senyumnya pada seorang pria dan lebih dulu mendekatkan bibirnya untuk menyentuh bibir pemilik senyum manis yang berhasil membuatnya terpana berkali-kali. Mereka berdua berciuman di tengah-tengah lautan manusia yang sibuk menghentakkan tubuh, mencari pelampiasan atas urusan dunia yang rumit. Tak ada yang peduli bahkan ketika ciuman panas itu mulai berlanjut dan tak terkendali. Siapa yang peduli disaat seperti ini? Tak ada. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.5K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.2K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K
bc

Ayah Sahabatku

read
20.8K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook