bc

DOKTER DINGIN PEMIKAT HATI

book_age18+
20.2K
FOLLOW
149.6K
READ
revenge
love-triangle
HE
opposites attract
doctor
sweet
bxg
office/work place
lies
like
intro-logo
Blurb

WARNING 17+

ROMANCE COMEDY AND ADULT

Leonor perempuan berusia 23 tahun yang mengalami hal mengerikan. Satria, sang kekasih berselingkuh dengan sahabat Leonor sendiri. Bahkan Leonor sampai melihat dua orang itu berhubungan badan di depan matannya. Satu tahun berlalu, Leonor masih belum bisa move on dari Satria.

Suatu hari ketika Leonor pergi makan malam sendiri, dia melihat Satria bersama dengan mantan sahabatnya. Karena tidak mau terlihat seperti Jomblo Menyedihkan, Leonor menarik pria tampan untuk dia akui sebagai tunangannya. "Gue makan malam sendiri? Nggaklah, ini laki gue." Tanpa Leonor sadari kalau keluarga besar sang pria ada disana dan mereka semua mendengar apa yang dikatakan Leonor.

Jerome Bratadiama, seorang spesialis Kardiolog yang baru saja pulang dari Luar Negara itu harus langsung berhadapan dengan keluarga besarnya yang terus memaksa menikah. Malam itu, Jerome hendak kabur dari salah satu restaurant karena hendak dijodohkan. Namun, seorang perempuan cerewed tiba-tiba menariknya masuk kembali kedalam restaurant dan mengakui Jerome sebagai tunangannya. Whattt! Dia bahkan tidak mengenal si kecil ini!

***

"Tanggung jawab kamu!" - ucap dr. Jerome Bratadiama, Sp.J.

"Saya buta, jadi gak bisa denger." - sarkasme Leonor Widawarta

chap-preview
Free preview
PROLOG
“Mau kemana, Nak?” tanya seorang wanita yang tengah berkutat di dapur. “Kasih kejutan buat Yunda, Ma. Besok dia kan ulang tahun, aku mau siapin sesuatu di apartemennya. Mumpung dia lagi pulang kampung.” “Sini dulu,” ucap Elea pada sang anak. Leonor, perempuan berusia 22 tahun itu mendekat dengan sesekali melompat kegirangan. Sudah tahu apa yang akan dilakukan Mamanya. Tinggal menyodorkan pipi saja, kemudian dia mendapatkan kecupan di pipi. “Ada kiriman dari Kakak sama Abang kamu. Mau dilihat dulu nggak?” “Mau diliat dulu dong.” Anak ketiga dari tiga bersaudara, Leonor mendapatkan kasih sayang yang melimpah. Kedua Kakaknya yang tinggal berjauhan dengannya itu kadang kala memang mengirimkan pakaian, sepatu atau tas padanya. “Bibiiii! Tolong bawain ke kamar ya, El mau keluar dulu!” “Iya, Non.” Menyetir sendiri menuju apartemen sang sahabat; Yunda. Mereka sudah bersama sejak SMP. Sekarang kuliah juga di tempat yang sama, hanya saja beda fakultas saja. Begitu sampai di apartemen sahabatnya, Leonor langsung masuk saja dengan membawa dua papper bag berisi hiasan. Mereka sudah sedekat itu hingga Leonor sudah tahu kodenya. Perempuan manis itu bersenandung pelan, dan mulai menyalakan lampu. “Ini kenapa pakaian dalam berserakan sih? Jorok si Yunda ih!” Hingga Leonor mendengar suara pintu terbuka kasar, seseorang yang jatuh kemudian rintihan dan suara seseorang ditampar berulang kali. “Apa tuh?” Menutup mulutnya sendiri takut itu setan. “Unghhhhhh! Akhhhh! Dalemm lagi, Sayang! Awww!” “Kamu…. hebat…. Yun! Aku suka kamu sempithhhh! Argghhhh!” Tatapan Leonor tertuju pada pintu kamar Yunda. Tubuhnya menegang mengetahui suara itu. Dia membuka sedikit pintu kamar dan melihat adegan tidak senonoh. Di depan matanya, sang sahabat tengah bersetubuh dengan kekasihnya sendiri. Air mata Leonor mengenang, mengingat kalimat Yunda dan Satria beberapa jam yang lalu, “Gue belum bisa balik Jakarta, masih ada acara keluarga nih di Yogya.” Dengan Satria yang pula mengatakan, “Sayang, Nenek aku gak mau ditinggal.” Nyatanya mereka berdua tengah bermandikan peluh dan mengerangkan nama satu sama lain. Leonor tidak bisa menahan diri lagi, ponsel ditangannyaa jatuh hingga menyebabkan Satria menoleh ke belakang. “Shiitt!” umpatnya langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh keduanya. “El?” Yunda sama terkejutnya. Leonor menggelengkan kepala dan melangkah pergi dari sana. Namun Yunda bergegas memakai handuk dan menyusulnya, dia menahan tangan sang sahabat. “Gue bisa jelasin, El. Please, dengerin gue dulu.” “Lepass!” “Lu salah paham. Gak gini kok, Plasee. Ngomong dulu sama gue.” PLAK! “Gue bilang lepas!” “LEONOR!” Satria melangkah mendekat dan menarik Yunda untuk dia sembunyikan dibalik tubuhnya. “Berani lu nampar Yunda! Minta maaf sama dia!” Leonor terkekeh dengan air mata berjatuhan. “Minta maaf?! Kalian berdua udah sinting! Dan lu masih belain dia?!” “Lu berharap apa?! Gue belain lu?! Gak! Selama ini gue udah gak cinta sama lu! Lu itu manja, kekanak-kanakan, anak Mama banget! Lu lebay dan gue muak sama lu!” PLAK! Leonor melayangkan tamparan pada Satria dengan tubuhnya yang bergetar menahan amarah. “Gue gak mau ada urusan sama lu berdua lagi.” “El! Tunggu, El! Gue bisa jelasin, Leonor!” “Udah biarin dia pergi, Sayang.” Satria memeluk Yunda dengan erat. “Kamu punya aku, Sayang. kamu punya aku.” Leonor mendengar bagaimana Satria menenangkan Yunda, dan itu sangat menyakiti hatinya. Di dalam mobil, Leonor menangis kencang sambil memukul-mukul setir. *** Satu tahun kemudian….. Yunda__Dejavu3008: Akhirnya di titik ini bersamamu. Satu langkah lebih dekat. Menggunakan fake account, Leonor melihat postingan ** Yunda dan Satria yang sudah bertunangan. Lagi-lagi air mata itu menetes begitu saja. Satria adalah cinta pertamanya, mereka bersama sejak Sekolah Menengah Atas kelas dua. Itu artinya hubungan mereka sudah berlangsung selama lima tahun. Hanya tersisa 30 persen saja, yaitu kenangannya di setiap sudut kota Jakarta. Leonor menghapus air matanya. “Gak kok, gue udah move on dari dia. Cuma kebawa perasaan aja inimah,” ucapnya pada diri sendiri dan bangun untuk memakai make-up dan berpakaian rapi. “Mau kemana?” tanya Gardea; sang ayah yang sedang menggoda Mamanya di dapur. “Lupa mau makan malam sama Nikita.” “Lohh, Mama masak banyak loh, De. Ini Mama masakin ikan bawaan Kak Gideon kemaren.” “Gak bisa, Ma. Kasihan Nikita kalau dicancel.” Elea menghela napasnya dalam. “Pulangnya jangan malem-malem ya.” “Iya, Mama.” mendapatkan dulu dua kecupan dari kedua orangtuanya. Begitu di dalam mobil, Leonor menelpon Nikita. “Gue mau keluar sendiri, kalau nyokap gue nelpon tinggal bilang gue sama lu ya. Kasih foto yang dulu waktu ke apartemen lu, yang belum dikirim.” “Okeyyy.” Memiliki strich parents yang mengharuskan mengirim barang bukti. Jadi Leonor selalu memotret dirinya berulang kali di waktu sama untuk dijadikan bukti seperti sekarang ini. Karena kenyataannya sekarang Leonor pergi ke salah satu restaurant tempat dirinya dan Satria berkencan. Bahkan Leonor duduk dan memesan tempat sama. “Ini hari terakhir gue galau-in lu. Buat ke depannya, gue bakalan focus sama karir gue,” ucapnya pada piring dihadapannya dan mulai menusuk daging tersebut kuat. Sambil galau, Leonor menghela napasnya dalam. Dia bahkan menyelesaikan makan malam dengan cepat. Pergi ke kamar mandi dulu sebelum pulang. Saat Leonor hendak kembali ke kursinya untuk mengambil tas, Leonor terkejut melihat keberadaan Satria dan Yunda. Mereka duduk di sebelah meja Leonor. Dan sialnya itu di ujung, mana mungkin Leonor ke sana sendiri dan terlihat menyedihkan. Siall! Sialll! Sialll! Leonor mengutuk keadaan. “Itu Leonor?” “Shitt.” Kembali mengumpat saat matanya bertabrakan dengan Yunda. Leonor berpaling dan keluar dari restaurant yang ada di dalam hotel tersebut. Matanya mencari seseorang yang bisa dia ajak diskusi. “Mas, tali sepatunya lepas. Sini saya benerin.” Leonor berjongkok membenarkan tali sepatu seorang pria yang berdiri kebingungan. “Nah, tinggal Mas yang sekarang bantu saya. Ayok.” “Heh, kamu mau bawa saya kemana?” “Pleasee, Mas diem aja. Jangan banyak ngomong. Saya Cuma mau minta anter buat ambil tas saya.” Namun begitu masuk ke restaurant, Leonor tiba-tiba memeluk lengan pria itu dengan manja. “Ihh, Sayang. Itu tas aku ketinggalan disana. Kirain hilang dimana. Anterin….,” rengeknya dengan manja dan tetap menarik pria asing itu untuk membawa tasnya. “Hai, Leonor,” sapa Yunda. “Boleh gak gue ngomong sebentar sama lu?” “Sorry, tunangan gue punya banyak kerjaan. Kita mau pergi,” jawab Leonor dingin dan melangkah pergi menjauh dari ujung kanan, sambil tetap memeluk lengan pria jangkuk disampingnya. “Bentar lagi, Mas. tolongin saya,” bisiknya. Ketika hendak keluar restaurant, tiba-tiba tangan Leonor ditahan seseorang. “Ya ampun cantik banget. Aa kenapa gak cerita kalau udah punya calonnya? Kan Mama jadi ngerasa bersalah udah atur perjodohan sama kamu ih.” “Hah?” Leonor kebingungan. “Kenalin, Tante ini Mamanya Jerome. Itu Papanya, dan itu Kakek sama Neneknya. Ya ampun, Tante seneng banget Jerome udah punya calon. Mana tunangan lagi ya?” Kaget. Leonor bahkan tidak bisa bergerak ketika dipeluk wanita paruh baya tersebut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook