bc

Tunggu Pembalasanku, Mas!

book_age18+
2.1K
FOLLOW
12.2K
READ
revenge
family
HE
arranged marriage
badboy
serious
like
intro-logo
Blurb

Miranda Kusuma begitu terkejut mendengar pengakuan Hanif, suaminya yang mengatakan bahwa mobil kesayangannya yang saat itu sedang dipinjam oleh suaminya telah hilang dicuri orang, saat suaminya sedang membeli martabak di pinggir jalan.Anehnya saat Mira mengajak Hanif untuk membuat laporan ke kantor polisi, Hanif justru mencari-cari alasan.Kira-kira mobil tersebut beneran hilang atau ...Simak kisahnya yuk, biar enggak penasaran.

chap-preview
Free preview
1. Sandiwara
Bagian 1 "Mira, maaf, mobilmu hilang dicuri orang saat mas sedang memesan martabak, tadi," ucap Mas Hanif suamiku sambil menjatuhkan bobotnya di kursi. Wajahnya terlihat panik dengan keringat di mana-mana. "Apa?" tanyaku, aku kaget sekaligus shock mendengarnya. Bagaimana mungkin mobilku bisa hilang? Tadi pagi Mas Hanif memang meminjam mobilku dengan alasan ia bosan memakai mobilnya. "Bagaimana ceritanya, Mas? Kamu pasti bercanda, kan? Kamu enggak serius kan, Mas?" Aku mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Pasti Mas Hanif hanya ingin mengerjaiku saja. "Mas serius, Mira. Tadi mas lupa mengambil kuncinya. Saat mas lengah, mobil tersebut sudah dibawa oleh maling. Mas udah berusaha ngejar, tapi kehilangan jejaknya." Mas Hanif masih ngos-ngosan saat menjawab pertanyaanku. "Ya sudah, ikut aku, kita ke kantor polisi sekarang juga!" Aku langsung menarik tangannya. "Ja-jangan, ga-gak usah. Biar besok Mas cari lagi, Mas capek," ucapnya terbata. Keningku mengernyit melihat tingkah Mas Hanif. Disaat suasana seperti ini, Mas Hanif malah cuek. Padahal yang hilang itu mobil seharga ratusan juta. Ada apa sebenarnya? "Mobilku dicuri orang loh, Mas! Jika ditunda-tunda, malingnya pasti akan semakin jauh melarikan diri. Bisa-bisa mobilku dibawanya keluar kota sehingga akan sulit untuk melacaknya. Ayo, Mas, sekarang aja!" Aku bersikeras. "Beneran loh, mas capek bangat, tubuh mas lemas banget. Tenaga mas juga sudah habis terkuras saat mengejar maling itu." Mas Hanif tetap keras kepala. Tapi tunggu dulu, kenapa tas kerja Mas Hanif ada bersamanya, ya? Biasanya tas kerjanya ia taruh di dalam mobil. Masa cuma mau beli martabak doang sampai bawa-bawa tas segala? Kan enggak lucu! "Saat turun dari mobil, tasnya Mas bawa ya?" tanyaku lagi. "Iya, syukurlah Mas bawa tas ini ikut serta dengan Mas. Jika tidak, mungkin sudah ludes semuanya. Laptop dan data-data penting lainnya akan raib bersama mobil itu." "Mas beli martabaknya dimana? Biar aku cek kesana, aku ingin melihat rekaman cctv Dengan demikian, maka kita pasti akan lebih mudah untuk menangkap pelakunya." "Mas belinya di warung pinggir jalan. Di sana gak ada cctv. Namanya juga warung kecil, mana ada cctv-nya," ucapnya lagi. Warung pinggir jalan? Enggak biasanya Mas Hanif mau beli makanan di tempat seperti itu. Mas Hanif 'kan orangnya gengsian! Kok' alasannya enggak masuk akal ya! "Ya sudah, katakan saja dimana tempatnya, siapa tahu ada saksi mata di tempat kejadian perkara, biar aku aja yang kesana." Aku terus mendesaknya. Ya, aku tidak ingin kehilangan mobil kesayanganku itu. Mobil itu dibeli menggunakan uang dari hasil gajiku yang dengan susah payah aku kumpulkan. "Mas gak tau apa nama warungnya, lupa. Mas mau mandi dulu, ya. Tenang saja, Mas akan mengurusnya besok." Mas Hanif pun beranjak dari tempat duduknya, lalu menaiki anak tangga menuju lantai atas. Kamar kami memang berada di lantai atas. Kok' kelihatannya Mas Hanif santai-santai gitu, ya! Bahkan aku lebih panik dari dirinya. "Bu, ini air minum buat Bapak. Bapak kemana, Bu?" tanya Bi Inah, asisten rumah tanggaku, ia datang membawa nampan berisi air mineral. "Bapak mau mandi, Bi. Taruh aja di atas meja." Aku memutuskan untuk menyusulnya ke kamar, siapa tahu ia butuh sesuatu. Saat tiba di kamar, aku mendengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi yang menandakan bahwa Mas Hanif sedang mandi. Pikiranku tidak tenang, masih memikirkan soal mobil kesayanganku itu. Akan kudesak Mas Hanif agar mau ikut aku ke kantor polisi untuk membuat laporan. Aku tidak mau kehilangan mobil itu. Sebenarnya aku merasa ada yang janggal dari tingkah Mas Hanif. Anehnya lagi, ia tidak mau saat diajak ke kantor polisi. Apa ada sesuatu yang disembunyikannya dariku? Ting! Bunyi ponsel Mas Hanif membuyarkan lamunanku. Aku segera meraih ponsel yang terletak di atas nakas tepat di samping ranjang. Sebuah pesan masuk dari kontak bernama Sofia. "Makasih ya, Mas! Sayang kamu banyak-banyak, muach." Diikuti emoticon hati sepuluh biji. Aku masih sempat membaca pesan tersebut sebelum layarnya kembali meredup. Apa-apaan ini? Siapa Sofia? Ada hubungan apa dia dengan suamiku? Aku kembali mengusap layar ponselnya, namun sayangnya ponselnya menggunakan kata sandi layar sehingga aku kesulitan untuk membukanya. Sejak kapan ponsel Mas Hanif menggunakan kata sandi? Biasanya ponselnya ia letakkan di sembarang tempat, aku bebas memeriksanya. Selama ini kami selalu terbuka satu sama lain. Aku semakin curiga, apalagi setelah membaca pesan tadi. Apa kamu sudah bermain api di belakangku, Mas? Pintu kamar mandi terbuka, aku menatap tajam ke arah lelaki yang telah menjadi imanku selama empat tahun ini. "Siapa Sofia, Mas?" tanyaku tanpa basa-basi. "Sofia?" tanyanya balik, ia terlihat salah tingkah. "Ngapain dia mengirim pesan sambil menyertakan emoticon hati segala? Sejak kapan juga ponsel kamu menggunakan kata sandi?" "Oh, Sofia, dia itu teman sekantornya, Mas. Dia cuma mau ngucapin terima kasih, soalnya tadi Mas bantuin dia di kantor." "Bantuin apa?" tanyaku penuh selidik. "Mira, kok' dari tadi kamu bertanya terus! Sejak kapan kamu curigaan gini saja Mas? Ingat ya, Mas paling gak suka dicurigai." Mas Hanif malah ngegas. "Siapa yang curiga? Aku 'kan cuma nanya! Oke, lupakan soal Sofia atau siapakah namanya, enggak penting. Sekarang kita bahas soal mobil. Besok pagi kita ke kantor polisi. Gimana?" "Baiklah. Mas lelah, pingin istirahat. Mas tidur duluan, ya!" Mas Hanif langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tak lama kemudian, dengkuran halus pun terdengar darinya. Mas … Mas … di saat seperti ini kamu masih bisa tidur dengan nyenyak seperti tidak terjadi sesuatu. Sedangkan aku tidak bisa tidur sama sekali, aku masih memikirkan mobil kesayanganku itu. Ting! Ponsel Mas Hanif kembali berbunyi. Ada pesan masuk lagi dari kontak yang sama. "Sayang, kamu udah tidur belum?" Darahku serasa mendidih saat membaca pesan tersebut. Kontak yang bernama Sofia itu memanggil suamiku dengan sebutan sayang? Berarti benar dugaanku, Mas Hanif ada main di belakangku. Kontak yang bernama Sofia itu kembali mengirim sebuah foto, tapi aku tidak bisa membukanya. Mumpung Mas Hanif sedang tertidur pulas, aku pun mencoba untuk membuka ponselnya. Aku langsung memasukkan tanggal pernikahan kami, tapi hasilnya Zonk. Aku mencoba lagi, menekan tanggal lahirnya, tapi tetap Zonk. Karena kesal, aku memasukkan sembarang angka, dan akhirnya ponselnya bisa dibuka. Yes, berhasil! Langsung saja kutelusuri aplikasi berwarna hijau bergambar telepon di ponselnya. Mataku membulat seketika saat melihat foto seorang wanita yang mengenakan baju kurang bahan sedang berselfie ria. Wanita itu duduk di bangku kemudi sambil memamerkan senyum manisnya. Di bawah foto itu ditulis caption, 'Makasih ya, Mas, buat hadiahnya. Aku suka, jadi makin cinta sama kamu.' Mobil itu sepertinya tidak asing bagiku. Aku zoom foto tersebut untuk memperjelas, dan ternyata aku tidak salah lihat. Mobil itu adalah mobilku yang kata Mas Hanif hilang dicuri orang. Astaghfirullah … aku menggeleng pelan, rasanya tidak percaya dengan semua ini. Pantas saja Mas Hanif tidak mau diajak ke kantor polisi untuk melaporkan kasus pencurian mobil itu. Rupanya ini jawabannya. Ternyata mobil yang dibeli dari hasil keringatku ia berikan kepada wanita lain. Rupanya Mas Hanif ingin bermain-main denganku! Baiklah, aku ikuti permainanmu. Tunggu saja pembalasanku! Bersambung ….

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook