bc

Forever One

book_age18+
131
FOLLOW
1K
READ
drama
comedy
sweet
humorous
heavy
like
intro-logo
Blurb

Diarra berpacaran dengan Rey, lelaki yang dia kenal dari akun game, dia merasa cocok dan sangat menyayangi Rey. Hubungan mereka awalnya baik-baik saja sampai Diarra harus memilih lelaki yang dijodohkan dengan orang tuanya atau cinta pertamanya.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Cerah berawan, membuat gadis yang bernama Diarra Amalia menghentikan sejenak aktivitasnya, merengganggkan tubuhnya dari ketegangan melihat layar komputer. Bekerja di perusahaan sebagai designer product membuat dia harus mengenakan kacamata dan bersiap dengan lelahnya duduk menatap layar. “Diarra, ini harus di revisi, pakai huruf C bukan K.” Dia duduk kembali, menghela nafas setelah atasannya menyuruh revisi. Beginilah setiap hari, dia menggambar, membuat, revisi ratusan kali, baru selesai. Jam dua belas siang adalah waktu yang dinanti Diarra, dia ingin beristirahat, menikmati makan siangnya. Teman sekantornya semua kebanyakan perempuan yang telah bersuami, mereka terbiasa menjodohkan Diarra dengan berbagai lelaki. Sayangnya, Diarra perempuan pemilih, harus begini begitu. Wangi, tampan, bersih, alisnya harus tebal dan menyambung, belum lagi dia suka lelaki yang terlihat cool. Banyak memang, tetapi kebanyakan bukan tipe Diarra. Baru saja sampai kantin, dia melihat sekumpulan pegawai ibu-ibu yang biasa rumpi menjodohkan dia, Diarra menghentikan langkahnya, memilih berbalik dan kabur. Sudahlah, biar makan siang hari ini terlewati, dia hanya ingin sendiri. Diarra kembali ke ruang kerja yang kosong, sebagai satu-satunya product designer, dia memiliki ruangan sendiri. Diarra merasa bosan dan memilih install game yang sedang hits saat ini. Game itu membuat dia ketagihan, apalagi role play nya yang tidak membosankan. Bunyi notifikasi membuat dia menghentikan permainan gamenya dan membaca pesan dalam game itu. Seorang lelaki, dari fotonya sudah membuat Diarra terpikat, alisnya tebal pastinya. Rey, nama akun lelaki itu, singkat namun memikat Diarra. Entah apa yang di pikiran Diarra, dia memberikan nomor ponselnya kepada Rey. Rasanya familiar saat menatap wajahnya. Rey tinggal di Medan, sedangkan Diarra tinggal di Surabaya, jarak yang jauh namun tak membuat Diarra menyerah. Obrolan mereka berlanjut hingga satu bulan lamanya, Diarra merasa cocok dengan Rey yang selalu jujur dan terbuka, bahkan mereka saling bertukar foto. Sampai suatu hari Rey menanyakan apa boleh dia mencintai Diarra. Gadis itu tersenyum sendiri membaca chat dari Rey, cinta? Kenapa tidak? Rasanya baru kali ini Diarra mau membuka hatinya kepada seorang lelaki setelah dua puluh dua tahun lamanya. Diarra belum pernah berpacaran sekalipun. Diarra belum pernah berpacaran sekalipun, dia bahagia mendapati pacar seperti Rey yang selalu perhatian dan menanyakan kabarnya. Jarak mereka yang jauh hanya saling bertukar foto, terkadang video call dan saling bertukar pesan suara. Meski belum pernah bertemu, anehnya Diarra merasa nyaman dengan Rey. Dia merasa Rey satu-satunya lelaki yang mau menerima dia apa adanya. Lelaki yang bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. Sore hari di Surabaya, senja mulai nampak, Diarra membereskan tas dan memasukkan ponselnya, hari yang cukup melelahkan hanya duduk memandangi layar sembari berkolaborasi dengan warna. Rey seperti bagian warna dalam desain yang dia buat, akhir-akhir ini wajahnya bersinar cerah meski tubuhnya merasa lelah. Beberapa orang kanto memuji hasil desain Diarra yang tidak ada revisi satupun, seolah Diarra menjalani hidup yang lebih bersemangat. “Pulang Dir?” tanya bu Ine, salah satu senior staff bagian keuangan. “Iya, pulang duluan bu, mau jalan-jalan ke alun-alun nanti sore,” ucap Diarra. “Dir, kamu saya perhatikan kaya ada yang baru ya ... apa ya tapi,” ucap bu Ine. Beliau memperhatikan Diarra dengan seksama, gadis di hadapannya, nampak lebih cantik, bahkan ada lipstik di bibirnya. “Apa ya bu? Kayanya saya sama aja?” tanya Diarra bingung. Dia memperhatikan dirinya pada kaca di hadapannya, dalam pandangannya, semuanya sama tidak ada yang berbeda, dia masih Diarra yang dulu. Hanya saja kulit wajahnya lebih glowing karena rajin perawatan, semenjak memiliki pacar, Diarra lebih memperhatikan dirinya, karena Rey sering meminta fotonya. Wajar, pacaran jarak jauh, bagaimana lagi mempererat hubungan selain saling bertukar foto kegiatan, belum lagi Rey mereka belum pernah bertemu. Dira, nama yang sering disebut-sebut oleh bu Ine, nama Diarra katanya tidak nyaman di lidahnya, Dira nama anak gadis pertamanya yang meninggal saat lima tahun, itulah kenapa bu Ine suka sekali memanggil Diarra dengan Dira. “Kamu lebih cantik, itu pipi kamu glowing, berkilau gitu, pakai perawatan apa?” tanya bu Ine sembari membantu Diarra merapikan berkas yang akan Diarra bawa pulang. “Ah masa sih bu, kayanya enggak, kemarin cuma coba ke klinik perawatan itu bu,” ucap Diarra sedikt malu. “Wah boleh dong Dir saya ikut kalau facial,” jawabnya cepat. Diarra tersenyum mengangguk. “Hari ini ibu dijemput suami atau mau bareng sama saya?” tawar Diarra ramah. Sudah terbiasa Diarra mengantar ibu Ine, jarak rumahnya dengan bu Ine tidak jauh, hanya berbeda satu kilometer. Diarra biasa mengantar bu Ine pulang, karena terkadang suaminya lembur. Ibu Ine mengacungkan jempolnya, sumringah wajahnya kembali keluar. Mereka sudah sangat akrab seperti ibu dan anak. Semenjak Diarra bekerja di perusahaan kosmetik dan menjadi graphic designer, dia sangat akrab dengan bu Ine. Meski bekerja di perusahaan kosmetik, tetapi Diarra bekerja di belakang meja, dia jarang sekali menggunakan make up. Baru kali ini sejak launching lipstik warna baru dia mencobanya, memberikan foto selfie menggunakan lipstik itu kepada Rey dan pacar ‘virtual’ nya itu mengatakannya cantik. Diarra senang mendengar kata cantik dari Rey, lelaki itu manis dan tampan. Perhatian, suka sekali menanyakan kemana dan sedang apa Diarra. Terkadang timbul rasa bosan, tapi timbul lagi rasa cinta. Diarra juga belum tau, bagaimana masa depan hubungan dia dengan Rey, tetapi yang jelas Diarra yakin, Rey pasti menepati janjinya, menjemput Diarra untuk ke pelaminan. “Dir, kamu masih jomblo?” tanya ibu Ine. Diarra tersenyum mendengar pertanyaan ibu Ine saat berada di tengah jalan menembus kemacetan. Motor scoopy yang baru saja Diarra beli sebulan yang lalu mulai terlihat berdebu, biasa, malas mencucinya. Hanya kaca spion yang berkilau. “Sebenernya engga si bu, saya punya pacar,” ucap Diarra. Ibu Ine shock mendengarnya, ini rekor! Diarra akhirnya melepas status jomblonya. Ibu Ine menjadi penasaran, siapa lelaki yang bisa meruntuhkan pertahanan Diarra. Bu Ine sering menjodohkan Diarra dengan keluarganya, termasuk anak laki-lakinya Aldo, tetapi Diarra tidak mau. “Boleh dong ketemu pacar kamu, penasaran dia kaya gimana orangnya,” ucap bu Ine. Diarra hanya tersenyum mendengarnya. Sayangnya untuk saat ini dia belum bisa pamer kekasih dengan siapapun. Masalahnya Rey sangat jauh, bukannya tidak mau memamerkan, kebanyakan orang pasti berpikir bahwa berpacaran berkenalan dengan via sosial media pasti akan berakhir buruk. Pandangan negatif itu masih ada. “Nanti ya Bu, kalau pas ketemu.” Diarra berusaha menjawa senetral mungkin, tidak mau sampai siapapun tau jika dia dengan Rey berkenalan dari akun game. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook