bc

Terjebak Dendam Cinta Pilot

book_age16+
33
FOLLOW
1K
READ
second chance
powerful
independent
CEO
drama
office/work place
enimies to lovers
secrets
pilot
naive
like
intro-logo
Blurb

Monalisa, gadis 24 tahun yang akrab dipanggil Lisa itu bekerja di salah satu maskapai penerbangan yang dibawahi oleh Dirgantara, ayahnya. Ia menyembunyikan identitasnya untuk masuk ke dalam maskapai. Ia berniat untuk membongkar korupsi yang terjadi di perusahaan. Perjalanan Lisa di pesawat membawanya bertemu dengan Vedro, laki-laki dingin dan menyebalkan. Setiap kali bertemu mereka selalu bertengkar. Seiring berjalan waktu, perasaan cinta mulai tumbuh tanpa Lisa sadari. Terlebih Vedro dengan gencar mendekatinya. Ia sama sekali tak mengetahui maksud Vedro mendekatinya. Akankah kisah cinta Lisa bisa berjalan mulus dengan Vedro? Satu hal yang pasti. Ia tipikal perempuan pejuang yang tak akan melepaskan begitu saja apa yang sudah menjadi miliknya. Namun, akankah ia bertahan setelah semua terbongkar?

Cover by: Canva edit by me

https://www.canva.com/design/DAFOo7iopxA/NCpgffENo983uxDoC6UikQ/view?utm_content=DAFOo7iopxA&utm_campaign=share_your_design&utm_medium=link&utm_source=shareyourdesignpanel

chap-preview
Free preview
Takdir yang Tak Bisa Dilepas
Vedro menatap gadis yang tengah berdiri dihadapannya dengan tampang datar. Ia tak berminat untuk meladeni rayuan yang sedari tadi keluar dari mulutnya. Ia benci sekali dengan perempuan. Terutama perempuan yang mengejarnya secara terang-terangan. "Ayolah Ved! Aku sudah jauh-jauh datang dari Italia hanya untuk bertemu kamu. Masak kamu menyambutku dengan wajah datar seperti itu? Aku kan kangen banget sama kamu. Kamu nggak kangen sama aku?" Denata terus menggelayut manja di lengan Vedro. Tak memedulikan jika pria itu tak menunjukan minat apapun padanya, bahkan terlihat sangat dingin dan menakutkan. "Kamu kenapa sih? Dingin banget. Dari dulu nggak pernah berubah. Masih saja menjaga jarak denganku. Sudah sepuluh tahun ini, Ved. Mau sampai kapan kamu akan mengacuhkanku seperti ini? Padahal aku sudah merendahkan diri untuk mengejarmu." "Aku tak pernah memintamu untuk mengejarku," ujarnya dingin. "Tapi kamu juga tak pernah menolakku," protes Denata. "Aku yakin kau cukup pintar Dena. Cukup pintar untuk tahu dari sikapku selama ini bahwa aku sama sekali tak tertarik padamu." "Kenapa Ved? Kenapa? Aku kurang cantik? Aku kurang seksi? Apa aku kurang kaya? Aku juga bukan wanita yang tidak memiliki karir." Denata terus mendesak, sementara Vedro hanya diam tak menanggapi. "Aaa, aku tau. Kau pasti belum bisa melupakannya. Mau sampai kapan kamu akan terjebak dalam masa lalu bersama perempuan itu, Ved? Ingat Ved, kamu itu sudah dikhianati oleh perempuan itu. Bukan hanya dia, bahkan sahabatmu sendiri juga menghianatimu. Wanita seperti itu tak pantas untukmu." Denata menatap Vedro dengan amarah yang meluap. Sia-sia saja dia menempeli Vedro selama ini. Yang ada dipikiran pia itu tetap saja cinta pertamanya. Ia sangat kesal mengetahui kenyataan bahwa dirinya tak memiliki tempat sedikitpun di hati Vedro. Wajah Vedro berubah masam saat mendengar ucapan Denata. Ia menatap wanita itu dengan tatapan membunuh. Semua amarah akibat masa lalu yang ia coba redam kembali menguat. Segala mimpi buruk yang selalu harus ia tonton setiap malam disaat tidur kembali membayang diingatannya. Matanya berubah merah karena amarah. "Tutup mulutmu! Kau tak pantas menilai dia dengan otak kecilmu itu," bentak Vedro. Nyali Denata langsung ciut saat mendapati kemarahan Vedro. Ia salah besar sudah mengungkit cinta pertama Vedro. Ia paham betul bagaimana pria itu dikhianati di masa lalu oleh sahabatnya sendiri. Ia yakin Vedro menyimpan dendam yang tak akan bisa diobati oleh siapapun, termasuk dirinya sendiri. Vedro pun bangkit dan pergi meninggalkan Denata. Ia tak memedulikan wajah perempuan itu yang terlihat seperti orang yang kehabisan nafas. Ia berjalan dengan sangat cepat sampai tak sadar dengan orang yang ada dihadapannya. Ia menabrak seorang perempuan yang entah siapa. "Aduh, pantatku!" teriak gadis yang sudah ditabrak oleh Vedro." Tanpa meminta maaf atau berhenti sedikitpun, Vedro mencoba untuk berlalu pergi. "Eh, kalau habis nabrak itu tanggung jawab dong." Vedro menghentikan langkahnya saat tangannya dicekal oleh gadis tersebut. Ia menatap gadis itu dengan dingin. "Makanya kalau jalan pakai mata," ujarnya datar. "Yang namanya jalan ya pakai kaki. Kalau pakai mata bukan jalan namanya," jawab gadis itu lebih sewot lagi. "Cepetan bantuin berdiri. Udah nabrak, kagak tanggung jawab." "Yang punya badan siapa? Ya sudah berdiri sendiri." "Kau,... kau benar-benar menyebalkan ya." Lisa menatap tajam pada Vedro. Dia sudah kehilangan kesabaran. Dengan kesal ia menarik celana pria itu dan berdiri. Vedro tampak kaget dengan perlakuan Lisa. "Kau,..." "Apa?" tantang Lisa dengan lebih sengit. Tanpa memedulikan gadis itu, Vedro langsung berlalu pergi. Ia tak punya waktu untuk meladeni gadis bar-bar seperti itu. "Dasar pria tak tahu sopan santun. Sudah nabrak orang, bukannya minta maaf. Bantuin juga nggak malah ngatain." Gadis itu terus menggerutu tak memedulikan jika Vedro sudah menghilang dari pandangannya. "Aduh, pantatku. Mami, sakit sekali. Awas aja itu cowok. Kalau sampai ketemu lagi, aku patahin tulang kakinya. Dia nggak tau aja, Lisa kok dilawan." Lisa menepuk-nepuk pantatnya sembari meringis menahan sakit. Gadis itu mengibas-ngibas bajunya lalu kembali melanjutkan perjalanannya. "Anak Ayah kenapa manyun gitu?" ujar Dirgantara yang heran melihat putri semata wayangnya langsung menekuk wajah saat memasuki ruangannya. "Pria b******k," umpat Lisa tiba-tiba. Ayah semakin mengerutkan kening mendapati putri semata wayangnya yang tiba-tiba saja mengamuk. "Kamu habis diputusin?" "Ih Ayah. Punya pacar aja nggak. Gimana caranya bisa diputusin?" Lisa menatap sebal pada Ayahnya. Bukannya. menenangkannya, Ayahnya malah menertawakan Lisa. Kekesalannya semakin menjadi begitu melihat Ayahnya malah menertawainya. "Aku ngambek aja nih. Mau pulang. Di sini tambah kesal yang ada." "Eh, jangan gitu dong sayang. Maaf maaf. Ayah bukannya menertawakan kamu." "Alah, boong banget." "Beneran deh, sayang. Tadi Ayah menertawakan ide bisnis selanjutnya yang dibuat oleh tim projek. Mereka kok lucu banget. Bisanya kepikiran buat bikin sesuatu yang lucu seperti itu," kilah Ayah pada Lisa. "Jelas banget bohongnya," cebik Lisa. "Hahaha. Maaf. Ketahuan ya." "Ya ketahuan lah. Ayah pikir, cuma baru kali ini Lisa dibohongin kayak gini?" "Putri Ayah memang pinter. Jadi kamu mau nemuin Ayah karena masalah apa?" ujar Dirgantara dengan serius. "Ayah, bantuin Lisa masuk ke maskapai." Dirgantara menatap Lisa dengan heran. Ia tak tahu kenapa putri semata wayangnya ini ngotot sekali untuk menjadi pramugari disaat dia menyuruhnya untuk menjadi Direktur. Awalnya saat Lisa meminta dia untuk menyekolahkannya di sekolah pramugari, ia kira gadis itu hanya main-main saja karena jenuh dengan kuliahnya. Tapi ternyata dia sangat serius. "Baiklah. Ayah akan mempersiapkan semuanya. Kamu ikuti saja prosesnya sebagai mana mestinya," ujar Dirgantara. "Siap boss. Makasih Ayah." Lisa pun meninggalkan kantor Ayahnya setelah memberikan pelukan pada laki-laki itu. "Baiklah, untuk saat ini kita ikuti dulu permainan kamu," ujar Dirgantara sembari geleng-geleng. *** "Kapten, setelah penerbangan ini Kapten bukannya akan ke Singapura, ya? ujar Zidan, co-pilot yang masih berusia muda itu. "Iya, Saya mengambil cuti untuk seminggu ini. Ada keperluan di Singapura," ujar Vedro. "Kalau nggak sama Kapten berarti aku harus sama Kapten Narno lagi. Males banget," adu Zidan. Vedro hanya tersenyum samar. Ia paham kalau Zidan dan Kapten Narno sering bertikai. Zidan acap kali mengadu pada Vedro. Meskipun Vedro terkenal dingin dan kasar, Zidan tak memedulikannya. Ia terus-menerus mengikuti Vedro kemana-mana. Meskipun pada awalnya Vedro merasa risih. Tapi lama kelamaan ia juga terbiasa dengan Zidan. Ia sudah menganggap pemuda berusia 25 tahun itu sebagai adiknya sendiri. "Ingat ya. Selama saya nggak ada, jangan buat ulah lagi dengan Kapten Narno. Saya nggak mau lagi menjadi penengah buat kalian." "Siap Kapten. Laksanakan." "Ya sudah. Ayo segera ke pesawat. Sebentar lagi kita akan terbang." Zidan mengangguk sembari menyusul Vedro yang sudah terlebih dahulu berjalan meninggalkannya. "Oiya, kapten. Kabarnya nanti ada anak baru yang bakalan masuk ke Lan Air." Vedro menatap Zidan dengan wajah berminat. "Benarkah?" "Iya, katanya masih muda banget. Banyak yang merasa aneh juga karena tidak ada seorangpun yang mengenal gadis itu." "Gadis? Jadi anak barunya perempuan." "Iya. Bahkan gosipnya sudah menyebar kemana-mana. Katanya anak baru ini punya dukungan yang kuat. Karena dilihat dari manapun semua orang belum pernah mengenalnya." Vedro mengangguk-angguk paham. Di dunia penerbangan seperti mereka, bukan hal tabu jika antar kru pesawat saling mengenal meskipun tidak saling sapa. Meskipun mereka bekerja di perusahaan yang berbeda. Jika tak seorangpun mengenal anak baru ini, tandanya dia masih sangat muda dan juga pasti ada sesuatu dibalik proses penerimaannya. Vedro tersenyum dengan sinis. "Tapi aku sama sekali tak menyangka jika Lan Air juga berani memasukan gadis tanpa pengalaman seperti itu. Mereka kan terkenal ketat selama ini. Apa jangan-jangan ia anak Dirgantara? Bukankah selama ini tidak ada seorangpun yang mengetahui anak perempuan dari Dirgantara?" Zidan menatap Vedro dengan penasaran. "Anak Dirgantara. Apa jangan-jangan gadis itu? Gadis bau kencur itu sudah besar ternyata." Vedro tersenyum dengan sinis. Ia ingat sekali dengan gadis itu. Ia juga ada di malam saat Vedro mendapati kekasihnya berselingkuh. Tapi ia tak bisa mengingat dengan jelas wajahnya karena saat itu wajahnya tertutup oleh rambut. "Kau sendiri yang menyerahkan diri padaku. Aku harap itu benar-benar dirimu. Semua akan lebih mudah," gumam Vedro. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook