Aku Belum Mati, Mas!!!

Semilir angin di belakang rumah sederhana milik Mona Rahayu Adiguna, yang berprofesi sebagai Content Creator di bidang tulisan, membuat wanita itu seperti mendapatkan inspirasi dari kesunyian dan suasana di rumahnya yang hening itu. Ting... Ting... Ting... Tiba tiba saja ponsel miliknya menampilkan pesan dengan gambar dan juga Video yang dikirimkan oleh seseorang. Mona yang sedang sibuk menulis dan mengedit pekerjaannya itu, dengan terpaksa melirik ke arah ponsel yang memuat foto-foto dan video yang dikirim oleh salah satu temannya yang berada satu kota dengannya. "Foto dan video itu bukannya foto dan video suami kamu? Kok dia sedang mesra mesraan dengan Gita, adik angkat kamu itu sih? Mana adik angkat kamu itu terlihat bergelayut mesra dengan Suamimu, si Ryan itu. Bahkan ada video ketika mereka berhubungan semi vulgar di club malam, parah pokoknya." Fara, salah satu temannya itu langsung mengirimkan beberapa foto mengenai kedekatan sang suami, Ryan Dewanta, laki laki yang notabene miskin, dan tidak selevel dengan Mona, namun ternyata Ryan itu malah bisa meluluhkan hati Mona, si pewaris kekayaan keluarga Adiguna itu. Di foto dan videonya, Ryan terlihat berpose sangat intim dengan seorang wanita cantik nan seksi, yang dikenali Mona sebagai adik angkatnya. "Apa? Tidak ... tidak mungkin mas Ryan yang baik dan lemah lembut itu bakalan mengkhianati aku. " kata Mona yang tidak percaya dengan foto foto yang diberikan oleh temannnya itu kepadanya. "Ini pasti editan! Ya, ini pasti hanya sekedar editan. Fara pasti gak suka dengan kebersamaanku dengan Ryan. Atau jangan jangan Fara itu adalah orang yang dikirim oleh Oma Nova untuk menganggu keharmonisan rumah tanggaku dengan mas Ryan. Kami sudah 2,5 tahun ini menikah. Walau kami belum di karuniai seorang anak, buah cinta kami berdua tapi kehidupan rumah tangga kami baik baik saja, "gunam Mona dengan lirih. Ia meletakkan kembali ponselnya sambil menyenderkan kepalanya yang tiba tiba saja berat ke kursi tempat ia duduk tadi, lalu ia segera menarik nafasnya panjang serta menghelanya dengan cepat. Lagi lagi ia menolak kenyataan kalau sang suami akan berkhianat dengannya. "Ah tidak mungkin! Aku tak percaya kalau Mas Ryan bakalan mengkhianati aku. Tidak ... tidak mungkin." Ia tak menjawab pesan singkat yang diberikan Fara kepadanya itu, bahkan memilih untuk mengabaikannya. Mona kemudian melanjutkan pekerjaannya namun otaknya sudah stuck dan perasaannya kalut. Pekerjaannya pun terhenti karena pikirannya sudah tak bisa diajak kompromi. Mona meletakkan laptopnya dan kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi itu, melamunkan kejadian yang menimpa dirinya beberapa tahun sesudah kelulusannya di kampus dengan titel wisudawan terbaik di kampusnya, membuat dirinya dengan mudah bekerja dan dengan warisan perusahaan yang keluarganya miliki, ia dengan cepat bisa menjadi wanita yang diperhitungkan di kalangan bisnis. . . Flashback Tiba-tiba semuanya seperti terkilas balik di benaknya. Ia teringat pada saat Oma Nova, pengganti kedua orang tuanya yang sudah meninggal itu, datang ke kantor waktu itu, dengan tawaran yang membuatnya harus menolak wanita tua itu, dan berbuat kurang ajar terhadap keluarga satu satunya yang ia miliki. Padahal Oma adalah orang yang menyayanginya dan membesarkannya, sejak kedua orang tuanya meinggal dalam kecelakaan. "Kamu adalah pewaris tunggal keluarga Adiguna, Mona! Jadi kamu harus menikah dengan laki laki yang memiliki bobot, bebet dan bibit yang baik, juga harus dari keluarga kaya juga." "Tapi, aku tak bisa Oma!Aku sudah memiliki pilihan aku sendiri," pungkas Mona dengan tegas. Ia baru saja jadian dengan seorang laki laki lembut dan baik hati yang bernama Ryan, yang sebenarnya yatim piatu. Laki laki ini telah menolongnya dari orang jahat beberapa waktu yang lalu, dan lama kelamaan mereka jadi dekat, dan karena sikapnya yang gentle dan lemah lembut, Mona jadi terpikat, apalagi laki laki ini sudah menolongnya, jadi ia merasa berhutang budi dengan laki laki itu. "Siapa maksud kamu sebagai pilihan kamu?Apakah si Ryan itu?Ia itu bukan orang yang baik, Mona! Oma sudah menyelidikinya. Percayalah sama oma!" Tapi perasaannya yang begitu dalam terhadap Ryan membuatnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Oma Nova itu. Apalagi penampilan laki-laki itu tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Oma Nova, membuat Mona tidak sedikitpun bisa mempercayai apa yang dikatakan dan apa yang sudah diselidiki oleh Oma Nova itu. "Oma Sudahlah! Tidak usah menjelek-jelekkan Ryan lagi. Pokoknya keputusan aku sudah final, aku akan tetap bersama dengan Ryan, apapun yang terjadi. " Mona langsung berkata seperti itu yang membuat Oma Nova menjadi berang. "Lihatlah! Kamu mulai terpengaruh dengan dirinya orang yang buruk akan bisa dengan cepat mempengaruhi orang yang baik. Dia memberikan pengaruh yang buruk kepada kamu supaya kamu membenci dan menjauhi Oma ini. " bentak Oma, dengan nada tinggi membuat Mona merasa bahwa Oma Nova telah menyakiti hatinya dengan menjelek-jelekkan laki-laki yang telah menolongnya, bahkan ia sangat berhutang Budi sama Ryan itu. "Cukup Oma! Aku tidak akan pernah mau dijodohkan dengan siapapun karena aku sudah menentukan pilihanku sendiri!" Sahut Mona dengan nada kesal. Apalagi dia merasa bahwa Ryan itu orangnya lemah lembut dan baik hati sehingga tidak mungkin kalau Ryan itu seperti yang dituduhkan oleh Omanya itu. "Kalau begitu, Oma juga tak mungkin mempertahankan kamu sebagai pewaris keluarga Adiguna! Silahkan kamu pergi dari sini kalau kamu tidak menuruti apa yang menjadi pilihan Oma!" Perkataan Oma Nova itu seperti petir yang menyambar di siang bolong sehingga Mona merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Oma itu kepadanya. "Apa maksud Oma?" Tanyanya dengan suara bergetar. " Kalau kamu memang merasa bahwa Ryan itu adalah laki-laki baik, maka silakan kamu terus mempertahankan hubungan dengannya tapi itu berarti kamu memutuskan hubungan dengan Oma dan juga dengan keluarga Adiguna," katanya dengan nada pilu namun Oma Nova seperti menguatkan dirinya sendiri agar ia bisa menyadarkan Mona. Namun rupanya Oma Nova salah, Mona sama sekali tidak terhasut dengan apa yang Oma Nova lakukan bahkan dia dengan garang melemparkan pulpen yang tadi ia bawa ke hadapan Oma Nova. " Baiklah! Kalau begitu aku akan keluar dari keluarga Adiguna untuk menikah bersama dengan Ryan, laki-laki pilihanku sendiri. Aku tidak menyangka kalau Oma tega sekali mengusir aku seperti ini. Silakan Oma nikmati sendiri kekayaan keluarga Adiguna, aku tidak membutuhkannya! " Oma terkejut dengan tindakan frontal yang dilakukan Mona. "Mona, mau kemana kamu?" tanya Oma dengan panik. "Mau pergi ketempat dimana orang menghargai aku dan menerima aku bukan karena aku keturunan keluarga Adiguna yang munafik!" katanya sambil pergi begitu saja meninggalkan Oma Nova yang terlihat sangat bersalah. Flashbackoff . . Singkat cerita, ia kemudian menikah dengan Ryan dengan kesederhanaan. Mona masih memiliki uang simpanan untuk membeli rumah yang sederhana sementara itu Ryan sendiri juga sudah bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan besar dengan gaji yang lumayan, sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak terlalu buruk. Apalagi, Mona yang cerdas, bisa mencetak uang lebih banyak dari pekerjaannya sebagai content creator di beberapa platform, yang membuatnya memiliki tabungan yang cukup lumayan dibandingkan Ryan. Bahkan terkadang, Mona bisa memberikan uang yang ia miliki untuk kebutuhan sang suami yang terlihat mendesak. Kelihatannya Ryan baik baik saja, mereka menghadapi kehidupan ini dengan baik baik saja, sehingga sebetulnya ia tak curiga dengan Ryan, apalagi tak masuk di akal Mona kalau sebenarnya sang suami malah memiliki hubungan yang cukup intim dengan adik angkatnya itu. Dia tidak pernah berkonfrontasi dengan adik angkatnya itu, ia selalu mengalah dengan Gita karena merasa kasihan dengan posisi kita yang selalu Dianggap benalu oleh Oma Nova dan para pekerja yang ada di rumah besar milik keluarga Adiguna. Dia sendiri bertanya-tanya saat ini, apakah benar kalau kita melakukan apa yang terlihat di foto itu? Padahal dia selalu baik dengan Gita, lalu apa yang mendasari Gita menjadi seperti itu? Mona masih tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya di foto yang dikirimkan oleh Fara itu kepadanya. Sekalipun ia menolak untuk menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh Fara, tapi hatinya begitu tergelitik untuk berusaha menyelidiki dan membuktikan Apakah foto-foto itu benar adanya? "Hmm, mungkin aku harus menyelidikinya lebih dahulu, soalnya perasaanku gak enak! Bisa jadi foto yang diberikan Fara itu benar? Ahhh entahlah!"