bc

Spy Academy

book_age16+
1.0K
FOLLOW
4.6K
READ
adventure
stalker
FBI
DDLG
sporty
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

[16+]

SELESAI

JANGAN LUPA KLIK LOVE SEBELUM MEMBACA.

"Kau." Profesor Gamma berdeham sedikit, lalu melanjutkan kata-katanya yang sempat terputus tadi, "aku akan bertanya langsung saja. Apa kau belajar memblokir pikiranmu?"

Dari Profesor Gama untuk Sara

"Kau tau? Gracilda yang memegang sabuk hitam di karate. Sekalipun laki-laki yang mengalahkan dia aku akan sangat terkejut .." Katanya terpotong helaan nafas, "Tambahan lagi kau .. kau adalah siswa baru, di sekolah ini."

Arga untuk Sara.

Sara memang pendiam. Tapi menurutnya, orang pendiam seperti dirinya tidak bisa tidak melakukan banyak hal. Sara pembaca pikiran dan juga baik dalam bertarung. Memegang senjatapun bisa saja menjadi baik.

Banyak yang mengatakannya aneh karena Sara memiliki beberapa kepribadian di tubuhnya. Tapi itu tidak dilarang di spy academy. Menjalankan misi dengan Sara dan kepribadiannya cukup menyenangkan.

Jadi, apa kalian masih mau berkenalan dan berpetualang bareng Sara, Arga dan teman-teman lainnya di Spy Academy?

TAP LOVE DULU.

chap-preview
Free preview
Sara Clayer
Sebelum baca cerita ini lebih lanjut, aku kasih cara bacanya yah, jadi yang berperan 'aku' di tiap chapter-nya adalah nama yang tertera di judul. Yang menjadi lawan bicara biasanya orang yang sebelumnya di ceritakan. Atau orang yang di biasanya di panggil oleh si aku. Jadi jangan sampai bingung dengan cerita ini. Kalau masih bingung bisa langsung tanya aja ya. ------------------------------------------- Pagi ini aku sedang membereskan dan menata tempat tidurku yang sempat berantakan karena pekerjaanku sewaktu tidur. Ini sedang musim dingin. Maka dari itu aku baru bangun jam 9 pagi. Berbeda dari biasanya. Aku biasanya bangun lebih pagi daripada hari ini. Hanya saja, musim dingin membuat gravitasi tempat tidurku lebih kuat daripada biasanya. Dan magnet ditubuhku seakan tengah tarik menarik dengan selimut milikku. Seakan tidak mau lepas dan tidak mau aku tinggalkan. Cuacanya semakin sangat dingin hari ini. Kemarin suhunya mencapai 14°C dan sekarang menjadi 10°C. Dan lebih dingin lagi jika malam hari. Untuk suhu hari ini memang belum seberapa karena baru memasuki musim dingin. Entahlah pertengahan musim dingin nanti bagaimana. Sebenarnya sudah biasa seperti ini. Aku bahkan menyukai musim dingin. Dingin, lembab dan sejuk. Tapi kebanyakan orang tidak menyukai hal yang aku sukai. Ya, semuanya tergantung pada dirinya masing-masing. Setiap orang berbeda. Kesukaannya pasti tidaklah sama. "Saraaaaaa." Aku kenal teriakan melengking itu. Emma. Sudah pasti. Temanku dari aku kecil. "Sara Sara, kau harus tau," katanya loncat ke tempat tidur yang baru saja aku selesai bereskan Sebenarnya ingin sekali mengomelinya. Hei. Itu baru saja aku bereskan. Tapi tidak bisa. Wajahnya terlalu terlampau bahagia. Tidak baik merusak kebahagiaan orang. Apalagi ini masih pagi. Jadi aku hanya diam menantikan kelanjutan pembicaraannya. "Spy Academy sudah menerima siswa baru," katanya, "kita 'kan sudah 15 tahun. Ayo kita ikut mendaftar." Katanya dengan semangat "Kau gila?" Kataku sambil menepuk-nepuk bantal agar tetap seperti bentuk aslinya Aku melihat senyumannya perlahan luntur. Dan menjadikanku gemas ingin mencubitnya. Tahan Sara. "Cukuplah Sara. Kau hanya mengeluarkan 2 kata tapi sangat menusuk." Kata dia sambil memegangi dadanya seolah benar-benar tertusuk dengan kata yang keluar dari mulutku "Lalu?" kataku semakin singkat "Sekarang hanya satu." Bibir bawahnya maju seakan mencemooh omonganku. Lihat betapa menggemaskannya dia. Harus bagaimana aku? Memang seperti ini. Aku tidak bisa berbicara lebih dari 10 kalimat. Dan kata ayahku itu cocok untukku yang pendiam ini. Tidak banyak bicara dan banyak bertindak. Mungkin dengan kebiasaan aku pasti bisa berubah. Tapi entahlah. Sampai saat ini tidak banyak yang berubah dari hidupku. Masih seperti ini dan ya, hanya seperti ini. "Ayolah kita ikut mendaftar." Serunya semangat Aku menarik nafas dan membuangnya kasar. Harus apa lagi? Bisa apalagi? Aku menuruti permintaannya karena ia telah mendapat izin dari Ibuku. Sebelum hari ini dia sudah menjanjikan sesuatu pada ibuku. Tapi aku baru tau jika itu berhubungan dengan ini. Aku tidak seperti orang pada umumnya. Aku hanya bisa diam dengan semua orang. Hanya berkata seperlunya. Dan berbicara banyak jika orang itu membuatku cukup nyaman. Nyaman dalam arti nyaman berbicara apa saja. Termasuk orang seperti Emma yang dengan bangganya membuatku ingin terus mengomel. Mungkin aku adalah pendiam tapi aku bisa melakukan segala hal. Emma teman kecilku mengetahuinya. Aku ahli berkuda, sedikit ahli memegang pedang, sedikit bisa memanah dan berkelahi. Tidak ada yang menyangka memang. Aku pun awalnya begitu. Tapi akan terbiasa setelahnya. Meskipun aku pendiam bukan berarti aku tidak bisa melakukan banyak hal bukan? Aku mengantri di hari pertama. Orang yang mengantri cukup banyak. Dan Emma merengek ketika melihat no antriannya yang sepertinya hanya akan membuatnya lelah. Ia mendapat no antrian 610 dan aku 607. Aku sedikit lebih cepat dari dia. Karena memang sekolah ini adalah sekolah yang dinanti-nantikan anak-anak seperti Emma -bukan sepertiku- antriannya masih panjang. Cukup banyak orang yang ingin masuk karena penasaran. Banyak orang lagi yang ingin masuk karena katanya fasilitasnya tidak ada dimana-mana. Dan ya, mungkin aku dan Emma akan masuk tiga hari setelah hari ini. Dan ternyata benar saja, hari ini hari ketiga pendaftaran sekolah ini diselenggarakan. Sudah pulang ke rumah, mandi, makan dan masih harus mengantri membuatku mual seketika. Aku mulai pusing mendengar apa yang mereka pikirkan. Oh aku belum bilang? Aku ini seorang mind reader. Tidak banyak yang tau. Hanya ayah dan Emma tentu saja. Aku tidak memberitahu ibuku karena rasa tidak enak ku pada ibu. Hubunganku tidak sedekat itu. Aku juga sangat jarang berkomunikasi dengannya. Bahkan aku sampai lupa bahwa aku masih punya ibu yang sibuk bekerja di club malam. Berangkat malam saat aku tidur dan pulang saat aku bermain di luar. Aku kaget pada awalnya mengetahui bahwa aku ini mind reader. Yang seperti aku katakan, semua akan terbiasa ketika kita mulai membiasakannya. Tapi ya, harus bagaimana lagi. Ini adalah warisan yang ayah turunkan. Emma terus merengek karena tau aku tiga orang lebih cepat darinya. Ya semua orang tau bahwa setiap orang yang masuk ke sekolah ini tidak bisa keluar seenaknya tanpa perizinan. Dan jika sudah masuk, mereka tidak pernah terlihat keluar lagi. Mungkin itu baik untukku karena aku memang ingin selalu ada di rumah yang dimana tidak ada siapa-siapa. Termasuk ibu. Okay. Aku mengalah. Aku mengeluarkan kartu no urut-ku dan menukarnya dengan dia yang langsung menerimanya dengan semangat. Ya buat sahabat kecilmu bahagia apa salahnya Sara? Emma telah masuk ke dalam gedung. Entahlah apa yang dilakukan di sana. Yang aku pernah dengar dari orang yang gagal test pertama adalah alat-alat yang dipasang di pelipis dan leher. Awalnya seperti tertusuk jarum tapi lama-kelamaan akan terlihat mimpi terbesar kita. Mimpi terbesar? Aku bahkan tidak punya banyak mimpi terbesar. Salah satunya hanya bisa hidup sudah luar biasa. Sebenarnya ada satu mimpi terbesarku, bisa dikatakan ini adalah mimpi terbesar yang ingin aku kabulkan, bertemu dengan ayah lagi. Sejak ayah meninggalkanku yang entah untuk pergi kemana, aku selalu berkeyakinan jika aku akan bertemu dengannya lagi pada suatu saat. Dan itu benar-benar mimpiku yang paling besar dan aku sangat berharap itu akan terjadi. Sudah lima menit setelah Emma masuk, antrian yang selanjutnya masuk. Aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah Emma berhasil dalam test pertama sampai ia tak kunjung keluar dari gedung pencakar langit tersebut? Tapi pikiranku kalah telak, dua detik setelah aku berpikiran bahwa dia berhasil masuk, Emma keluar dengan wajah lesu. Seperti berkata 'aku gagal'. Emma memelukku lemas. Dia terisak di bahuku sambil memelukku erat. Sebagai salam perpisahan mungkin? Tapi tidak ada yang bisa tau, aku gagal atau berhasil dalam test. Kenapa harus seperti ini juga? "Semoga berhasil Ra." Kata itulah kata terakhir yang aku dengar sebelum aku masuk ke dalam gedung itu. Aku masih dapat melihat Emma melambai kearahku. Aku berani bertaruh, jika diriku gagal dalam test pertama dia akan melihat Emma dengan gembira saat keluar nanti. Atau bahkan aku akan tidak bisa melihat Emma lagi sampai waktu yang sudah ditentukan. Ah aku akan merindukan dia. Omelannya. Celotehnya. Bahkan suara nyaring saat memanggilku. Tapi. Aku tidak yakin akan lolos test ini. Kita lihat saja nanti.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.6K
bc

Over Protective Doctor

read
474.4K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.9K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
400.0K
bc

HOT NIGHT

read
605.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook