bc

VIDEO CALL SUAMIKU

book_age18+
230
FOLLOW
1K
READ
family
arrogant
goodgirl
CEO
billionairess
drama
tragedy
city
like
intro-logo
Blurb

Saat sang suami lupa mematikan panggilan video. Saat itu juga Lucia mendapati suaminya, Angga selingkuh saat mereka tengah melakukan panggilan video. Sang suami lupa mematikan panggilan video sehingga terbongkar perselingkuhan tersebut.

Lucia bahkan harus kehilangan bayi dalam kandungannya dan mendapatkan pelecehan seksual dari seorang pria. Lalu, bagaimana Lucia menghadapi cobaan demi cobaan yang menimpa hidupnya?

Siapakah yang akhirnya membuat Lucia benar-benar menikmati kebahagiaan tanpa memandang fisik dan kasta?

chap-preview
Free preview
Gara-gara panggilan Video
"Bentar ya, Mas cuci tangan dulu," ucap Mas Angga, suamiku. memang sudah dua hari ini ia berada di luar kota untuk menyelesaikan sebuah proyek dari perusahaannya. Maklumlah, ia baru saja diangkat menjadi direktur di sebuah perusahaan swasta di salah satu perusahaan besar di ibukota. "Iya Sayang," jawabku singkat. Aku senang, karena Mas Angga selalu melakukan panggilan video setiap kali melakukan aktifitas di luar pekerjaan. Ia seolah ingin menunjukan kegiatannya saat jauh dariku. Seperti hari ini, ia melakukan panggilan video sebelum ia memesan makanan sampai akhirnya makanan itu datang dan Mas Angga menyantapnya di depanku. Tak lama setelah Mas Angga berpamitan untuk cuci tangan, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Kamar hotel yang ia sewa merupakan kamar hotel yang sama dengan kamar yang dulu kami sewa saat kami berkunjung ke kota Bandung. Terlihat jelas dari kamera, Mas Angga membuka pintu tanpa melihat ke arah ponsel. Entah karena ia sengaja atau memang ia lupa jika panggilan video belum ia matikan. Deg! Hatiku bergetar saat melihat Mas Angga memeluk seseorang yang baru saja masuk ke kamar itu. Mereka saling melepaskan rindu tanpa perasaan canggung. "Kamu lama sih? Mas udah kangen," ucap Mas Angga yang terdengar sedikit samar di telingaku. Namun, segera aku mencabut headset agar loudspeaker agar loudspeaker ponsel semakin memperjelas suara Mas Angga. "Macet Sayang, gak sabar banget sih," jawab wanita itu dengan nada manja. Mungkin ini cara Tuhan memberitahuku tentang kebusukan suamiku. Selama ini, aku selalu berpikir bahwa Mas Angga adalah suami yang baik. Namun, nyatanya ia bisa berbuat seperti ini. Biasanya aku selalu ikut jika Mas Angga bepergian, karena suamiku selalu berkata ia ingin aku percaya padanya. Hingga semua perlakuannya membuatku sangat percaya, bahkan tak pernah terlintas sedikitpun jika ia mampu melakukan pengkhianatan seperti ini. Aku benar-benar tak menyangka jika Mas Angga melarangku dengan alasan kandungan yang sudah membesar hanyalah sebuah akal bulusnya agar ia bisa bebas melakukan zina dengan wanita lain. Perasaanku semakin campur aduk saat melihat wanita tanpa pakaian itu mendekat ke arah ponsel dan hanya tersenyum miring, ia seolah sengaja tidak mematikan panggilan atau memberitahu pada Mas Angga. Air mata menetes tanpa aku sadari, tendangan kecil di dalam kandungan membuatku sedikit terkejut hingga merasa kesakitan. Wanita itu benar-benar sengaja melakukan ini semua. Justru, ia semakin merayu suamiku untuk melakukan hal lebih di hadapan kamera yang masih menyala. Aku tahan sakit dalam d**a, beberapa kali aku ambil tangkapan layar agar bisa menjadi bukti kalau-kalau ia mengelak saat aku menegurnya nanti. Hatiku benar-benar sakit saat melihat semua ini, Ya Allah, mengapa Mas Angga tega melakukan ini saat kami akan memiliki seorang momongan? "Kamu kenapa Lu?" tanya Ibu yang melihatku terisak. Belum sempat aku menyembunyikan ponsel, ibu lebih dulu melihat adegan panas menantunya bersama wanita lain. "Ya Allah, Angga!" teriak ibu. Namun, aku hanya bisa diam mematung tanpa mampu menjelaskan apapun. Hatiku hancur, raga ini lemah bagai tak bertulang. Ya Allah, aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi yang tengah mengganggu tidurku. Namun, sesak dalam d**a membuatku sadar bahwa semua ini nyata. Terlalu sakit hati ini menahan semuanya hingga tiba-tiba semua gelap dan aku tak sadar lagi apa yang terjadi padaku. ..... Mataku terjaga, dan akhirnya aku sadar bahwa aku tengah berada di sebuah ruangan rumah sakit. Entah, bagaimana aku bisa berada disini. Sejenak, aku berusaha mengingat kembali semua yang terjadi, hingga akhirnya aku mengingat satu kejadian yang membuat hatiku benar-benar sesak. "Mas ...." lirihku. Tak ada siapapun di ruangan ini, hanya aku dan air mata yang mengalir deras dari kedua mataku. "Mau apa kamu kesini!" Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan ibu kandungku di depan ruangan tempat aku berbaring. Aku hendak bangkit, tapi rasa sakit di bagian perut tak mampu aku tahan. "Kamu tidak pantas untuk kembali ke putriku!" teriak ibu lagi. Apa sebenarnya yang terjadi di luar sana? Siapa yang datang dan membuat wanita yang selalu bersikap lembut di hadapanku murka seperti itu. Aku raba perut yang biasanya membuncit karena kehamilan yang telah menginjak usia sembilan bulan. Namun, perutku rata. Apa aku sudah melakukan operasi Caesar? Mengapa aku tidak tahu? Aku ambil ponsel yang tergeletak di atas meja, melihat jam dan tanggal hari ini karena aku ingin memastikan berapa lama aku tidak sadarkan diri. Hah! Aku terkejut saat melihat tanggal yang menunjukan jika aku telah terbaring selama dua hari di tempat ini. Bagaimana mungkin? Namun, aku terus mengelus perutku. Mungkin, bayiku lahir ketika aku tak sadarkan diri. Apa mungkin? Ah, mungkin saja, apapun bisa saja terjadi. "Ibu ... bu!" Sekuat tenaga aku berusaha memanggil wanita yang sudah melahirkan aku dua puluh tujuh tahun yang lalu. Namun, sepertinya beliau tidak mendengar karena kondisiku yang masih belum stabil. Braaaagh! Mas Angga masuk dengan wajah memelas setelah ibu membuka pintu dengan penuh amarah. "Lihat itu!" teriak ibu. Namun, ucapan beliau tertahan ketika melihatku sudah sadar dan tengah berusaha untuk bangkit. "Lulu, jangan banyak gerak dulu Nak," ucap Ibu sembari berlari mendekat ke arahku. "Iya Bu," jawabku seraya mengangguk. "Sayang, gimana kondisi kamu?" tanya Mas Angga. "Diam kamu!" sentak ibu dengan penuh emosi. Belum pernah aku melihat beliau semarah ini pada seseorang. Mungkin, memang beliau merasakan sakit seperti yang aku rasakan. Apalagi, beliau sempat melihat langsung video call tempo hari. "Bu, apa aku di operasi? Mana anakku?" tanyaku. Wanita paruh baya itu menatap lekat kedua mataku, beliau nampak begitu dalam saat melihat bola mata hitam milikku. "Kamu sehat dulu ya," jawab ibu tanpa memberikan sebuah penjelasan. "Bu, bayi aku beneran perempuan?" tanyaku, karena aku sudah sempat melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi dalam kandunganku. Ibu membelai rambut hitamku, beliau terus menatap dalam netraku sembari terus tersenyum getir padaku. "Bu, semua baik-baik saja kan?" tanyaku semakin penasaran. Entah mengapa, tatapan itu seolah memberikan aku isyarat buruk. Aku yakin, ada yang ibu sembunyikan dari kejadian ini. "Dimana anakku Bu?" cercaku lagi. Bulir bening menetes dari ujung mata ibuku. Beliau menggeleng, "Kamu yang sabar ya," ucap ibu sembari berusaha memelukku. "Bayiku kenapa Bu? Kenapa!" Aku terus berteriak, menolak pelukan wanita di hadapanku. Namun, sekuat tenaga beliau tetap merengkuh tubuhku seraya terisak. "Bayi kamu tidak selamat Nak," ungkap beliau. Aku diam mematung, menatap kosong ke arah tembok yang bercat putih. Apakah ini mimpi? "Istighfar Nak," perintah ibu sembari mengelus bahuku berkali-kali. Sementara itu, tubuh Mas Angga pun hanya terdiam. Ia tak berusaha untuk mengatakan apapun, mungkin karena ibu melarangnya berbicara. Atau mungkin ia telah puas melakukan semua ini padaku? Entahlah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

After That Night

read
8.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

Revenge

read
15.0K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook